BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. operasi serta membentuk perusahaan perusahaan modal ventura atau bergabung dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan banyak tenaga kerja di dalamnya. Pihak manajemen harus

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi industri seperti sekarang ini, persaingan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang semakin komplek tidak terlepas dari adanya resiko kecelakaan jika

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat ekonomi dunia sedang menghadapi proses peralihan besar -besaran

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, demonstrasi dan unjuk rasa masih marak terjadi. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah, padahal tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan atau K3L masih menjadi sesuatu yang

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #5 Ganjil 2015/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MK3 PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

K3LH MATERI 5 MENERAPKAN KAIDAH ATURAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2000) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pada Manajemen K3

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan

BAB III LANDASAN TEORI

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA MANAJEMEN K3

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH UPAH, PENGALAMAN KERJA DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA DEALER PUTRA UTAMA MOTOR DI NGUTER"

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memproduksinya lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Dari segi dunia

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini peranan sumber daya manusia dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi pertumbuhan bisnis sekarang ini cukup tinggi, dimana dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

Dosen Pengampu: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif seperti sekarang ini, para pengusaha yang progresif akan

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu instansi pemerintah maupun swasta sangat diperlukan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar perusahaan di era globalisasi ini semakin tajam, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

K3 Konstruksi Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PEDAHULUAN. memerlukan perlindungan tubuh atau memberikan training sebelumnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Di dalam Perusahaan, senantiasa membutuhkan manajemen yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara-negara industri di seluruh dunia, seperti Uni Eropa (UE), Jepang, dan Amerika Serikat mengalami penurunan populasi secara signifikan. Di Negara-negara tersebut tenaga kerja yang semakin menua dan angka kelahiran yang menurun memberikan pengaruh pertumbuhan yang sangat lambat dalam jumlah tenaga kerja dan konsumen. Sementara negara-negara yang populasinya meningkat seperti di Cina, India, Afrika, Amerika latin dan lain-lain terus tumbuh secara signifikan. Untuk memanfaatkan pertumbuhan tenaga kerja perusahaan-perusahaan dari negara-negara industri tersebut telah melakukan operasi-operasi serta membentuk perusahaan-perusahaan modal ventura atau bergabung dengan perusahaan-perusahaan yang telah ada pada negara tersebut. Dengan melihat prospek bermiliar-miliar pelanggan atau konsumen baru di negara yang sedang tumbuh lebih cepat merangsang investasi global. Memperebutkan pasar dari segala lini baik nasional, regional, maupun internasional terus dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Untuk mencapai perusahaan yang siap bersaing tentu saja tidak akan lepas dari sumber daya manusia yang siap pakai dan mampu bersaing dalam mendorong tercapainya visi dan misi perusahaan dalam bidang yang di butuhkan. Apabila karyawan atau tenaga kerja yang ada diperlakukan secara tepat dan sesuai dengan harkat dan martabat yang di miliki, maka perusahaan akan sangat terbantu dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal ini didukung oleh teori Luce Neni dalam Jati (2010) yang berpendapat bahwa pada dasarnya kekuatan yang ada dalam suatu perusahaan terletak pada orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian jelas bahwa sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang akan sangat menentukan nasib perusahaan, dimana sumber daya manusia memegang peran penting dan utama dalam proses produksi karena secanggih apapun alat

produksi yang dimiliki suatu perusahaan tanpa adanya dukungan dan keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas maka alat produksi tersebut tidak akan bekerja dengan baik. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang mampu bersaing tentu saja bukan hal yang mudah. Salah satu masalah yang banyak ditemukan berkaitan sumber daya manusia adalah masalah kemanusiaan terutama pada saat ini dimana tuntutan produksi yang tinggi membuat perusahaan memaksa tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan di luar batas kemampuan tenaga kerja itu sendiri tanpa memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja. Kesejahteraan tenaga kerja bukan hanya masalah upah tapi seorang pimpinan harus dapat menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan dan kegairahan kerja, sehingga dengan kondisi tersebut tenaga kerja dapat dengan sendirinya meningkatkan mutu kerjanya sehingga sekaligus dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang tenaga kerja hasilkan untuk perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus dijadikan hal yang penting dalam memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja yang bisa saja timbul tidak hanya merugikan tenaga kerja saja tetapi juga perusahaan itu sendiri baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang didefinisikan oleh beberapa ahli tidaklah jauh berbeda satu sama lainnya. Pada dasarnya definisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja mengarah pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja dan interaksi pekerja dengan mesin atau alat-alat produksi. Data dari Jamsostek pada tahun 2010 angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan ASEAN. Hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi pada sektor konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya. Untuk perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi di Indonesia penerapan dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja sudah dilaksanakan meskipun hal ini belum dilakukan semua oleh perusahaan-perusahaan konstruksi yang ada di Indonesia. (Jamsostek, 2010).

Tidak bisa kita di pungkiri sumbangan dari kegiatan jasa konstruksi telah terbukti memberikan kontribusi yang penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi baik itu yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta (Kadin, 2002). Dalam Manajemen Proyek Konstruksi, salah satu sasaran utama yang ingin dicapai adalah menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sasaran, kondisi kerja, keselamatan kerja, dan komunikasi timbal balik yang terbuka antara atasan dan bawahan (Paulus, 1985). Pembangunan budaya perusahaan haruslah dilakukan oleh pengusaha dan top manajement karena hal ini akan mendorong perkembangan perusahaan. Suatu kondisi kerja (work condition) dan keselamatan kerja (safety work) yang baik merupakan syarat untuk menciptakan iklim kerja yang mendukung bagi para pekerjanya terutama dalam proyek konstruksi. Di Indonesia telah ditetapkan beberapa peraturan keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain sebagai berikut : Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, berisi sebagai berikut : 1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 3. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 4. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No PER-05/MEN/1996 tentang Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja, berisi sebagai berikut : 1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Sistern Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko, yang berkaitan dengan kegiatan keja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. 2. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau, lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik didarat, di dalam tanah, di permukaan air di dalam air maupun di udara yang berada.di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 3. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam ataupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa ataubarang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 4. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran, wajib menerapkan sistem K3. Peraturan-peraturan tersebut ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja akan berfungsi secara efektif, apabila program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut dapat dikomunikasikan pihak perusahaan kepada seluruh lapisan individu yang terlibat dalam proyek

konstruksi. Program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya di mulai dari tahap yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (Reason, 1997). Dalam industri konstruksi tidaklah hanya berorientasi pada produk sebagaimana banyak terjadi pada industri lainnya, akan tetapi industri ini juga berorientasi pada proses dan resiko yang dimiliki pada industri ini sangatlah besar akan tetapi jika dalam prosesnya faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja perusahaan diperhatikan serta perusahaan juga akan sangat terbantu jika resiko kerja dapat diminimalisir dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja melalui pengambilan kebijakan yang tepat dalam hal ini yaitu pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor-faktor pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (komitmen top manajement, peraturan dan prosedur K3, komunikasi tenaga kerja, kompetensi tenaga kerja, lingkungan kerja, dan keterlibatan tenaga kerja) berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja proyek konstruksi? 2. Apakah faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang dominan mempengaruhi kinerja tenaga kerja proyek konstruksi? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang diinginkan untuk dicapai, yaitu sebagai berikut: 1. Menganalisa pengaruh faktor-faktor pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja tenaga kerja proyek konstruksi. 2. Menganalisa pengaruh paling dominan faktor-faktor pelaksanaan keselamatan

dan kesehatan kerja yang mempengaruhi kinerja tenaga kerja proyek konstruksi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis Memberikan tambahan wawasan mengenai pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap proyek konstruksi, pengembangan penelitian mengenai program keselamatan dan kesehatan kerja untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Sebagai masukan perusahaan yang ada dalam melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dalam meningkatkan kinerja proyek konstruksi ataupun kinerja tenaga kerja pada umumnya. 1.4.3 Manfaat Kebijakan Sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja agar kedepannya perusahaan bisa lebih efektif dalam menjalankan atau mengambiil keputusan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. 1.5 Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, landasan teori, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diduga ada pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (komitmen top management, peraturan dan prosedur K3, komunikasai pekerja, kompetensi pekerja, lingkungan kerja, dan keterlibatan pekerja) terhadap kinerja tenaga kerja proyek konstruksi. 2. Diduga pengaruh kompetensi tenaga kerja dominan mempengaruhi kinerja tenaga kerja proyek konstruksi pada PT.Reka Esti Utama Semarang.