PENERAPAN MODEL PROBING-PROMTING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMK DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THREE STEP INTERVIEW

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW

Key words: CIRC models, pictures media, learning achievement, human excretory system

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN RELASIONAL DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TESIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

Keywords: Everyone Is A Teacher Here (ETH) Strategy, Mathematics Selflearning, Mathematics Learning Achievement

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III

KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Anggraini, Jufri, & Juliati p-issn: ; e-issn: Padang, Sumatera Barat, Indonesia

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

UJME 6 (1) (2017)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

MODEL BELAJAR VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN FESTO FLUIDSIM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PNEUMATIK SISWA KELAS XII DI SMK MUDA PATRIA KALASAN

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

*Mariana **Hayati *Dosen FKIP Universitas Lancang Kuning *Alumni FKIP Universitas Lancang Kuning

Jumiati, Irma Suryani Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Lancang Kuning

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TPS

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS

Penerapan Media Komik Matematika Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah di Sekolah Dasar

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume II Nomor 1, Desember 2016

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO

Wistyan Okky Saputra dan Dr. Mukhamad Murdiono, M. Pd. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilaksanakan. Metode tersebut

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII SMPN 2 Pagedangan)

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

BAB III METODE PENELITIAN. kuasi eksperimen atau percobaan karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

Transkripsi:

Jurnal Analisa 4 (2) (2018) 99-103 http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/analisa/index p-issn : 2549-5135 e-issn : 2549-5143 PENERAPAN MODEL PROBING-PROMTING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA Samsul Aripin 1, Elsa Komala 2 1, 2 Pendidikan Matematika, Universitas Suryakancana, Cianjur Email: elsakomala@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan model probing-promting learning terhadap pencapaian dan matematis siswa dan mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi, dengan nonquivalen control design. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negri 3 Campaka, dengan populasi seluruh siswa kelas VIII, adapun yang dijadikan sampel dipilih sebanyak dua kelas dari 5 kelas yang ada, dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah soal kemampuan penalaran matematis dan angket sikap. Pengolahan data pencapaian kemampuan penalaran matematis menggunakan persentase hasil postes siswa, matematis menggunakan Mann-Whitney, dan data sikap siswa menggunakan presentase jawaban setiap siswa dari hasil angket. Berdasarkan analisis data, hasil pencapaian kemampuan penalaran matematis siswa learning dengan kategori sedang, pencapaian siswa kemampuan penalaran matemais dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dengan kategori rendah. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan learning lebih baik dari pada matematis siswa menggunakan model pembelajaran konvensional dengan kategori sedang. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika learning sangat baik. Sehingga model probing-promting learning dapat digunakan pada pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Kata Kunci: Model Probing-Promting Learning, Penalaran Matematis Siswa ABSTRACT The purpose of this research is to know the application of probing-proming learning model to the achievement and improvement of students' mathematical reasoning ability and to know the student's attitude toward mathematics learning by using probing-promting learning model. This study used quasi experiments, with nonquivalent control design. This research was conducted at State Junior High School 3 Campaka, the population of this research is all students of class VIII, while the sample is selected as many as two classes from 5 classes, with purposive sampling technique. The instrument used is about the ability of mathematical reasoning and attitude questionnaire. Data processing achievement of mathematical reasoning ability using percentage of student postes result, improvement of mathematical reasoning ability using Mann-Whitney, and student attitude data using percentage of answer each student from result of questionnaire. Based on data analysis, the achievement of students 'mathematical reasoning ability using the medium-term probing-promting learning model, students' achievement of mathematical reasoning ability using conventional learning model with low category. The improvement of students 'mathematical reasoning ability using probing-promting learning model is better than improving students' mathematical reasoning ability using conventional learning model with medium category. Students' attitude toward learning mathematics using probing-promting learning model is very good. Keywords: Probing-Prompting Learning Model, Student Mathematical Reasoning

Penerapan Model Probing-Promting Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa 1. PENDAHULUAN Matematika dipahami melalui penalaran, agar kemampuan penalaran matematis siswa dapat berkembang secara optimal, siswa harus memiliki kesempatan yang terbuka untuk berpikir (Kurniasih, Y dan Susanah, 2013). Menurut Permendiknas no. 22 tahun 2006, salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah agar siswa mampu melakukan penalaran. Kompetensi yang diharapkan muncul sebagai dampak dari pembelajaran matematika dan memberi peran yang besar dalam mencapai hasil belajar matematika yang optimal yaitu kemampuan penalaran matematis. Dari hasil PISA terbaru tahun 2015 yang menunjukan bahwa Indonesia berada pada peringkat 63 dari 70 negara dengan rata-rata matematika sebesar 386 (OECD, 2016). Dari hasil PISA bahwa Indonesia dalam pelajaran matematika sangat rendah dan masih jauh dibawah rata-rata. Hal ini harus menjadi sorotan karna dengan hasil yang kurang bagus berarti banyak permasalahan yang terjadi dalam hal pembelajaran yang terjadi disekolah maupun non sekolah. Kompetisi yang dinilai dalam studi PISA salah satunya adalah kemampuan pnelaran matematis (OECD, 2016). Dari hasil studi PISA, hal ini sangat mencengangkan bagi pelaku pengajar di indonesia khususnya pelajaran matematika, walaupun dalam PISA soal matematika tidak sepenuhnya semua soal berhubungan dengan penalaran matematis, tetapi tidak dipungkiri lagi bahwa siswa bisa menyelesaikan soal matematika dengan baik dan benar akan mempunyai penalaran matematis yang bagus. Matematika merupakan proses bernalar, pembentkan karakter dan pola berpikir, serta sebagai ilmu penunjang dalam pengambilan keputusan suatu kesimpulan (Wanti, dkk: 2017), hal ini sejalan dengan Depdiknas yang menyatakn bahwa materi dan penalaran matematis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika. Siswa dapat berfikir dan menalar suatu persoalan matematika apabila telah dapat memahami persoalan matematika tersebut, suatu cara pandang siswa tentang persoalan matematika ikut mempengaruhi pola fikir tentang peneyelsaian yang akan dilakukan. aspek penalaran, bahwa materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika. Siswa dapat berfikir dan menalar suatu persoalan matematika apabila telah dapat memahami persoalan matematika tersebut, suatu cara pandang siswa tentang persoalan matematika ikut mempengaruhi pola fikir tentang peneyelsaian yang akan dilakukan. Kemampuan penalaran matematik siswa dapat berkembang secara optimal, siswa harus memiliki kesempatan yang sangat terbuka untuk berfikir dan beraktifitas dalam memecahkan berbagai masalah. Dengan demikian pemberian otonomi seluas-luasnya kepada sisiwa dalam berfikir untuk menyelesaikan permaslahan dapat menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam penalaran secara optimal. Menurut Klien (Pitadjeng, 2015), belajar akan efektif jika dilakukkan dalam suasana yang menyenangkan, untuk memenuhi kebutuhan dapat belajar matematika dalam suasana yang menyenangkan, maka guru harus mengupayakan situasi dan kondisi yang menyenangkan, maupun materi matematika yang menyenangkan. Untuk itu guru harus memahami perkembangan siswa dalam belajar matematika, memahmi teori belajar dan mengajar, memahami materi matematika yang menyenangkan untuk dipalajari. Model pembelajaran sangatlah banyak dan berkembang dari taun ke taun yang memudahkan para pengajar untuk melakukan pengajaran terhadap sisiwanya. Untuk dapat menumbuh kembangkan penalaran secara optimal guru bisa memberikan materi dengan model pembelajaran yang efektif dan memberikan kebebebasan siswa untuk berfikir tapi guru mampu berikan pengontrolan sehingga siswa 100 Jurnal Analisa Vol. 4 No. 2 Desember 2018: 99-103

Samsul Aripin, Elsa Komala dapat menyelesaikan permasalahan matematika dengan benar. Penelitian yang dilakukan Shimizu dan Yamada (Herman, 2007) mengungkapkan bahwa guru memiliki peranan yang sangat sentral dalam peroses pembelajaran melalui pengungkapan, pemberian dorongan, serta pengembengan proses berpikir siswa. Pertanyaan-pertanyaan guru selama kegiatan pembelajaran secara efektif dapat menggiring proses berfikir siswa kearah penyelesaian yang benar. Salah satu model pembelajaran yang menekankan siswa untuk menalar dan mengarahkan siswa menemukan jawaban yang benar, guru bisa menggunakan model probing-prompting leraning dimana sisiwa untuk selalu berpartisipasi aktif. Siswa tidak bisa menghindar proses pembelajaran, karena setiap siswa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Sejalan dengan Komala (2017) siswa memiliki penyesuaian diri terhadap pembelajaran matematika, yang memungkinkan mereka untuk terus belajar, mau mencoba ide baru untuk menyelesaikan masalah matematis, mau bersosialisasi dan berdiskusi dengan lingkungan atau teman untuk mencari solusi lain dan menggunakan pengalaman kegagalannya untuk membangun motivasi dalam memunculkan ide dan menyelesaikan masalah. Dengan serangkaian pertanyaan ini diharapkan penelaran siswa berkembang. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penelitian ini difokuskan pada pembelajaran dengan model probing-prompting learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa, untuk mengetahui capaian kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan model probingprompting learning, untuk mengetahui matematis siswa dengan menggunakan model probing-prompting learning lebih baik dari pada kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model probing-prompting learning. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksnakan di sekolah SMPN 3 Campaka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen, dengan Nonequivalent Control Group Design (Sugiono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 3 Campaka, adapun yang dijadikan sampel adalah kelas VIII B sebagai kelas kontrol (pembelajaran konvensional, yakni pembelajaran dengan ekspositori dan penugasan) dan kelas VIII E sebagai kelas eksperimen (model probing-prompting leraning)yang dipilih dengan menggunakan teknik Sampling Purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan petimbangan tertentu (Sugiono, 2012). Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan penalaran matematis, dan angket sikap siswa. Jenis tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian, untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes ini diberikan pada awal pembelajaran (Pretest) dan pada akhir pembelajaran (Postest). Instrumen tes terdiri dari 8 soal uraian dengan indikator kemampuan penalaran matematis siswa yaitu, membuat analogi dan generalisasi; memberikan penjelasan dengan menggunakan model; menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika; menyusun dan menguji konjektur: memeriksa validitas argument; menyusun pembuktian langsung; menyusun pembuktian tidak langsung; memberikan contoh penyangkal, mengikuti aturan inferensi; Sedangkan angket sikap siswa yang digunakan skala likert, yang terdiri dari 9 pertanyaan positif dan 11 pernyataan negatif. Pengolahan data pencapaian kemampuan penalaran matematis menggunakan peresentase hasil postes siswa, peningkatan kemampuan penalaran matematis menggunakan Mann-Whitney, dan data sikap siswa menggunakan presentase jawaban setiap siswa dari hasil angket. Prosedur yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu: a) tahap persiapan penelitian yaitu menyusun proposal penelitian, Jurnal Analisa Vol. 4 No. 2 Desember 2018: 99-103 101

Penerapan Model Probing-Promting Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa observasi dan mengajukan perizinan penelitian, pemilihan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol, serta menyusun instrumen dan uji coba instrumen, b) tahap pelaksanaan penelitian yaitu memberikan pretes, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan pembelajaran dan memberikan postes, c) tahap pengolahan data yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pretes dan postes, dan hasil kuesioner siswa dianalisis secara statistik. Pengolahan data menggunakan bantuan software SPSS versi 20. 3. Hasil dan Pembahasan Untuk mengetahui bagaimana capaian kemampuan penalaranmatematis siswa yang learning dan yang menggunakan model pembelajaran konvensional menggunakan analisis peresentase dari hasil postes siswa yang mencapai skor KKM yaitu 70. Tabel 1. Hasil Analisis Pencapaian Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas N N Menc apai KKM % Katego ri Eksperimen 38 37 84,21 Tinggi Kontrol 38 18 47,36 Rendah Berdasarkan hasil dari capaian kemampuan penalaran matematis yang menggunakan model probing-promting learning pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa hanya 84,21% yang mencapai nilai KKM sehingga termasuk kedalam kategori tinggi. Sedangkan capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa hanya 47,36% yang mencapai nilai KKM, termasuk kedalam kategori rendah. Untuk melihat peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa diperoleh dari indeks gain (N-Gain) yang diperoleh dari data pretest dan posttest. Sebelumnya kedua kelas dianalisis kemampuan awal penalaran matematis, diperoleh hasil uji statistik bahwa kemampuan awal matematis siswa kedua kelompok adalah sama. Sebelum melakukan uji perbedaan dua ratarata independen data indeks gain terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas kedua kelas menggunakan Shapiro-wilk, hasil yang diperoleh bahwa salah satu kelas tidak berdistribusi normal dengan signifikansi 0,000 dan 0,184. Karena ada salah satu yang tidak berdistribusi normal dengan demikian akan dilanjutkan dengan uji statistik non parametrik berupa Mannwhitney Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whitney Skor Indeks Gain Asymp. Sig (2- tailed) Keterangan 0, 000 H 1 diterima Berdasarkan tabel 2. diperoleh signifikansi (2-tailed) = 0,000. Nilai sig (1-tailed) = sig (2-tailed) berarti sig(1-tailed) = (0,000) = 0,000 (Widiarso, 2011). Selanjutnya diperoleh sig (1-tailed) < 0,05. Berarti matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kemapuan penalaran matematis kelas kontrol. Hal ini terjadi karena matematis dalam pembelajaran yang diberikan perlakuan (treatment) dengan model probing-promting learning memberikan siswa keleluasaan untuk mengembangkan kemampuan penalarannya didepan kelas. Hal tersebut didukung oleh guru yang memberikan pertanyaanpertanyaan (promting) yang mendorong siswa menemukan jawaban yang benar. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model probing-promting learning dilakukan pengolahan data yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner sikap siswa yang diberikan kepada kelas eksperimen setelah empat kali pembelajaran dengan learning. Dari hasil analisis jawaban kuesioner sikap siswa berdasarkan indikatorindikator yang terbagi kedalam 3 aspek yaitu terhadap pembelajaran matematika, terhadap model probing-promting learning dan terhadap soal-soal penalaran matematis siswa. 102 Jurnal Analisa Vol. 4 No. 2 Desember 2018: 99-103

Samsul Aripin, Elsa Komala Tabel 3. Presentase Keseluruan Sikap Siswa Rata -rata % Aspek Sikap + Sikap - Ket Terhadap Pembelajaran Matematika Terhadap soalsoal penalaran matematis Terhadap Model Probing- Promting Learning 90 10 87 13 86 14 Jumlah Total 263 37 Rata-rata 87,66 12,33 Berdasarkan tabel 3. Rata-rata total presentase sikap siswa yang diperoleh pada sikap positif yaitu sebesar 87,66% yang menunjukkan bahwa pada umumnya sikap siswa adalah positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa memberikan sikap positif pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model probing-promting learning. 4. KESIMPULAN Kemampuan penalaran matematis siswa yang learning adalah tinggi dan capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional adalah sangat rendah. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan model probing-promting learning lebih baik daripada matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan kategori peningkatan tinggi. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan learning pada umumnya positif. Beberapa saran yang dikemukakan yaitu model probing-promting learning dapat menjadi alternatif model pembelajaran bagi guru di jenjang pendidikan SMP dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa, sikap siswa yang positif terhadap pembelajaran menggunakan model probing-promting learning dapat dijadikan sebagai acuan guru untuk merancang dan menerapkan pembelajaran yang serupa, guru perlu memotivasi siswa dengan memberi penghargaan pada siswa yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya pada saat pembelajaran berlangsung, guru senantiasa memberikan keleluasan kepada siswa untuk menuangkan ide-idenya dalam menyelesaikan masalah, supaya kemampuan penalaran siswa lebih terasah. DAFTAR PUSTAKA Herman, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Cakrawala Pendidikan 26, (1), 41-62. Komala, E. (2017). Mathematical Resilience Mahasiswa pada matakuliah Struktur Aljabar I Menggunakan Pendekatan Explisit Instruction Integrasi Peer Instruction. Jurnal Mosharafa, Volume6, No 3, September 2017, hal. 363. Kurniasih, Y dan Susanah. (2013). Penerapan Teknik Pembelajaran Probing Prompting Untuk Mengetahui Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas 7 G Di SMPN 1 Rejoso. Jurnal Mathedunesa, Volume 1 (2) hal. 1-8. [online]. Tersedia: http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/ index.php/mathedunesa/article/vie w/1447/pdf [28 Mei 2017]. OECD. (2016). PISA 2015 Result In Focus. OECD. (2016). PISA 2015 Assesment and Analytical Framewrok: Science, Reading, Mathematics and Financial literac. Paris: OECD Publishing. Permendiknas no. 22. (2006). Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pedidikan Dasar dan Menengah. Pitadjeng. (2015). Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Yogyakarta: Graham Ilmu. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Alpa Beta CV. Wanti, dkk. (2017). Pembelajaran Induktif pada Kemampuan Penalaran Matematis dan Self-Regulated Learning Siswa. Jurnal Analisa 3 (1), 56. Widiarso, Wahyu. (2011). Uji Hipotesis Komparatif. Yogyakarta: FP UGM. Jurnal Analisa Vol. 4 No. 2 Desember 2018: 99-103 103