GAMBARAN KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH BATUDAA KABUPATEN GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI SISWA SMU PGRI KABUPATEN MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SANTRI PONDOK PESANTREN HUBULO GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PGM 2011, 34(2): Reliabilitas metode pengumpulan data konsumsi S. Prihatini; dkk

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

GAMBARAN REMAJA OBESITAS TENTANG PENGETAHUAN POLA MENU SEIMBANG DI SMPN 30 MAKASSAR

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SISWA MAN INSAN CENDEKIA GORONTALO

PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

GAMBARAN POLA MAKAN DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO PADA REMAJA GEMUK DI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR JURUSAN GIZI


BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA DI PONDOK PESANTREN AL-IZZAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : INGGRIT PRAMESTI J

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN LEMAK DAN KARBOHIDRAT DENGAN STATUS GIZI PELAJAR DI SMPN 1 KOKAP KULON PROGO YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, Pelajar SMP

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

GAMBARAN ASUPAN NUTRISI SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA SEJATI PRATAMA MEDAN SAAT PERTANDINGAN TAHUN 2014 OLEH: M. IBNU KHALDUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q KRAPYAK YOGYAKARTA. Hera Ariyani 1, Ekawati 1

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP KRISTEN TATELI KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sel-sel termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologi tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

KECUKUPAN GIZI PROTEIN DAN ENERGI MAKAN SIANG SISWA DI TK TARUNA AL-QURAN YOGYAKARTA

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

Transkripsi:

p - ISSN (Cetak) :2407-8484 Fitriani Nusi,Fitri Yani Arbie e - ISSN (Online) :2549-7618 GAMBARAN KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Fitriani Nusi 1) dan Fitri Yani Arbie 2) Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo, Jalan Taman Pendidikan No.36, Kota Gorontalo, Kode Pos 96113 email: fitri.y.arbie@gmail.com ABSTRACT Background: Nutritional consumption greatly influences a person's nutritional status which is the main capital for an individual's health. Nutritional intake that is wrong or not in accordance with needs will cause a variety of health problems including adolescents. This study aims to determine energy and protein consumption in adolescents at Batudaa Muhamadiyah High School Gorontalo District Method: This research method is descriptive survey. The study sample was 100 adolescents at Batudaa Muhamadiyah High School, Gorontalo District by recalling energy and protein intake in adolescents for 3 days using food recall. Results: The results of the study were 93% of adolescents had less energy intake and 7% had good energy intake. There were 42% of teenagers having less protein intake, 40% of teenagers having good protein intake, and 18% having more protein intake. Conclusion: The conclusion of the study is that energy and protein consumption in adolescents at Muhammadiyah Batudaa High School in Gorontalo Regency is still categorized as less than the Nutrition Adequacy Rate. Keywords: energy, adolescents, protein ABSTRAK Latar belakang: Konsumsi gizi sangat mempengaruhi status gizi kesehatan seseorang yang merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Asupan gizi yang salah atau tidak sesuai dengan kebutuhan akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan termasuk pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi energi dan protein pada remaja di SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo Metode: Metode Penelitian ini bersifat survei deskriptif. Sampel penelitian sebanyak 100 remaja di SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo dengan merecall asupan energi dan protein pada remaja dilakukan selama 3 hari meggunakan food recall. Hasil: Hasil penelitian sebanyak 93% remaja memiliki asupan energi kurang dan 7% memiliki asupan energi baik. Terdapat 42% remaja memiliki asupan protein kurang, 40% remaja memiliki asupan protein baik, dan 18% memiliki asupan protein lebih. Kesimpulan: Kesimpulan penelitian yaitu konsumsi energi dan protein pada remaja di SMA Muhammadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo masih termasuk kategori kurang dari Angka Kecukupan Gizi. Kata Kunci: energi, remaja, protein 60 Health and Nutritions Journal (JHN)

PENDAHULUAN Konsumsi gizi sangat mempengaruhi status gizi kesehatan seseorang yang merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Asupan gizi yang salah atau tidak sesuai dengan kebutuhan akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan termaksud pada remaja. Istilah malnutrisi (gizi salah) diartikan sebagai keadaan asupan gizi yang salah atau asupan gizi yang tidak baik, dalam bentuk asupan berlebihan ataupun kekurangan akan menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan. Masalah kesehatan di Indonesia, yang muncul sebagai akibat asupan gizi yang kurang diantaranya adalah kekurangan vitamin A (KVA), Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI) (Sulistyoningsih, 2011). Anemia, Kekurangan energi protein (KEP). Selain masalah gizi kurang, akhir-akhir ini ditemukan juga dampak dari mengkonsumsi makanan yang berlebihan, mengkonsumsi makanan yang berlebihan juga dapat menimbulkan masalah kesehatan (penyakit) contohnya seperti obesitas, sesak nafas. tidak hanya pada orang dewasa, tetapi juga pada anak remaja (Sulistyoningsih, 2011). Pengelompokan zat gizi berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh seseorang terbagi atas dua macam, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram (gr), sedangkan zat mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit, sebagian besar dibutuhkan dalam satuan milligram (mg). Kelompok zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein, sedangkan kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin (Sulistyoningsih, 2011). Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari angka kecukupan gizi (AKG) bagi orang Indonesia) adalah sebanyak 40,7%. Penduduk yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80% dari angka kecukupan (AKG) bagi orang Indonesia) adalah sebanyak 37%, Provinsi bali merupakan provinsi dengan penduduk yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dengan presentasi terendah (30,9%), dan yang presentasi tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat (46,7%) Provinsi yang penduduknya mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal dengan presentasi terendah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (18,0%), dan yang persentasinya tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (56,0%) (Riskesdas, 2010). Remaja adalah individu baik pria ataupun wanita yang berada pada masa/usia antara anak-anak menuju dewasa. Remaja adalah sekelompok orang yang berusia 10-19 tahun. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan sangat mempengaruhi pada status kesehatan dan gizi pada remaja. Salah satu area yang sangat penting yaitu kesehatan reproduksi remaja. Kesehatan reproduksi remaja (Adolescent Reproductive Health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh setiap remaja. Salah satu unsure yang sangat berperan yaitu dalam mewujudkan kesehatan reproduksi pada remaja adalah status gizi. Asupan atau zatzat gizi yang seimbang yang sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja memcapai pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan asupan akan menimbulkan masalah gizi baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang (Sulistyoningsih, 2011). Timbulnya masalah gizi pada remaja pada dasarnya dipengaruhi oleh perilaku gizi yang salah, yaitu terjadi ketidakseimbagan antara konsumsi gizi dengan kecukupaan gizi yang dianjurkan. 61 Health and Nutritions Journal (JHN)

Jika mengkonsumsi gizi tidak cukup maka seseorang akan mengalami gizi kurang. Sebaliknya jika mengkonsumsi melebihi batas kecukupan maka akan menderita gizi lebih atau obesitas (Sulistyoningsih, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui konsumsi energi dan protein pada remaja di SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif untuk melihat gambaran tentang konsumsi energi dan protein pada remaja di SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018. Variabel dalam penelitian 1. 1. Karakteristik Responden ini merupakan variabel tunggal yaitu a. Umur tentang Konsumsi Energi dan Protein pada Remaja. Sampel penelitian adalah remaja di SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo yang berumur 14-19 tahun berjumlah 100 orang. Konsumsi 62 Health and Nutritions Journal (JHN) energi dan protein diperoleh dengan metode 24-hour food recall. Kemudian diklasifikasikan menjadi kurang (<80% kebutuhan berdasarkan AKG), baik (80-100% kebutuhan berdasarkan AKG) dan lebih (>100% kebutuhan berdasarkan AKG). Data konsumsi kemudian dianalisis menggunakan NutriSurvey. Dirata-ratakan konsumsi selama 3 hari kemudian dibandingkan dengan AKG. Setelah itu hasilnya dihitung, kemudian dapat dilihat apakah energi, dan proteinnya sudah mencapai batas normal atau tidak yaitu tentang konsumsi energi dan protein pada siswa SMA Muhammadiyah Batudaa. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian terhadap 100 orang siswa di Wilayah SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo. Berikut ini distribusi siswa menut umur yang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Umur Siswa di SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo 2018 Umur n % 14-15 Tahun 17 17 16-17 Tahun 18-19 Tahun 59 24 59 24 Total 100 100 % Berdasarkan dari 100 responden b. Jenis kelamin golongan umur di bagi menjadi 3 golongan mulai dari umur 14-15 tahun berjumlah 17 (17%), dan untuk umur 16-17 tahun berjumlah 59 (59%), dan untuk 18-19 tahun berjumlah 24 (24%). Tabel 2. Distribusi Menurut Jenis Kelamin Hasil penelitian dari 100 orang sampel di Wilayah SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo. Berikut ini distribusi menurut jenis kelamin yang dapat dilihat pada Tabel 2. Jenis kelamin n % Laki-laki 31 31 Perempuan 69 69 Total 100 100 % Berdasarkan Tabel diketahui bahwa dari 100 responden didapatkan lebih banyak yang berjenis perempuan yaitu sebanyak 69 responden atau (69%),

sedangkan untuk laki-laki sebanyak 31 (31%). 2. 2. Konsumsi Energi Gambaran asupan energi pada remaja laki-laki dari 31 orang diperoleh asupan dengan kategori kurang berjumlah 31 orang ( 31%), dan untuk remaja perempuan dari 69 remaja diperoleh supan energi dengan kategori kurang berjumlah 62 (89.8%), kategori baik berjumlah 7 remaja (10.1%). Tabel 3. Gambaran Distribusi Asupan Energi Pada Remaja di SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo 2018 Jenis Kelamin Kategori Asupan Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Kurang 31 100 62 89,8 93 93 Baik 0 0 7 10,1 7 7 Lebih 0 0 0 0 0 0 Jumlah 31 100,0 69 100,0 100 100,0 3. Konsumsi Protein Asupan protein pada remaja lakilaki berjumlah 31 remaja dengan kategori kurang berjumlah 22 (71.0%) remaja, kategori baik berjumlah 9 remaja (29.0%). dan untuk remaja perempuan dengan jumlah 69 dengan kategori kurang berjumlah 20 (29.0%), kategori baik berjumlah 31 remaja (44.9%), kategori lebih berjumlah 18 orang (26.1%). Tabel 4. Gambaran Distribusi Asupan Protein Pada Remaja di SMA Muhamadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo 2018 Jenis Kelamin Kategori Asupan Laki-laki Perempuan Total N % n % n % Kurang 22 71,0 20 29,0 42 42 Baik 9 29,0 31 44,9 40 40 Lebih 0 0 18 26,1 18 18 Jumlah 31 100,0 69 100,0 100,0 100,0 4. Konsumsi Energi dan Protein Dari 100 remaja dengan asupan energi kategori kurang berjumlah (93%) kategori baik berjumlah (7%), dan untuk asupan protein dari 100 remaja degan kategori kurang berjumlah (42%), kategori baik berjumlah (40%), kategori lebih berjumlah (18%). 63 Health and Nutritions Journal (JHN)

Tabel 5. Distribusi Asupan Energi dan Protein Pada Remaja SMA Muhammadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo Tahun 2018 Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo dengan judul Gambaran Konsumsi Energi dan Protein Pada Remaja yaitu dari 100 sampel remaja lakilaki berjumlah 31 remaja, perempuan berjumlah 69 remaja, dan didapatkan dari 100 sampel umur remaja terdiri dari 14-15 berjumlah 17% remaja, 16-17 berjumlah 59% remaja, 18-19 berjumlah 24% remaja. Hubungan umur dengan asupan yaitu semakin tinggi umur remaja semakin tinggi pula asupan yang mereka konsumsi baik energi ataupun protein. Tetapi berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo. Sebagian besar remaja mengkonsumsi energi dan protein kurang dari angka kecukupan gizi masing-masing 93% energi dan 42% protein. Dari 100 sampel remaja didapatkan asupan energi dengan kategori kurang yaitu lebih banyak berjumlah 93% remaja karena dari apa yang diteliti selama 3 hari remaja lebih suka jajan diluar dan hanya mengkonsumsi seperti goreng-gorengan, selain itu remaja sering tidak sarapan pagi, kategori baik berjumlah 7% remaja. 64 Health and Nutritions Journal (JHN) Asupan Kategori Energi Protein n % n % Kurang 93 93 42 42 Baik 7 7 40 40 Lebih 0 0 18 18 Jumlah 100 100 100 100 Energi merupakan salah satu metabolisme karbohidrat, protein dan lemak berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolieme pertumbuhan dan kegiatan fisik, sedangkan protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh. Asupan gizi yang salah atau tidak sesuai dengan kebutuhan akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan termaksud pada remaja (Sulistyoningsih, 2011). Sri Lesti Septiani penelitiannnya dilakukan pada peserta didik di MAN Insan Cendekia Serpong dengan hasil menunjukan bahwa 62% remaja memiliki konsumsi energi yang kurang, dan sebanyak 19% remaja memiliki konsumsi protein kurang. (Septiani, 2010). Penelitian Dian Ayu Santi dilaksanakan di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren dengan hasil sebagian besar tingkat kecukupan energi dan protein remaja dalam kategori kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah Batudaa Kabupaten Gorontalo konsumsi energi kurang yaitu 93% remaja, dan protein kurang 42% remaja (Santi, 2012). SIMPULAN Asupan protein dengan kategori kurang 1. Konsumsi energi pada remaja di SMA berjumlah 42% remaja, dikatakan kurang Muhamadiyah Batudaa Kabupaten karena remaja kurang mengkonsumsi protein yang berasal dari nabati yang Gorontalo sebagian besar termasuk dalam kategori kurang. berjumlah 18% dikatakan lebih karena 2. Konsumsi protein pada remaja di SMA remaja, dari apa yang diteliti makanan Muhamadiyah Batudaa Kabupaten yang mereka konsumsi sudah melewati batas yang seharusnya mereka konsumsi. Gorontalo sebagian besar termasuk dalam kategori kurang.

SARAN Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pembanding untuk penelitian penelitian selanjutnya serta mengadakan pengembangan penelitian guna untuk mengembangkan wawasan siswa tentang pentingnya konsumsi energi dan protein bagi tubuh. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Kepada Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Batudaa kabupaten Gorontalo 2. Kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Gorontalo DAFTAR PUSTAKA Sulistyoningsih Hariyani, 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu Yogyakarta. Riskesdas, 2010. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Sri Lesti Septiani 2010. Faktor-faktor yang berhubungan Dengan Konsumsi Energi dan Protein Pada Peserta Didik di Man Insan Cendekia Serpong. Santi Ayu Bulan 2012. Perbedaan Asupan Energi, Protein dan Status Gizi Pada Remaja Panti Asuhan dan Pondok Pesantren. 65 Health and Nutritions Journal (JHN)