STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA POLRESTA BARELANG GUNA MELAKSANAKAN TIPIRING DI WILAYAH HUKUM POLRESTA BARELANG

dokumen-dokumen yang mirip
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA POL R E S B I M A K O T A

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) Tentang

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM LINGKUNGAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

1. S O P KEPANITERAAN PIDANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembara

STANDART OPERASIONALPROSEDUR (SOP) SAT NARKOBA POLRES SUMBAWA BARAT

1. Merencanakan penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN KEJADIAN NO... Nama :... Jenis kelamin :... Pekerjaan :... Tempat Tinggal :... Kebangsaan :...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 6 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PENANGKAPAN DILINGKUNGAN RESKRIM POLRES LOMBOK TIMUR

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G Nomor : 5 Tahun : 1986 Seri : D.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PIDANA

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

Transkripsi:

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU RESOR KOTA BARELANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA POLRESTA BARELANG GUNA MELAKSANAKAN TIPIRING DI WILAYAH HUKUM POLRESTA BARELANG 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol : SKEP / 259 / IV / 2004 tanggal 21 April 2004 tentang Himpunan Buku Petunjuk Kegiatan penindakan tindak pidana ringan (TIPIRING). a. Tipiring adalah perkara yang di ancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 7.500 atau yang ditetapkan pada saat itu kecuali pelanggaran lalu lintas; b. Penyidik adalah pejabat polisi Negara republic Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan; c. Pelanggaran peraturan daerah (perda) adalah perkara pelanggaran terhadap ketentuan peraturan daerah secara otonom oleh siapa saja dapat diancam dengan kurungan atau denda yang ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama-sama dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) setempat. Penegakan perda dapat dikelompokan tindak pidana ringan dengan proses acara pemeriksaan cepat oleh PPNS dibantu Polri. d. Acara pemeriksaan cepat Penyidik atas kuasa penuntut umum, dalam waktu 3 (tiga) hari sejak BAP selesai dibuat menghadapkan terdakwa besertabarang bukti, saksi, saksi ahli dan juru bahasa kesidang pengadilan. Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan cepat kasus tipiring yang menyangkut pelanggaran/ kejahatan KUHP menggunakan format berkas perkara biasa dan terhadap pelanggaran perda/ non KUHP dan pelanggaran pasal KUHP tertentu menggunakan blanko acara pemeriksaan cepat tipiring model tilang. Sat Sabhara Polresta Barelang SOP TIPIRING 1

e. Kemampuan penyidik tipiring antara lain : 1. Menguasai teknik pemeriksaan (mempunyai skep penyidik) 2. Mahir berkomunikasi 3. Menguasai undang-undang/ peundang-undangan yang berkaitan dengan tipiring maupun perda setempat 4. Terampil menggunakan computer/ mengetik 5. Dapat melaksanakan pengamatan dan penggambaran f. Administrasi penyidikan menggunakan : 1. Blanko acara pemeriksaan cepat tipiring / penegakan peraturan daerah/ non KUHP model tilang terdiri dari : (a) (b) (c) (d) (e) Lembar warna putih untuk pengadilan Lembar warna merah untuk tersangka Lembar warna biru untuk kejaksaan Lembar warna kuning untuk satuan atas penyidik Lembar warna hijau untuk arsip 2. Menggunakan berkas perkara biasa untuk pelanggaran KUHP : (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) Sampul berkas perkara Daftar isi berkas perkara Resume Laporan polisi Berita acara pemeriksaan(bap) saksi Berita acara pemeriksaan tersangka Berita acara penangkapan, penggeledahan, penyitaan. Daftar saksi dan tersangka Daftar barang bukti Sat Sabhara Polresta Barelang SOP TIPIRING 2

(j) (k) (l) Keteranga ahli Surat permintaan persetujuan penyitaan dari ketua pengadilan negeri Surat pemberitahuan dimulainya penyidikan Sebagaimana diketahui bahwa kota Batam sebagai pusat pemerintahan, memiliki jumlah penduduk yang padat serta kegiatan masyarakat yang tinggi termasuk kegiatan perekonomian sehingga dibutuhkan anggota Sat Sabhara Polresta Barelang yang profesional guna memberikan pelayanan prima Polri kepada masyarakat khususnya yang akan melakukan transaksi ekonomi di pusat keraimaian dan pelayanan terhadap tersangka tindak pidana yang akan melaksanakan sidang untuk meminimalisir hal hal yang tidak diinginkan seperti sabotase, dan sebagainya pada saat kegiatan tindak pidana ringan (tipiring) berlangsung. Standart Operasional Prosedur (SOP) Sat Sabhara Polresta Barelang ini merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan harus dilalui untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan tujuan agar mengetahui dengan jelas fungsi dan peran anggota dalam pelaksanaan tugas, memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab, melindungi organisasi/unit kerja dan personil dari kesalahan prosedur, untuk menghindari kegagalan/kesalahan anggota dalam pelaksanaan tugas tindak pidana ringan (tipiring) di wilayah hukum Polresta Barelang. Dengan adanya SOP ini diharapkan anggota Satuan Sabhara Polresta Barelang mampu meleksanakan tugas pengawalan sebagai wujud pelayanan prima Polri kepada masyarakat guna menghindari kesalahan prosedur oleh anggota yang sedang melaksanakan tugas operasional Kepolisian dilapangan. 2. Dasar a. Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. Surat keputusan Kapolri No. Pol : SKEP/259/IV/2004 tanggal 21 April 2004 tentang Buku Petunjuk Kegiatan tentang tindak pidana ringan (tipiring). 3. Maksud dan Tujuan a. Maksud Maksud daripada pembuatan SOP ini sebagai gambaran kepada pimpinan dan anggota Satuan Sabhara Polresta Barelang dalam melaksanakan tindak pidana ringan (tipiring), untuk dijadikan petunjuk dan pedoman bagi anggota sabhara Polresta Barelang beserta jajaran sebagai penyidik dan penyidik pembantu dalam melakukan penyelesaian akhir dari proses tindak pidana ringan. b. Tujuan Adapun tujuan dari pada pembuatan SOP ini sebagai pedoman anggota Satuan Sabhara Polresta barelang dalam melaksanakan tugas tindak pidan aringan (tipiring) untuk meningkatkan keterampilan dalam penindakan terhadap masalah pelanggaran yang berkaitan dengan ketertiban dan kepatuhan hokum masyarakat sehingga masalah pelanggaran hokum ketidaktertiban yang dinilai sederhana, ringan tak berkembang menjadi tindak pidana yang lebih besar. Sat Sabhara Polresta Barelang SOP TIPIRING 3

4. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup standar operasional prosedur ini meliputi kegiatan tindak pidana ringan (tipiring) di wilayah hukum Polresta Barelang yang dilakukan oleh anggota Satuan Sabhara Polresta Barelang dengan sasaran : a. Tersangka;guna memberikan efek jera; b. Penyidik tipiring;guna meningkatkan ketrampilan kepada anggota sabhara Polri sebagai penyidik tindak pidana ringan (tipiring) dan sudah mempunyai skep sebagai penyidik; c. Penyidik pegawai negeri sipil (PPNS);guna meningkatkan keterampilan anggota PPNS dalam melakukan penyidikan terhadap pelanggaran perda dilingkungannya dan sudah mempunyai skep sebagai penyidik; d. Tokoh masyarakat; guna membantu tugas polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban umum; 5. Tata Urut I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Dasar 3. Maksud dan Tujuan 4. Ruang Lingkup 5. Tata Urut II. PELAKSANAAN 6. Tugas Pokok 7. Kegiatan a. Tahap persiapan b. Tahap pelaksanaan c. Tahap konsolidasi III. KESIMPULAN DAN SARAN 8. Kesimpulan 9. Saran IV. PENUTUP Sat Sabhara Polresta Barelang SOP TIPIRING 4

BAB II PELAKSANAAN 6. TUGAS POKOK a. Kasat Sabhara Bertugas membantu Kapolresta Barelang dalam rangka melaksanakan kegiatan Turjawali dan pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, TPTKP, dan penanganan Tipiring, pengendalian massa, negosiator dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta pengamanan Markas maupun Bantuan Search And Rescue (Ban SAR). b. Waka Satsabhara Bertugas membantu Kasat Sabhara Polresta Barelang dalam melaksanakan Turjawali dan pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, TPTKP dan penanganan Tipiring, pengendalian massa, negosiator dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta pengamanan Markas maupun Bantuan Search And Rescue (Ban SAR). c. Kaur Bin Ops Satsabhara Bertugas merencanakan penyelenggaraan tugas Turjawali, pelatihan ketrampilan, pembinaan tehnis, pemeliharaan ketertiban umum berupa penegakan hukum Tipiring dan TPTKP, pencarian dan penyelamatan ( SAR ). d. Kaur Mintu Satsabhara Bertugas menyelenggarakan kegiatan, menyiapkan administrasi dan ketatausahaan Satsabhara Polresta Barelang. e. Kanit Dalmas Satsabhara Bertugas melaksanakan pengamanan unjuk rasa/ aksi damai, negosiator atau Dalmas dan penegakan hukum Tipiring serta pengamanan Markas. f. Kanit Turjawali Satsabhara 7. KEGIATAN Bertugas melaksanakan tugas Turjawali dan penegakan hukum Tipiring serta pengamanan Markas a. Tahap Persiapan 1) Menyiapkan surat perintah penugasan dan menyusun rencana kegiatan; 2) Pengecekan blanko tipiring maupun administrasi penyidikan berkas perkara tipiring dan skep penyidik; Sat Sabhara Polresta Barelang SOP TIPIRING 5

3) Rapat koordinasi dengan kejaksaan, pengadilan, pemda setempat; 4) Adakan acara pimpinan pasukan(app) sebelum melaksanakan tugas secara jelas dan benar serta berikan penekanan untuk menghindari tindakan kekerasan (mengejar pengakuan tersangka). b. Tahap Pelaksanaan 1) Penindakan terhadap pelanggaran pasal tipiring tertentu baik KUHP/ Non KUHP a) Tata cara penindakan tindak pidana ringan (tipiring) khususnya terhadap pelanggaran peraturan daerah menggunakan blanko acara pemeriksaan cepat model tilang; b) Proses penyidikan tindak pidana ringan(tipiring) dapat dilaksanakan dimarkas komando maupun diluar markas komando, yang penting ditangani secar cepat dan tuntas; c) Setelah penyidik/penyidik pembantu/ penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) menerima laporan/ pengaduan atau mengaetaui secara langsung adanya tindak pidana ringan (tipiring) maka segera mencari saksi, tersangka, dan barang bukti (BB) yang berkaitan dengan kasusnya; d) Setelah diadakan pemerikasaan singkat dan menemukan elemen pasal yang dilanggar. Serta sudah ada pengakuan tersangka didukung dengan keterangan saksi maka penyidik/penyidik pembantu/ penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) segera menulis langsung blanko tindak pidana ringan (tipiring); e) Untuk memperkuat keterangan, maka baik saksi, terdakwa, dan penyidik/penyidik pembantu agar membubarkan tanda tangan di blanko tindak pida ringan (tipiring) tersebut; f) Mencatat jenis barang bukti (BB) yang disita; g) Apabila tersangka tidak mau menandatangani, maka penyidik/penyidik pembantu cukup mencatat uraian singkat alas an-alasannya ( dilembar belakang); h) Mengingatkan kembali kepada terdakwa atau kuasanya untuk datang kepengadilan sesuai dengan waktu yang ditetapkan sebagai jadwal siding tindak pidana ringan; i) Penyidik/penyidik pembantu/penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) mampu meredam emosi tersangka atau kelompok masyarakat sekitar tempat kejadian perkara (TKP) yang tidak puas atas tindakan hokum tersebut; j) Putusan pengadilan ditulis dan ditanda tangani oleh hakim dan panitera ( dilembar belakang); 2) Penindakan tindak pidana ringan (tipiring) khusus pelanggaran terhadap KUHP a) Setelah menerima pengaduan petugas sabhara segera membuat laporan polisi; b) Mendatangi TKP dan melakukan TPTKP; Sat Sabhara Polresta Barelang SOP TIPIRING 6

c) Pemberitahuan dimulainya penyidikan; d) Pemeriksaan saksi/saksi korban; e) Menyita barang bukti; f) Mencari, menagkap dan memeriksa tersangka; g) Proses pemberkasan menjadi berkas perkara; h) Nomor registarasi berkas perkara dari satuan sabhara; i) Registrasi pengiriman berkas perkara dari satuan sabhara; j) Penyerahan berkas perkara kepengadilan dalam waktu 3 hari berikut tersangka dan barang bukti; 3) Tanggung jawab penyidikan Yang berhak melakukan penyidikan tindak pidana ringan (tipiring) adalah anggota sabhara Polri yang telah mempunyai surat keputusan penyidik/penyidik pembantu. Sedang penyidikkan terhadap pelanggaran peraturan daerah (perda) dilaksanakan oleh satuan polisi pamong praja(satpol PP) yang berstatus penyidik pegawai negeri sipil (PPNS), dikoordinasikan oleh penyidik Sabhara Polri. c. Tahap pengakhiran 1) Ketua Tim mengecek kembali personil yang bertugas; 2) Mengecek kembali berita acara pemeriksaan dan blanko tipiring adakah yang belum ditandatangani baik oleh tersangka maupun saksi, baik yang disidik oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS); 3) Ucapkan terimaksih kepada saksi yang telah bersedia memberikan keterangannya secara benar dan jelas; 4) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan. Sat Sabhara Polresta Barelang SOP TIPIRING 7

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 8. Kesimpulan Bahwa Pelaksanaan tindak pidana ringan (tipiring) harus disiapkan secara optimal antara lain : menyiapkan administrasi, menyiapkan personil, menyiapkan alut dan alsus, dan cara bertindak sehingga pelaksanaan kegiatan tindak pidana ringan (tipiring) dapat dilaksanakan secara maksimal. 9. Saran Guna mengoptimalkan pelaksanaan tugas tindak pidan ringan (tipiring) Satsabhara Polresta Barelang, dimohon kepada Ka untuk melengkapi sarana prasarana, antara lain : a. Pemberdayaan petugas Polwan untuk melaksanakan pengawalan tahanan wanita; b. Jas hujan c. Lampu senter BAB IV PENUTUP Demikian Standar Operasional Prosedur Satuan Sabhara Polresta Barelang ini dibuat untuk dapatnya digunakan dan dilaksanakan sebagai pedoman dalam kegiatan tindak pidana ringan (Tipiring) Polresta Barelang. Dikeluarkan di: Batam pada tanggal : Februari 2018 KASAT SABHARA POLRESTA BARELANG RAMSES MARPAUNG KOMISARIS POLISI NRP 65120026 Sat Sabhara Polresta Barelang SOP TIPIRING 8