BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang merupakan masalah umum yang sudah dihadapi oleh publiksejak beberapa tahun lalu dan merupakan sebuah ancaman kesehatan globalsampai saat ini. merupakan suatu kebiasaan yaitu sebagai pemicuutama kematian namun sebenarnya dapat dicegah. menyebabkan terjadinya kurang lebih 6 juta kematian per tahun dan 600.000 diantaranya akibat terpapar asap rokok secara tidak langsung di dunia (WHO, 2014). Menurut Eriksen (2013), persentase penduduk dunia yang mengkonsumsi tembakau didapatkan sebanyak 57% pada penduduk Asia dan Australia, 14% pada penduduk Eropa Timur dan pecahan Uni soviet, 12% penduduk Amerika, 9% penduduk Eropa Barat dan 8% pada penduduk Timur Tengah serta Afrika. Sementara itu ASEAN merupakan sebuah kawasan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab kematian global akibat tembakau. Persentase perokok pada penduduk di negara ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%), Filipina (16,62%), Vietnam (14,11%),Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%)Malaysia (2,90), Kamboja (2,07%), Laos (1,23%), Singapura (0,39%), dan Brunei (0,04%).Di negara maju kebiasaan merokok semakin menurun, sebaliknya di negara berkembang cenderung meningkat.hal ini menurut observasi WHO berkaitan intelektualitas suatu masyarakat yang pada hakekatnya mendasari tentang risiko merokok bagi kesehatan. 1
2 Menurut penelitian, di Indonesia pun terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah perokok terutama pada kaum remaja. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yang berintegrasi Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 1995 menunjukkan hasil bahwa kebanyakan mulai merokok pada umur muda, yaitu di antara umur 15-20 tahun. Promosi rokok melalui iklan yang menggunakan idola remaja dan sponsor kegiatan olahraga memberikan dorongan bagi kaum remaja untuk memulai merokok. Indonesia menduduki peringkat ke-3 jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India dan tetap menduduki posisi ke-5 setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang pada tahun 2007 (WHO, 2008). Berdasarkan data Riskesdas (2010), 34,7% penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun adalah perokok. Prevalensi merokok untuk semua kelompok umur mengalami peningkatan, terutama peningkatan tajam pada kelompok umur mulai merokok 10-14 tahun sebesar kurang lebih 80% selama kurun waktu 2001-2010, hal ini menyebabkan perkembangan pertumbuhan paru anak tersebut menjadi lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan asma (Kemenkes, 2010).Sedangkan pada tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia perokok yang berusia 15 tahun telah mencapai 36,3%. Dibandingkan penelitian Global Adults Tobacco Survey (GATS) pada penduduk kelompok umur 15 tahun, proporsi perokok laki-laki lebih tinggi 67,0% dan pada Riskesdas 2013 sebesar 64,9%(Kemenkes, 2013). Prevalensi perokok laki-laki di perkotaan pada yang tidak pernah sekolah 65,6% dan pada yang SD 71,2%. Prevalensi perokok di pedesaan lebih tinggi
3 dibanding di perkotaan.who (2010) menyatakan, di daerah pedesaan jumlah batang rokok yang dikonsumsi sedikit lebih banyak dibandingkan daerah perkotaan, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut karakteristik tempat tinggal, prevalensi perokok di pedesaan 37,4% dan di perkotaan 32,3% (Riskesdas, 2010). Daerah perkotaan adalah suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya. Sedangkan daerah pedesaan adalah suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan yang belum memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase 7 rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya (BPS, 2010). Karakteristik penduduk yang merokok di lokasi pedesaan sebanyak 55,8% dan penduduk yang merokok di lokasi perkotaan sebanyak 44,2%, sedangkan prevalensi merokok tertinggi terdapat pada kelompok umur 10-14 tahun yaitu 13,6%. Secara keseluruhan pendidikan di pedesaan lebih rendah daripada perkotaan (Riskesdas, 2010). Tingginya kasus perokok pada remaja merupakan masalah kesehatan baik ditingkat internasional maupun ditingkat nasional. Sehingga cukup banyak peneliti yang melakukan penelitian terkait faktor yang berhubungan perilaku merokok pada remaja. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan remaja merokok biasanya berasal dari dalam diri remaja itu sendiri seperti,
4 sikap, tingkat stres, dan tipe kepribadian. merupakan dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.kurangnya remaja rokok bagi kesehatan dapat memicu remaja untuk merokok. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka peneliti mengambil judul penelitian Perbedaan Tentang Bahaya Rokok pada Remaja SMA Negeri 1 Cangkringan Kabupaten Sleman dan SMA Negeri 3 Kota Yogyakarta. I.2.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah, yaitu apakah ada perbedaan tingkat rokok pada remaja SMA Negeri 1 Cangkringan Kabupaten Slemandan SMA Negeri 3 Kota Yogyakarta. I.3.Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat rokok pada remaja SMA Negeri 1 Cangkringan Kabupaten Slemandan SMA Negeri 3 Kota Yogyakarta. Tujuan khusus dari penelitian ini, adalah : a. Untuk mengetahui dan mempelajari tingkat rokok pada remaja SMA Negeri 1 Cangkringan Kabupaten Sleman. b. Untuk mengetahui dan mempelajari tingkat rokok pada remajasma Negeri 3 Kota Yogyakarta.
5 c. Untuk mengkaji perbedaan tingkat rokok pada remaja SMA Negeri 1 Cangkringan Kabupaten Sleman dan SMA Negeri 3 Kota Yogyakarta. I.4.Keaslian Penelitian Tabel 1. Penelitian-penelitian sebelumnya No Judul, Nama, Tahun Beda Metode Hasil 1. Perbedaan Tentang Bahaya Pada Remaja SMP di Pedesaan dan Perkotaan di Kabupaten Jember bebas : Remaja SMP di Pedesaan dan Perkotaan Penelitian observasinal analitik menggunakan metode rancangan penelitian cross sectional. Nama : Alfian Fahrosi Tahun : 2013 terikat : Remaja Tentang Bahaya Terdapat perbedaan yang signifikan tingkat merokok pada remaja SMP di pedesaan dan perkotaan di Kabupaten Jember. merokok pada remaja SMP di pedesaan,tergolo ng sedang (45,2%). merokok pada remaja SMP di perkotaan, tergolong baik (42,4%). 2. Hubungan Remaja tentang Bahaya Perilaku bebas : Remaja di Desa Boro Wetan Kecamatan Survei analitik rancangan penelitian mengguna- Ada hubungan antara tingkat merokok perilaku merokok
6 pada Remaja di Desa Boro Wetan Kecamatan Banyu Urip Purworejo Nama : Ratri Setianingrum Tahun : 2009 3. Hubungan Persepsi dan Sikap Remaja tentang Perilaku di SMU Kota Masohi Maluku Tengah Nama : Lisbeth Pattinasarany Tahun : 2004 Banyu Urip Purworejo terikat : Remaja tentang Bahaya Perilaku bebas : Remaja di SMU Kota Masohi Maluku Tengah terikat : Persepsi dan Sikap Remaja tentang Perilaku kan pendekatan Cross sectional Jenis penelitian observasional rancangan cross sectional pada remaja. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap merokok perilaku merokok remaja I.5.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dasar dalam pengembangan ilmu terutama pada remaja SMA di Kabupaten dan Kota rokok serta akibat yang dapat berdampak bagi kesehatan maupun lingkungan.
7 2. Manfaat Praktis a. Bagi ilmu : i. Memberi informasi mengenai bahaya rokok bagi remaja. ii. Memberi referensi mengenai perbedaan tingkat rokok pada remaja SMA di Kabupaten dan Kota. b. Bagi remaja : Dapat memberikan informasi dan dijadikan tentang bahaya rokok bagi kesehatan, terutama pada remajasma. c. Bagi peneliti: i. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan program sarjana studi pendidikan dokter. ii. Sebagai penambah wawasan dan informasi terkait perbedaan tingkat rokok pada remaja SMA di Kabupaten dan Kota. d. Bagi institusi : Dapat dijadikan dasar dan menambah literatur atau bacaan mengenai aspek tentang perbedaan tingkat rokok pada remaja SMA di Kabupaten dan Kota.