WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH. PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 10 "A TAI-lUri c2.017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DAFTAR PERIKSA TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA (TDUP)

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

N O M O R 5 0 T A H U N 2015 M O D A L K E P A D A K E P A L A B A D A N P E N A N A M A N M O D A L D A N PERIZINAN

DOKUMEN TEKNIS YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERSYARATAN TEKNIS PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

NO JABATAN TUGAS 3. Sub Bagian Umum dan Keuangan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Repub

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK BIDANG PERIZINAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PENGGABUNGAN PETUNJUK TEKNIS DAN RALAT PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

KEWAJIBAN PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANTUL

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGALEK NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

'~\,.~'.~ ~ Y WALIKOTA SURAKARTA PERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

Menimbang. Mengingat.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/20M.PAN/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik;

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG WEWENANG PENANDATANGANAN PERIJINAN PADA DINAS PERIJINAN PADA MASA TRANSISI

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 53 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN PERIJINAN PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

-1- BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 34

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

BUPATI DEMAK PROVVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 40 TAHUN 2015

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN BOYOLALI

DATA PRIBADI. :SAKAR SUDARWANTO,M..M.Pd TTL : TANGERANG. 12 MART 1962 KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA : BALARAJA KAB,TANGERANG HP :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN BUPATI NAGEKEO,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG KEPARIWISATAAN

bahwa sehubungan dengan telah diundangkannya

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 20 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG PENGELOLAAN DAN PENANDATANGANAN PERIZINAN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

Transkripsi:

SALINAN WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2019 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DAN NONPERIZINAN YANG MENJADI URUSAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pendelegasian Wewenang Perizinan dan Nonperizinan Yang Menjadi Urusan Pemerintah Daerah Kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Surakarta; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 45); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia...

- 2 - Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DAN NONPERIZINAN YANG MENJADI URUSAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA SURAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Surakarta. 2. Kepala Daerah adalah Walikota Surakarta. 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 5. Sekretaris...

- 3-5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Surakarta. 6. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat DPMPTSP adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Surakarta. 7. Perangkat Daerah Teknis adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berkaitan dengan teknis pelayanan terpadu satu pintu. 8. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 9. Nonperizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 10. Pendelegasian Wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban, dan pertanggungjawaban Perizinan dan Nonperizinan dari Kepala Daerah kepada Kepala DPMPTSP, termasuk penandatanganannya atas nama pemberi wewenang. 11. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan Perizinan dan Nonperizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan oleh DPMPTSP. 12. Pelayanan Secara Elektronik yang selanjutnya disingkat PSE adalah pelayanan Perizinan dan Nonperizinan yang diberikan melalui DPMPTSP secara elektronik. 13. Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik yang selanjutnya disingkat SPIPISE adalah sistem pelayanan Perizinan dan Nonperizinan yang terintegrasi antara Pemerintah yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan dengan Pemerintah Daerah. BAB II...

- 4 - BAB II TUJUAN PENDELEGASIAN WEWENANG Pasal 2 Tujuan pendelegasian wewenang adalah untuk: a. memberikan perlindungan dan kepastian hukum bidang Perizinan dan Nonperizinan kepada masyarakat; b. memperpendek proses pelayanan; dan c. mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti, dan terjangkau. BAB III PENDELEGASIAN WEWENANG Pasal 3 (1) Dalam menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Daerah, Kepala Daerah memberikan Pendelegasian Wewenang Perizinan dan Nonperizinan yang menjadi urusan Pemerintah Daerah kepada Kepala DPMPTSP. (2) Kepala DPMPTSP menerbitkan Perizinan dan Nonperizinan dan menandatanganinya atas nama Kepala Daerah. BAB IV PERIZINAN DAN NONPERIZINAN Bagian Kesatu Golongan Pasal 4 Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 digolongkan menjadi: a. Perizinan dan Nonperizinan bidang pekerjaan umum; b. Perizinan dan Nonperizinan bidang perekonomian; dan c. Perizinan dan Nonperizinan bidang pariwisata, sosial dan budaya. Bagian Kedua...

- 5 - Bagian Kedua Perizinan dan Nonperizinan Bidang Pekerjaan Umum Pasal 5 (1) Perizinan dan Nonperizinan bidang pekerjaan umum terdiri dari jenis Perizinan dan Nonperizinan: a. Pekerjaan umum dan Penataan Ruang, b. Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan; c. Lingkungan Hidup. (2) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari: a. Izin Mendirikan Bangunan; b. Izin Mendirikan Bangunan Telekomunikasi /Tower; c. Izin Balik Nama IMB; d. Izin Usaha Jasa Konstruksi; e. Izin Pemanfaatan Ruang/Keterangan Rencana Kota (KRK); f. Izin Pemanfaatan Ruang Diatas Saluran; g. Sertifikat Laik Fungsi; h. Penggantian Biaya Cetak Peta. i. Seritifikat Kepemilikan bangunan (3) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari: a. Pengembangan Perumahan; b. Izin kepemilikan bangunan rumah susun (stratatile); c. Izin Pemakaian Kekayaan Daerah berupa tanah untuk kegiatan usaha finansial dan untuk rumah tinggal; d. Izin Lokasi; (4) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari: a. Izin Lingkungan Hidup; b. Surat...

- 6 - b. Surat Penyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPL); c. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC); d. Ijin Penyimpanan Sementara Limbah B3; e. Pengumpulan Limbah B3 Skala Kabupaten/Kota. Bagian Ketiga Perizinan dan Nonperizinan Bidang Perekonomian Pasal 6 (1) Perizinan dan Nonperizinan bidang perekonomian terdiri dari jenis Perizinan dan Nonperizinan: a. Penanaman Modal; b. Tenaga Kerja dan Perindustrian; c. Perdagangan; d. Perhubungan; e. Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian; f. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah; dan g. Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. (2) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari: a. Pendaftaran Penanaman Modal; b. Izin Usaha Penanaman Modal. (3) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari: a. Izin Usaha Industri; b. Tanda Daftar Industri. (4) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari: a. Izin Usaha Perdagangan; b. Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol; c. Izin Tempat Usaha Minuman Beralkohol; d. Tanda Daftar Gudang Sementara (TDGS); e. Tanda Daftar Perusahaan (TDP); f. Izin Usaha Toko Moderen; g. Tanda...

- 7 - g. Tanda Pendaftaran Waralaba; dan h. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan; (5) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri dari: a. Izin Trayek; b. Izin Usaha Agen Jasa Angkutan; c. Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Dalam Trayek; d. Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek; e. Ijin Pengangkutan Limbah B3 Skala Kabupaten/Kota; f. Izin Usaha Sekolah Mengemudi; g. Izin Usaha Bengkel Umum; h. Izin Penyelenggaraan Angkutan Sewa; dan i. Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi. (6) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah Izin Kantor Cabang dan Loket Pelayanan Operator Seluler; (7) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri dari: a. Izin Koperasi serba usaha b. Izin / Persetujuan Pembukaan Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu (8) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g berupa Izin Penyelenggaraan Reklame Bagian Keempat Perizinan Bidang Pariwisata, Sosial dan Budaya Pasal 7 (1) Perizinan dan Nonperizinan Bidang Pariwisata, Sosial dan Budaya terdiri dari jenis Perizinan dan Nonperizinan: a. Kesehatan; b. Pendidikan; c. Pariwisata...

- 8 - c. Pariwisata; d. Kebudayaan; e. Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (2) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu Izin Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang meliputi: a. Izin Mendirikan RS Kelas C dan D b. Izin Operasional RS Kelas C dan D c. Izin Puskesmas d. Izin Operasional Klinik e. Izin Unit Transfusi Darah f. Izin Apotik g. Izin Penyelenggaraan Optikal h. Izin Panti Sehat i. Izin Depot Air Minum j. Izin Toko Alat Kesehatan k. Izin Toko Obat l. Izin Pelayanan Radiologi m. Izin Usaha Mikro Obat Tradisional n. Izin Perusahaan Rumah Tangga Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga o. Izin Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit p. Izin operasional Laboratorium Klinik Umum Pratama (3) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari: a. Izin Pendirian Satuan Pendidikan Formal; dan b. Izin Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal; c. Lembaga pelatihan kerja. (4) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari: a. daya tarik wisata, meliputi: 1. pengelolaan pemandian air panas alami; 2. pengelolaan goa; 3. pengelolaan peninggalan sejarah dan purbakala; 4. pengelolaan...

- 9-4. pengelolaan museum; 5. pengelolaan pemukiman dan/atau lingkungan adat; 6. pengelolaan objek ziarah; dan 7. wisata agro. b. kawasan pariwisata, meliputi: 1. pendaftaran usaha pariwisata ditujukan kepada walikota; dan 2. pendaftaran dilakukan terhadap kawasan pariwisata pada setiap lokasi. c. jasa transportasi wisata, meliputi: 1. angkutan jalan wisata; 2. angkutan wisata dengan kereta api; dan 3. angkutan wisata di sungai dan danau. d. jasa perjalanan wisata, meliputi: 1. biro perjalanan wisata; dan 2. agen perjalanan wisata. e. jasa makanan dan minuman, meliputi: 1. restoran; 2. rumah makan; 3. bar/rumah minum; 4. kafe; 5. jasa boga; dan 6. pusat penjualan makanan. f. penyediaan akomodasi, meliputi: 1. hotel; 2. kondominium hotel; 3. apartemen servis; 4. bumi perkemahan; 5. persinggahan karavan; 6. vila; 7. pondok wisata; 8. jasa manajemen hotel; 9. hunian wisata senior/lanjut usia; 10. rumah wisata; dan 11. motel. g. penyelenggaraan...

- 10 - g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi: 1. gelanggang rekreasi olah raga, meliputi: a) lapangan golf; b) rumah bilyar; c) gelanggang renang; d) lapangan tenis; dan e) gelanggang bowling. 2. gelanggang seni, meliputi: a) sanggar seni; b) galeri seni; dan c) gedung pertunjukan seni. 3. Arena Permainan 4. hiburan malam, meliputi: a) kelab malam; b) diskotek; dan c) pub; 5. rumah pijat; 6. taman rekreasi atau taman bertema; 7. karaoke; dan 8. jasa impresariat/promotor. 9. Salon kecantikan dan rias penganten 10. Jenis usaha lain yang ditetapkan oleh Walikota h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; i. jasa informasi pariwisata; j. jasa konsultan pariwisata; k. jasa pramuwisata; l. wisata tirta, meliputi: 1. wisata arung jeram; 2. wisata dayung; 3. wisata selam; 4. wisata memancing; 5. wisata selancar; 6. wisata olah raga tirta; dan 7. dermaga wisata; m. spa. (5) Jenis...

- 11 - (5) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa Surat Keterangan Sanggar Seni. (6) Jenis Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri dari: a. izin klinik hewan; b. izin rumah sakit hewan; c. izin rumah sakit hewan khusus; d. izin usaha obat hewan; e. Izin Usaha Pet Shop/Pet Salon/Pet Grooming f. izin rumah potong hewan unggas; g. izin rumah potong hewan ruminansia; h. izin rumah potong hewan non ruminansia; i. izin unit penanganan daging; j. izin usaha industri primer hasil hutan kayu; BAB V PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 8 Kepala DPMPTSP bertanggung jawab atas kewenangan yang didelegasikan di bidang Perizinan dan Nonperizinan. Pasal 9 Dalam menggunakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Kepala DPMPTSP harus: a. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan b. tidak boleh merugikan pihak lain. BAB VI PENERBITAN IZIN DAN REKOMENDASI TEKNIS Pasal 10 (1) Penerbitan Perizinan yang memerlukan rekomendasi dari Perangkat Daerah Teknis, Perangkat Daerah Teknis yang bersangkutan menunjuk pejabat dengan status...

- 12 - status Bawah Kendali Operasi (BKO) di DPMPTSP yang diberi kewenangan sebagai penghubung dalam penerbitan rekomendasi. (2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Perangkat Daerah Teknis yang bersangkutan. (3) Penunjukan pejabat dengan status BKO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah Teknis yang bersangkutan. (4) Pejabat dengan status BKO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bentuk penugasan pejabat yang secara administratif berada pada Perangkat Daerah yang menugaskan, sedangkan kendali operasional mengikuti ketentuan di DPMPTSP. Pasal 11 Atas penerbitan perizinan yang memerlukan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), Kepala DPMPTSP menyampaikan tembusan kepada Kepala Perangkat Daerah yang bersangkutan. BAB VII PERIZINAN DAN NONPERIZINAN SECARA ELEKTRONIK Pasal 12 Penyelenggaraan Perizinan dan Nonperizinan oleh DPMPTSP dapat menggunakan Pelayanan Secara Elektronik (PSE). Pasal 13 (1) PSE oleh DPMPTSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 mencakup aplikasi otomasi proses kerja (business process), Pembayaran Retribusi (retribusi online)dan informasi yang diperlukan dalam pelayanan Perizinan dan Nonperizinan. (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri: a. jenis...

- 13 - a. jenis, persyaratan teknis, mekanisme penelusuran posisi dokumen pada setiap proses, biaya, dan waktu pelayanan; b. tata cara layanan pengaduan; dan c. hal-hal lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang Perizinan. Pasal 14 DPMPTSP dalam mengelola PSE mempunyai kewajiban: a. menjamin PSE beroperasi secara terus menerus sesuai standar tingkat layanan, keamanan data dan informasi; b. melakukan manajemen sistem aplikasi otomatisasi proses kerja (business process) pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, serta data dan informasi; c. melakukan koordinasi dan sinkronisasi pertukaran data dan informasi secara langsung (online) dengan pihak terkait; d. melakukan tindakan untuk mengatasi gangguan terhadap PSE; e. menyediakan jejak audit (audit trail); dan f. menjamin keamanan dan kerahasiaan data dan informasi yang disampaikan DPMPTSP melalui PSE. Pasal 15 PSE untuk Perizinan dan Nonperizinan dilakukan melalui SPIPISE. Pasal 16 (1) DPMPTSP menggunakan standar data referensi yang ditetapkan dalam SPIPISE serta menyampaikan dan membuka akses informasi Perizinan dan Nonperizinan yang meliputi jenis, persyaratan teknis, mekanisme, biaya dan SLA serta informasi potensi Penanaman Modal daerah kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2) DPMPTSP...

- 14 - (2) DPMPTSP menyediakan perangkat pendukung untuk pengolahan data, jaringan dan keterhubungan (interkoneksi) PSE. Pasal 17 (1) DPMPTSP memiliki hak akses terhadap PSE. (2) DPMPTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas data dan informasi dan menjaga keamanan atas penggunaan hak akses tersebut. Pasal 18 (1) DPMPTSP menyediakan jejak audit (audit trail) atas seluruh kegiatan dalam PSE. (2) Jejak audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk mengetahui dan menguji kebenaran proses transaksi elektronik melalui PSE. (3) DPMPTSP menggunakan jejak audit yang ada di PSE sebagai dasar penelusuran apabila terjadi perbedaan data dan informasi. Pasal 19 Dalam menyelenggarakan PSE tanggung jawab pembiayaan dibebankan kepada Pemerintah Daerah untuk jaringan dan keterhubungan dari DPMPTSP ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah. BAB VIII TIM TEKNIS PERIZINAN Pasal 20 (1) Setiap permohonan Perizinan harus dilakukan verifikasi. (2) Verifikasi dilakukan terhadap persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. (3) Untuk verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk Tim Teknis Perizinan. (4) Tim Teknis...

- 15 - (4) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. (5) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melaporkan hasil verifikasi kepada Kepala Daerah melalui Kepala DPMPTSP. BAB IX PEMBINAAN,PENGENDALlAN DAN PENGAWASAN PasaI 21 (1) Pembinaan, pengendaiian dan pengawasan atas penyelenggaraan administrasi perizinan dilaksanakan oleh DPMPTSP. (2) Pembinaan, pengendaiian dan pengawasan atas penyelenggaraan teknis perizinan dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Teknis. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 Perizinan yang telah dikeluarkan sebelum Peraturan Walikota ini diundangkan dinyatakan masih tetap berlaku. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota Surakarta Nomor 27-C Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Berita Daerah Kota Surakarta Tahun 2016 Nomor 37) sepanjang mengenai kewenangan perizinan dan pelayanan non perizinan yang dilimpahkan dalam Peraturan Walikota ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 24...

- 16 - Pasal 24 Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota Surakarta Nomor 10.A Tahun 2017 tentang Pendelegasian Kewenangan Walikota di Bidang Pelayanan dan Perizinan Kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta (Berita Daerah Kota Surakarta Tahun 2017 Nomor 16) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 25 Mengenai teknis pelaksanaan yang berkaitan dengan pelayanan terpadu satu pintu akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala DPMPTSP. Pasal 26 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Surakarta. Ditetapkan di Surakarta pada tanggal 2 Januari 2019 WALIKOTA SURAKARTA, Diundangkan di Surakarta pada tanggal 2 Januari 2019 Ttd & Cap FX. HADI RUDYATMO Pj.SEKRETARIS DAERAH KOTA SURAKARTA, Ttd & Cap UNTARA BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2019 NOMOR 2

- 17 -