BAB II LANDASAN TEORI. memakai fuel oil, hal ini lebih efisein dibandingkan dengan memakai bahan bakar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT

PENGARUH PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) DARI PLTU II SULAWESI UTARA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

meningkatan kekuatan, kekerasan dan keliatan produk karet. Kata kunci : bahan pengisi; komposisi kimia; industri karet

PENGARUH PENAMBAHAN ABU TERBANG (FLY ASH) TERHADAP KUAT TARIK BELAH BETON

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRESENTASI SEMINAR SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

Bab III CUT Pilot Plant

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

FOULING DAN PENGARUHNYA PADA FINAL SECONDARY SUPERHEATER PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ada beberapa fan yang digunakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBAKARAN SAMPAI DENGAN TEMPERATUR 400 C TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH FLY ASH DAN SERBUK BATU GAMPING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri.

BAB III LANDASAN TEORI

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

ANALISIS KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS GELAS SERTA ANALISIS KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS ARANG BRIKET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN BOTTOM ASH DAN FLY ASH TIPE C SEBAGAI BAHAN PENGGANTI DALAM PEMBUATAN PAVING BLOCK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat secara tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN BOTTOM ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KORELASI RASIO-AIR-POWDER DAN KADAR ABU TERBANG TERHADAP KINERJA BETON HVFA

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas kinerja beton dengan meningkatkan kualitas campuran beton.

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X KUAT TEKAN BETON DENGAN FLY ASH EX. PLTU SIJANTANG SAWAHLUNTO

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

commit to user 1 BAB 1 PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

KAJIAN EXPERIMENTAL SIFAT KAREKTERISTIK MORTAR YANG MENGGUNAKAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Oleh : Umi Fitriyani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

2.2 Klasifikasi Paving Block Berdasarkan klasifikasinya Paving Block dibedakan menjadi beberapa klasifikasi diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memproduksi minyak sekitar barel per hari.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pulverizer Pada umumnya untuk pembakaran pertama pada pembangkit batu bara memakai fuel oil, hal ini lebih efisein dibandingkan dengan memakai bahan bakar gas. Seperti terlihat pada gambar peralatan pembakaran pertama ini dilengkapi dengan burner, ignitor dan sistim udara (atomizing air). Sebagai bahan bakar digunakan batubara, bongkahan-bongkahan batubara yang nampak seperti batu harus dihancurkan menjadi butiran-butiran halus agar batubara mudah tercampur dengan udara. Pulverizer adalah alat untuk menggiling atau menghancurkan batubara sehingga menjadi halus dan kemudian bersamaan dengan udara primer dialirkan ke furnace. Fungsi yang lain adalah mengeringkan batubara sehingga mudah dihaluskan dan dibakar, mengklasifikasikan atau menyaring batubara untuk memastikan bahwa batubara yang masuk ke dalam boiler benar-benar halus. Batubara yang terlalu keras (yang tidak bisa digiling) akan keluar melalui sebuah lubang dan ditampung di Pyrites Hopper yang selanjutnya dibuang. Deformasi material tersebuk menyebabkan fragmentasi struktur material sehingga terpecah menjadi susunan yang lebih kecil. (Maurice, D., & Courtney, T.H. 1996). Setiap boiler memiliki 4 pulverizer dimana tiap pulverizer menyuplai ke 4 burner sehingga setiap boiler memiliki 20 burner, berikut adalah konfigurasi untuk sistem bahan bakar. 7

8 2.2 Prinsip Kerja Pulverizer Adalah alat yang dipergunakan untuk menghancurkan/menggiling batu bara menjadi butiran halus (powder), kemudian butiran tersebut dihembuskan udara yang bertekannan tinggi dari bagian bawah didalam pulverizer sehingga naik menuju outlet pulverizer dan kemudian menuju ruang bakar bersama udara untuk pembakaran didalam boiler. Ukuran kehalusan batubara dari Pulverizer disebut fineness. pulverizer mempunyai tiga buah grinding roller yang terpasang pada posisi tetap. Batubara akan dihaluskan diantara grinding ring yang berputar dengan tiga buah roller yang terpasang tetap. Di dalam pulverizer juga terjadi proses pengeringan dan pemisahan batubara dengan benda-benda asing yang terbawa dari proses penambangan atau saat transportasi, sehingga batubara yang akan masuk ke ruang bakar sudah merupakan batubara yang siap dibakar dengan spesifikasi butiran dan temperatur yang telah di tentukan sesuai desain. Serbuk batubara akan dikeringkan dan ditransportasikan ke burner (furnace) dengan menggunakan udara panas yang disebut dengan Primary Air. Primary Air ini mempunyai 3 fungsi, yaitu: a. Mentransportasikan serbuk batubara dari Pulverizer ke burner. b. Mengeringkan serbuk batubara agar pembakaran dapat berlangsung secara optimum. c. Untuk mensirkulasikan batubara di dalam Pulverizeragar terpisah dari material asing yang tidak dapat dihaluskan.

9 Gambar 2.1: Prinsip Kerja Pulverizer PLTU Paiton Primary air (udara primer) diperoleh dari primary air fan (PAF). Ada dua sumber yang didapat dari mengalirnya primary air, yaitu melalui air heater sebelum masuk pulverizer dan tempering air dengan suhu udara disekitarnya. Keduanya ini bercampur untuk mendapatkan suhu yang memadai sesuai yang diperlukan oleh Pulverizer. Pengaturan suhu PrimaryAir ini dilakukan dengan mengatur posisi damper Hot Air dan Tempering Air. Gambar 2.2: Diagram Udara Primer.

10 2.3 Tipe Pulverizer Setiap pabrik mempunyai cara untuk menentukan tipe pulverizer. Jika dilihat dari putaran Pulverizer dibagi menjadi tiga, yaitu high speed mill pulverizer, medium speed mill pulverizer, low speed mill pulverizer. Yang saya rancang menggunakan tipe medium speed mill pulverizer. Ditandai dengan huruf, B & W 89G untuk produk Babcock & Wilcocx, sedangkan pabrik ABB CE tipe HP 963. Untuk HP 963 mengandung arti : untuk 96 adalah ukuran diameter bowl = 96 inchi, sedangkan angka 3 adalah jumlah grinding roll, seperti gambar dibawah ini. Gambar 2.3: Grinding Pulverizer PLTU Paiton 2.4 Pengertian Abu Batubara (Fly Ash) Fly ash batubara adalah limbah industri yang dihasilkan dari pembakaran batubara dan terdiri dari partikel yang halus. Fly-ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara, yang dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang telah digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Fly-ash atau abu terbang di kenal di Inggris sebagai serbuk abu pembakaran. Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat

11 seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat. Menurut ACI Committee 226 dijelaskan bahwa, fly-ash mempunyai butiran yang cukup halus, yaitu lolos ayakan N0. 325 (45 mili mikron) 5-27%, dengan spesific gravity antara 2,15-2,8 dan berwarna abu-abu kehitaman. Sifat proses pozzolanic dari fly-ash mirip dengan bahan pozzolan lainnya. Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly-ash) didefinisikan sebagai butiran halus residu pembakaran batubara atau bubuk batubara. Fly-ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumes. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung zat kimia SiO2 sampai dengan dengan 70%. Komponen utama dari abu terbang batubara yang berasal dari pembangkit listrik adalah silika (SiO2), alumina, (Al2O3), besi oksida (Fe2O3), kalsium (CaO) dan sisanya adalah magnesium, potasium, sodium, titanium dan belerang dalam jumlah yang sedikit. komponen Bituminous Sub Bitominous Lignite SiO2 20-60% 40-60% 15-45% Al2O3 5-35% 20-30% 10-25% Fe2O3 10-40% 4-10% 4-15% CaO 1-12% 5-30% 15-40% MgO 0-5% 1-6% 3-10% SO3 0-4% 0-2% 0-10% Na2O 0-4% 0-2% 0-6% K2O 0-3% 0-4% 0-4% LOI 0-15% 0-3% 0-5% Tabel 2.1: Komposisi Kimia Abu Terbang Batubara

12 Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran batubara lignit dan subbituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium dan magnesium oksida lebih banyak dari pada jenis bituminous. Namun, memiliki kandungan silika, alumina, dan karbon yang lebih sedikit dari pada bituminous. 2.5 Hal Yang Mempengaruhi Kapasitas Pulverizer a. HGI (Hardgrove Grindability Index) makin tinggi, maka semakin banyak batubara yang digiling, berarti kapasitas mill pulverizer naik, demikian juga sebaliknya. Untuk setiap point perubahan HGI akan terjadi perubahan kapasitas pulverizer sekitar 1 1/3%. b. Finesess makin tinggi berarti memerlukan waktu lebih lama untuk grinding, yang berarti kapasitas menurun, demikian sebaliknya. c. Moisture makin tinggi, maka kapasitas akan menurun karena memerlukan waktu pengeringan lebih lama dan batubara yang tercampur dengan material lainya lebih sulit untuk di hancurkan. 2.6 Komponen Utama Pulverizer Komponen utama pulverizer masing-masing memegang peranan penting pada saat pulverizer beroperasi. Dimana dala operasinya pulverizer ini digerakan oleh sebuah motor dengan putaran input speed 1427 rpm, output speed 35.4 rpm, diamana screpper dan bowl di couple sehingga putarannya sama. Dibawah ini adalah gabar dan letak komponen pada pulverizer beserta penjelasannya tentang fungsinya.

13 Gambar 2.4: Komponen-komponen Pulverizer PLTU Paiton 1. Grinding Berbentuk roda besar terbuat dari logam yang berfungsi untuk mengiling batubara diatas bowl dan berputar mengikuti putaran bowl. Clearance antara grinding roll dan bowl ring sekitar 5 mm. 2. Bowl Berbentuk seperti piring besar dengan gerakan berputar sebagai dasar untuk menggiling batubara bersama grinding roll yang berada diatasnya yang ikut berputar. Mill pulverizer tipe HP 96 3 berarti 96 inchi ukuran bowl dan 3 buah jumlah grinding.

14 3. Planetory gear box Untuk mentrasfer tenaga putar dari motor ke bowl. Didalam gearbox terdapat 2 gear yaitu : n1 dengan putaran 1427 rpm dan n2 dengan putaran 35.4 rpm, n2 ini adalah yang couple dengan bowl dan juga scrapper. 4. Motor pulverizer Berfungsi untuk memutar bowl melalui gigi reduksi dari planetory gear box 5. Mill pulverizerside Adalah peralatan dan area dibawah bowl diamana udara dari primary Air Fan masuk, untuk menampung batubara atau material yang reject dari pulverizer dan jatuh ke bottomliner yang dilengkapi scraper untuk membersihkan serbuk batubara. 6. Scraper Berjumlah 3 buah yang digunakan untuk embersihkan tumpahan batubara dari pulverizer dan pyretes. 7. Vane wheel Untuk peerataan distribusi udara dari mill pulverizerside melalui pulverizer dan terus keatas menuju clasfier, sehingga dapat eningkatkan efisiensi pembagian batubara. 8. Classifier Terletak pada bagian atas pulverizer yang berfungsi untuk memisahkan antara batubara halus (fly ash) dan kasar. Batubara yang halus (fly ash) langsung naik ke outlet dan enuju ruang bakar, sedangkan yang kasar akan jatuh kembali ke mill pulverizer untuk ikut tergiling kembali.

15 9. Gate Dischange Valve (GDV) Berfungsi untuk mengisolasi atau membatasi pada waktu pulverizer tidak beroperasi sehingga gas panas diruang bakar tidak asuk kedalam pulverizer. 10. Coal Pipe Orifices Fungsinya untuk menyamakan aliran campuran batubara dan udara dari mill pulverizer keruang bakar.