BAB IV KESIMPULAN. tersebut diantaranya yaitu gerak, iringan, tata rias, dan busana.

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL DAMPAK PARIWISATA TERHADAP EKSISTENSI TARI ENGGANG TERBANG DI DESA PAMPANG, KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI PENGKAJIAN SENI

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV KESIMPULAN. Di era yang kini semakin banyak seniman-seniman tari yang semakin kreatif

BAB IV KESIMPULAN. Kesenian Jepin merupakan salah satu kesenian rakyat tradisional yang

BAB IV PENUTUP. Gerak miwir, cangkah, sagah, ongkrok, dan liukan badan merupakan fokus gerak

BAB V PENUTUP. orang penari putri, dua orang penari putra untuk menarikan tari Gendang Beleq

BAB V PENUTUP. Karya tari Kicak Shrogol merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari

BAB V PENUTUP. Penciptaan karya tari ini merupakan penuangan ide serta kreativitas penata

BAB V PENUTUP. kemandirian dan kreatifitas penata tari dalam berkarya. Proses penciptaan yang

BAB IV KESIMPULAN. putri menggunakan properti dhodhog. Tari Reog Dhodhog mulai dikenal oleh

BAB V KESIMPULAN. atau gangguan jiwa, dalam karya ini kegilaan tersebut di kemas dengan lebih

BAB V PENUTUP. Institut Seni Indonesia Yogyakarta. terpendam dalam diri masyarakat Baduy Dalam, mereka tetap selalu ingat

BAB IV KESIMPULAN. Kota Tasikmalaya. Kesenian Angklung Badud adalah suatu pertunjukan berbentuk

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Niat, kerja keras, kerjasama dan kesabaran adalah kunci utama

BAB V PENUTUP. perawan tua dan divisualisasikan melalui gerak ketubuhannya menurut apa

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Bagong Kussudiardja adalah seniman besar Indonesia yang mengabdikan

Keberadaan Tari Tarik Jalur di Pisang Berebus Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau

PROSES PENCIPTAAN TARI SILONGOR DI SMP NEGERI 2 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE ABSTRAK

BAB IV KESIMPULAN. adalah tari kelompok yang selalu ditarikan secara berpasangan.

diikutsertakan dalam parade tari nasional mewakili Provinsi Jambi di Taman Layang Pekasih terinspirasi dari proses upacara besaleh Suku Anak Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S.

BAB V PENUTUP. hasil dari kreatufutas masyarakat di Desa Ngalang, kecamatan gedangsari,

ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET

BENTU DI MAN. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PROGRAM. Oleh: A

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Karya tari Leto Manyam Kalong merupakan karya yang digarap sebagai

Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48

BAB IV KESIMPULAN. Kontinuitas yang terjadi pada kelompok musik Riau Rhythm Chambers

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Boalemo dengan jumlah penduduk 150kk. Dahulu desa Kaaruyan ini

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang peneliti asal Amerika, Clifford Geertz dalam bukunya The

BAB V PENUTUP. agar dapat menggambarkan isi garapan. Kata Mucak Pendak berasal dari

BAB IV PENUTUP. ide gagasan pengkombinasian antara prajurit berkuda. kesenian rakyat Jathilan dan prajurit Kavaleri TNI AD, dengan mengilhami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI

3. Karakteristik tari

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi

NASKAH PUBLIKASI Kendang Juwita

MATERI PENYUSUNAN KOMPOSISI

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

BENTUK PENYAJIAN TARI LANGKIR DEHWER DI KECAMATAN TEUPAH SELATAN KABUPATEN SIMEULUE

EKSISTENSI KESENIAN BADUI BABUSSALAM DI DUSUN CANDRAN DESA SIDOARUM KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

BAB V PENUTUP. dengan tanah kelahiran Minangkabau-Sumatera Barat. Gagasan disampaikan melalui

BAB III PENUTUP. menempatkan karya seni sebagai peluang emas, manusia masuk pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KOREOGRAFI TARI SIRIH LAYANG PEKASIH KARYA ERI ARGAWAN

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

TARI SAPUTANGAN DALAM KONTEKS TRADISI

KESUBURAN. Oleh: TUGAS AKHIR INSTITUT UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

TENAGA, RUANG, DAN WAKTU SEBAGAI DASAR PENCIPTAAN KARYA TARI CITRAPATA. Oleh: Agustin Tri Wijayanti. Dosen Pembimbing: Drs. PeniPuspito M.

TARI ANGSA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DIKLAT SENI BUDAYA SEKOLAH DASAR

ANALISIS KOREOGRAFI TARI SEPEN VERSI BAPAK SUCHRON

BENTUK PENYAJIAN TARI PAYUNG GEULIS

CAWAN DALAM GARAPAN TARI

Kata Kunci : In Control, Keseimbangan, Liris

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB V KESIMPULAN. Keberadaan kesenian tradisional sangat besar pengaruhya bagi

TARI RONGGENG PASER SEBAGAI IDENTITAS MASYARAKAT SUKU PASER DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR

EKSISTENSI KESENIAN REOG WAYANG DI DUSUN GUNTURAN DESA TRIHARJO KECAMATAN PANDAK KABUPATEN BANTUL

EKSISTENSI KESENIAN JEPIN DI DUSUNBANDUNGAN DESA DARMAYASA KECAMATAN PEJAWARAN KABUPATEN BANJARNEGARA. Oleh: Ika Prawita Herawati

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT WORK SHOP TARI GOLEK MENAK GAYA YOGYAKARTA DI TAMAN MINI INDONESIA INDAH JAKARTA

MODEL DESAIN GERAK TARI KELOMPOK UNTUK PELATIHAN GURU SENI BUDAYA SMP

BAB I PENDAHULUAN. seribu bukit di Kabupaten Gayo Lues. Tari Saman sebagai suatu tari tradisional

BAB V PENUTUP. Tari Taru Tari Tara adalah sebuah karya baru yang merupakan hasil

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

FUNGSI TARI NGARANG DALAM UPACARA RITUAL BELIAN DI DESA PAIT KABUPATEN PASER

ANALISIS KOREOGRAFI TARI GANJUR PADA UPACARA ADAT ERAU KUTAI KERTANEGARA KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi.

ANALISIS UNSUR GERAK TARI LAWEUT DI SANGGAR SEULAWEUT

1 BAB I PENDAHULUAN. dilestarikan dan diperkenalkan sejak dini. Tari sendiri memiliki nilai-nilai

BAB V PENUTUP. terhadap bentuk tari Famadogo Omo dalam upacara memasuki rumah baru pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

UPT Perpustakaan ISIYogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kekuatan pada diri wanita tidak diwujudkan lewat bentuk tubuh atau fisik

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Opera Batak merupakan pertunjukan teater rakyat yang dimiliki

PENYAJIAN VISUAL KOREOGRAFI PENDIDIKAN MBLEKOK NULOG SHEOCIANA RAMELIAH

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

Fungsi Seni Tari Tradisional di Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. temurun. Soedarsono mengungkapkan bahwa tari tradisional adalah semua. selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang ada.

RINGKASAN ANALISIS KOREOGRAFI TARI GANJUR PADA UPACARA ADAT ERAU KUTAI KERTANEGARA KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

BAB IV KESIMPULAN. Panjidur merupakan kesenian salawatan yang tumbuh dan berkembang di

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hilda Maulany, 2013

SEKARTAJI. Kata Kunci: Karakter, Tokoh, dan Sekartaji

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan

BAB V KESIMPULAN. pertempuran Kotabaru ke dalam teks Beksan Bedhaya Ngadilaga Kotabaru, maka

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN Penelitian ini difokuskan pada pertunjukan tari Ronggeng Paser karya Dwi Totok Sadianto yang telah memiliki penetapan pada koreografinya. Pertunjukan tari Ronggeng Paser merupakan kesenian yang terkenal di Kabupaten Paser. Hal ini dapat dilihat dari adanya motif gerak yang terbentuk dari gerak dasar ketika seseorang sedang berjalan dan memanen padi. Motif gerak tersebut yaitu dikenal dengan nama limbai dan tirik. Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu pada unsurunsur yang membentuk tari Ronggeng Paser karya Dwi Totok Sadianto. Unsur tersebut diantaranya yaitu gerak, iringan, tata rias, dan busana. Penelitian ini menggunakan pendekatan koreografi untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk koreografi tari Ronggeng Paser dengan menggunakan buku dari Y. Sumandiyo Hadi yaitu Koreografi: Bentuk-Teknik-Isi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis, sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis guna menghasilkan kesimpulan dengan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Tari Ronggeng Paser dapat ditinjau dari bentuk koreografinya melalui bentuk, teknik, dan isi. Bentuk gerak memiliki beberapa prinsip yang meliputi dari keutuhan, variasi, repetisi, transisi, rangkaian, dan klimaks. Keutuhan tari Ronggeng Paser dapat dilihat secara keseluruhan dari pertunjukannya yang didominasi dengan gerak 97

rampak, sehingga dibutuhkan kerjasama agar tercipta kekompakan antar penarinya. Gerak rampak tersebut dilakukan secara terus menerus. Variasi dalam tari Ronggeng Paser masih menggunakan aspek gerak, ruang, dan waktu. Variasi gerak terdapat pada sikap kaki menyilang, Hal ini dapat dilihat dari motif gerak yang pertama yaitu rindu dendam erai pada hitungan satu kaki kanan melangkah ke samping kanan dan pada hitungan kedua kaki kiri menyilang ke kanan melalui belakang. Pada motif gerak yang kedua rindu dendam duo dihitungan satu kaki kanan melangkah ke depan dan pada hitungan kedua kaki kiri menyilang ke depan melalui belakang. Variasi lain terdapat pada ruang dan waktu. Variasi ruang meliputi tempat pementasan dan ruang yang tercipta oleh gerak itu sendiri. Salah satu contoh ruang pementasan pada acara memperingati hari jadi Kabupaten Paser berupa panggung tradisional yang terbuat dari batang pohon kayu gama dan atap dari daun nipah. Ruang tari tersebut tidak selamanya digunakan seperti itu, namun ruang pementasannya dapat dilakukan di mana saja tanpa aturan tertentu. Ruang yang tercipta oleh gerak meliputi arah dan level. Arah hadap dalam tari Ronggeng Paser cenderung ke arah depan, namun di variasiakan ke arah samping, dan belakang. Penggunaan level dalam tari Ronggeng Paser didominasi dengan level sedang, akan tetapi di variasikan dengan level rendah. Hal ini dapat dilihat pada motif gerak tirik erai, kayang peluko, dan tirik duo yang menggunakan level rendah. Variasi pada waktu terdapat pada tempo iringan yang berawal lambat, sedang, dan diakhiri dengan tempo cepat, sedangkan ritmenya tidak memiliki variasi hanyalah sebuah pertunjukan 98

yang di sajikan dari awal hingga akhir secara ajeg, dan durasi yang digunakan kurang lebih 05:25 detik. Repetisi musik dalam tari Ronggeng Paser terdapat dalam motif gerak kayang peluko, sedangkan repetisi pada musiknya terdapat ketika menggerakan motif gerak batu sopang kemudian diulang pada motif gerak limbai erai. Transisi pada tari tersebut terdapat pada motif gerak burubut yang menyambungkan dari motif gerak batu sopang menuju motif gerak limbai erai dengan menunggu kode dari gendang, sedangkan musiknya terdapat perpindahan dari introduksi ke bagian awal, tengah, dan akhir. Rangkaian yang dimiliki meliputi urutan penyajian dengan cara diuraikan dari setiap motif geraknya. Klimaks pada pertunjukan tari Ronggeng Paser yang terletak dibagian akhir dengan ditandai tempo iringan dan gerak yang sangat cepat. Teknik dalam tari Ronggeng Paser terdapat teknik bentuk, medium, dan instrument. Teknik bentuk dan medium dapat dilihat dari awal hingga akhir pertunjukannya yang mana setiap motif geraknya selalu dilakukan dengan gerak yang rampak dan berulang-ulang. Teknik instrumen dapat terbentuk dengan teknik kaki yang diikuti gerak pinggul. Teknik kaki yang dimaksud ketika melangkah, mengayun, dan juga sebagai penopang tubuh itu sendiri atau mendhak. Isi dalam tari Ronggeng Paser bersifat non-literal yang tidak memiliki tema cerita, namun hanya terdapat tema gerak. Tema gerak tersebut merupakan kegembiraan masyarakat Paser saat usai panen padi. 99

Kesimpulan dari pembahasan ini yaitu bentuk koreografi dari tari Ronggeng Paser karya Dwi Totok Sadianto merupakan suatu tari hiburan dengan bentuk koreografi tari kelompok. Koreografi dalam tari ini memiliki motif gerak yang sangat sederhana, akan tetapi ada beberapa variasi. Kesederhanaan tersebut berupa setiap motif geraknya yang dilakukan secara rampak dan berulang-ulang. Teknik bentuk dan medium terdapat pada setiap motif geraknya selalu dilakukan dengan gerak yang rampak dan berulang-ulang, sedangkan teknik instrumen dalam tari Ronggeng Paser mengacu pada teknik kaki yang diikuti gerak pinggul, seperti halnya melangkah, mengayun, dan mendhak. Isi dalam tari Ronggeng Paser bersifat non-literal yang hanya menggunakan tema gerak dari kegembiraan masyarakat Paser saat usai panen padi. 100

DAFTAR SUMBER ACUAN 1. Sumber Tercetak Abdurachman, Armanto, dkk. 1985. Upacara Tradisional yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Paser. 2015. Profil Kabupaten Paser 2015. Tanah Paser: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Paser. Ellfeld, Louis. 1967. A Primer For Choreographers. Diterjemahaan oleh Sal Murgiyanto. 1977. Pedoman Dasar Penata Tari, Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss. Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan bumi melalui Kontruksi Hijau. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Caturwati, Endang, 2006. Perempuan dan Ronggeng di Tatar Sunda Telaahan Sejarah Budaya. Bandung: Pusat Kajian Lintas Budaya dan Pembangunan Berkelanjutan. Dahlan, Ahmad Dandang, 2005. Tayub Pati dan Ledeknya. Jakarta: PT Intimedia Ciptanusantara. Departemen Pendidikan dan Kebudayan. 1982. Adat Istiadat Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta. Dja far, Fadlin Muhammad, Muhammad Takari. 2014. Ronggeng dan Serampang Dua Belas dalam Kajian Ilmu-Ilmu Seni. Medan: Usu Press. Hadi, Y.Sumandiyo. 2003. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Lembaga Kajian Pendidikan dan Humaniora Indonesia.. 2005. Sosiologi Tari.Yogyakarta: Pustaka. 101

Media.. 2012. Koreografi Bentuk-Tehnik-Isi. Yogyakarta: Cipta. 2012. Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton. Yogyakarta: Badan Penerbit Institut Seni Indonesia Yogyakarta.. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Hersapandi. 2014. Ilmu Sosial Budaya Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Badan Penerbit Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Kasuma, Attabranie, Sabrie Hermantedo, dkk. 1986. Dampak Modernisasi Terhadap Hubungan Kekerabatan Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta. Kayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan. Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Kussudiarjo, Bagong. 1981. Tentang Tari, Yogyakarta: CV Nurcahya. Martono, Hendro. 2008. Sekelumit Ruang Pentas Modern dan Tradisi. Yogyakarta: Cipta Media.. 2010. Mengenal Tata Cahaya Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Cipta Media.. 2012. Ruang Pertunjukan Dan Berkesenian.Yogyakarta: KDT.. 2014. Koreografi Lingkungan Revitalisasi Gaya Pemanggungan dan Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Yogyakarta: Cipta Media. Nalan, Arthur S.edt. 1999. Aspek Manusia Dalam Seni Pertunjukan. Bandung: STSI Press. Nuraini, Indah, 2011, Tata Rias Dan Busana Wayang Orang Gaya Surakarta,Yogyakarta: Badan Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I. 1992. Sejarah Pemerintahan di Kalimantan Timur dari Masa ke Masa. Samarinda: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur. 102

R. Soekmono.1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius. Sastrowardoyo, Pandil, Kasim Taha, dkk. 1985. Upacara Tradisional Daerah Kalimantan Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta. Sedyawati, Edi. 1981.Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Smith, Jacqueline. 1976. Dance Composition A Practical Guide for Teacher. Diterjemahkan oleh Ben Suharto 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis bagi Guru. Yogyakarta: IKALASTI. Soedarsono. 1976. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta : Akademi Seni Tari IndonesiaYogyakarta. Sumaryono. 2011. Antropologi Tari dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta: Badan Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Yusuf, M. 1999. Adat dan Budaya Paser. Tanah Grogot: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Paser Kalimantan Timur.. 2006. Fenomena Budaya dan Kerajaan Paser. Tanah Grogot: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Paser Kalimantan Timur. 2. Sumber webtobgrafi https://id.m.wikipedia.org/wiki/daftar_kabupaten_dan_kota_di_kalimantan_timur. Diunggah ke internet pada tanggal 18 April 2016 oleh Imanuel, diunduh 18 Mei 2017. http://teaterbendera77.blogspot.com/2012/04/cerita-rakyat-kaltim.html?m=1. Diunggah ke internet pada tanggal 10 April 2012 oleh Agus Sri Purwanto, diunduh 24 Maret 2017. http://pamongbudayapaser.blogspot.com/2013/01/motif-lampinak.html?m=1. Diunggah ke internet pada tanggal 24 januari 2013 oleh Pamong Budaya Paser, diunduh 24 Maret 2017. 103

3. Sumber Lisan 1. Dwi Totok, 31 tahun, laki-laki, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Lembaga Adat Paser dan pelatih tari dan musik di Lembaga Adat Paser Kecamatan Long Kali. 2. Baisah, 54 tahun, perempuan, pendiri dan pelatih tari dari Group Kedo Taka dan Group Tekau Someh. 3. Hajeriyati, 51 tahun, perempuan, pelatih tari di Desa Petung. 4. Sudirman, 54 tahun, laki-laki, Ketua Umum Lembaga Adat Paser. 104