BAB 1 : PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Pembangunan kesehatan bertujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proposional. Pemberian kewenangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

B A B P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. UU otonomi daerah tersebut kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan pemberdayaan dalam pengambilan

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan ( SAP ) yang telah diterima secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Tujuan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penerapan prinsip-prinsip good governance.dalam rangka pengaplikasian

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Dinas Kesehatan Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN

1 Universitas Indonesia

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus pada PEMKOT Surakarta Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI ANALISIS RASIO KEUANGAN APBD DALAM ERA OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. program yang dapat melahirkan mahasiswa mahasiswa yang terampil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dengan penyusunan anggaran,

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan ekonomi nasional dalam menghadapi krisis, menimbulkan berbagai

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN. 2.1 Sejarah Singkat dan Aktivitas Utama Instansi Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. (1) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat memerlukan pengorganisasian yang terarah secara efektif dan efisien. Pengelolaan kesehatan dilakukan secara berjenjang di pusat dan di daerah dengan memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional di bidang kesehatan. Pengelolaan sistem kesehatan di daerah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (1) Otonomi daerah memberikan peluang pada pengembangan kebijakan kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota. Beberapa hal yang diharapakan dapat diimplementasikan pada pengembangan kebijakan kesehatan di tingkat kabupaten/kota yaitu : (1) terjadinya perencanaan dari bawah yang sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut (bottom up planning), (2) terjadinya perencanaan program dan kegiatan serta penganggaran yang terpadu, (3) pelayanan publik semakin baik termasuk pelayanan untuk keluarga miskin, (4) peran serta masyarakat meningkat

dan terwujudnya demokrasi pembangunan, (5) terwujudnya akuntabilitas dalam pelaksanaan pembangunan dan (6) terwujudnya pemerataan kemampuan pembangunan. (2) Melalui pemberian otonomi luas kepada daerah, pemerintah daerah mampu menentukan prioritas pembangunan kesehatan daerahnya sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi. Otonomi luas kepada daerah bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, pelayanan kesehatan dan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan, dengan demikian daerah diharapkan mampu melakukan perencanaan kesehatan dengan baik. (3) Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang dimasyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diharapkan mampu menyiapkan penguatan sistem perencanaan. (5) Bakri (2001) menyatakan terdapat masalah pokok yang dihadapi dalam implementasi perencanaan kesehatan pada kabupaten/kota yaitu sistem perencanaan kesehatan yang kurang efektif dalam mengakomodir kebutuhan dan permasalahan kesehatan masyarakat. (6) Untuk mengatasi masalah tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memerlukan kebijakan yang jelas, tenaga yang berkualitas, sarana prasarana yang mendukung, langkah penyusunan yang tepat, data dan informasi yang akurat, menentukan analisis situasi dan masalah yang tepat, serta mampu menentukan program yang berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.

Anggaran adalah rencana kuantitatif dinyatakan dalam satuan uang, dilakukan secara periodik (tahunan), disusun berdasarkan kegiatan dan program yang telah ditetapkan dan bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi. (7) Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan dengan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintah daerah haruslah bertindak secara efektif dan efisien dalam mengelola keuangan daerahnya untuk memberikan jaminan dan pelayanan kepada masyarakat yang baik, guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat. (8) Dinas Kesehatan Kota Padang merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang ada di Kota Padang. Berdasarkan studi pendahuluan awal yang dilakukan peneliti, Dinas Kesehatan Kota Padang mengalami permasalahan pada waktu penetapan dokumen perencanaan penganggaran. Dokumen Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2018 ditetapkan pada tanggal 9 November Tahun 2017. Waktu penetapan Rencana Kerja Kesehatan Kota Padang tahun 2018 tidak sesuai dengan dasar hukum perencanaan. Berdasarkan Permendagri No 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah pada pasal 154 ayat 2 menyatakan bahwa Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah ditetapkan paling lambat dua minggu setelah Rencana Kerja Pemerintah Daerah kabupaten/kota ditetapkan. (9) Permendagri No 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 82 ayat 2 menyatakan bahwa Rencana Kerja Pemerintah Daerah ditetapkan pada akhir bulan Mei sebelum tahun penyelenggaraan. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2018 juga mengalami

keterlambatan penetapan dari Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2017 yang ditetapkan pada tanggal 18 Oktober 2016. Keterlambatan waktu penetapan dokumen perencanaan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang mengakibatkan keterlambatan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah direncanakan. Keterlambatan akan menghambat semua pelaksanaan yang berhubungan dengan masyarakat. Perencanaan yang ditetapkan secara terburu-buru mengakibatkan perencanaan tersebut tidak efektif karena hanya sekedar merealisasikan. Anggaran kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Padang rendah dan belum sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 171 ayat 2 yang menyatakan besar anggaran kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di luar gaji. (10) Dalam laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang, anggaran kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang dari tahun 2013-2016 berkisar 1%-3%. (1) Anggaran kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang yang kurang dari 10% mengakibatkan program dan kegiatan yang dianggarkan pada tahun yang berlangsung tidak mampu mencapai target yang ditetapkan pada Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kota Padang. Kota Padang mengalami peningkatan dalam segi masalah kesehatan. Kasus kematian balita pada tahun 2015 berjumlah 122 kasus dan tahun 2016 sebanyak 127 kasus, kasus kematian ibu pada tahun 2015 sebanyak 17 kasus dan tahun 2016 sebanyak 20 kasus serta kasus HIV tahun 2015 sebanyak 213 kasus dan tahun 2016 sebanyak 300 kasus. (1) Peningkatan masalah kesehatan ini disebabkan oleh: petugas kesehatan (man) yang masih kurang, baik dari segi kompetensi maupun jumlah

tenaga di sarana pelayanan tingkat pertama maupun Rumah Sakit rujukan di Kota Padang yang menyebabkan kurang optimalnya tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan penanganan kepada pasien, dari segi dana (money) yaitu anggaran kesehatan yang kurang dari 10% dari APBD Kota Padang mengakibatkan realisasi target anggaran dari program dan kegiatan tersebut tidak tercapai 100%, hal ini menyebabkan meningkatnya kasus kematian balita, ibu dan HIV di sarana pelayanan primer dan Rumah Sakit rujukan yang ada di Kota Padang, alat kesehatan yang masih kurang (material) untuk pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan di sarana pelayanan tingkat pertama maupun Rumah Sakit rujukan di Kota Padang mengakibatkan sarana pelayanan kesehatan tersebut tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan secara optimal kepada pasien dan tidak meratanya penggunaan pedoman/ kebijakan (method) tentang program dan kegiatan kesehatan oleh sfasilitas kesehatan yang ada di kota Padang menyebabkan fasilitas kesehatan tersebut tidak tepat waktu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. (11) Perencanaan pembangunan bidang kesehatan baik dalam bentuk program, kebijakan maupun kegiatan hanya sebagai dokumen yang sia-sia jika tidak dikaitkan dengan penganggarannya. Penganggaran merupakan bagian yang sangat penting untuk merealisasikan rencana dan target-target pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya, namun keterbatasan anggaran semakin menuntut adanya perencanaan yang matang agar pemanfaatan sumber daya yang tersedia benar-benar dilakukan secara efektif dan efisien. Sehingga sasaran pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya benar-benar tercapai sesuai dengan target, oleh karena itu perencanaan dan penganggaran merupakan hal yang sangat penting. (3)

Menurut penelitian Denas Symond (2006) tentang Kajian Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan yang juga dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Padang menyatakan Sumber Daya yang dimiliki Dinas Kesehatan Kota Padang dalam penyiapan perencanaan kesehatan meliputi SDM masih terbatas dari segi kualitas, sehingga berpengaruh terhadap penyusunan perencanaan. Ketersediaan data yang masih kurang akurat, sehingga menjadi masalah dalam penyusunan perencanaan dengan baik. Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan program belum mendapat prioritas. Proses penyusunan perencanaan belum dilakukan sebagaimana mestinya, yaitu belum dilakukan analisis situasi secara menyeluruh dan penyusunan perencanaan khususnya menganalisis situasi yang didasarkan terutama pada cakupan tahun sebelumnya. (12) Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Penyusunan Perencanaan Penganggaran Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penyusunan perencanaan penganggaran Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam analisis penyusunan perencanaan penganggaran Dinas Kesehatan Kota Padang, dari unsur masukan, proses dan keluaran tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Diketahuinya informasi tentang input dalam penyusunan perencanaan penganggaran Dinas Kesehatan Kota Padang yang meliputi Tenaga (man), dana (money), sarana dan prasarana (material), dan metode (method). 2. Diketahuinya informasi tentang process dalam penyusunan perencanaan penganggaran Dinas Kesehatan Kota Padang meliputi analisis situasi kesehatan, menentukan masalah kesehatan, menentukan prioritas program kesehatan, penyusunan rencana program kesehatan dan penyusunan anggaran kesehatan. 3. Diketahuinya informasi tentang output dalam penyusunan perencanaan penganggaran Dinas Kesehatan Kota Padang yaitu terlaksananya penyusunan perencanaan penganggaran Dinas Kesehatan Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang Penyusunan Perencanaan Penganggaran Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Padang, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Padang

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Padang untuk perbaikan, penyempurnaan dan pengembangan Penyusunan Perencanaan Penganggaran di Dinas Kesehatan Kota Padang. 3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, terutama mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand yang akan meneliti tentang Penyusunan Perencanaan Penganggaran Dinas Kesehatan Kota Padang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai analisis penyusunan perencanaan penganggaran Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018. Peneliti melakukan pembatasan penelitian hanya pada pendekatan sistem yaitu input (tenaga (man), dana (money), sarana prasarana (material) dan metode (method)), process (analisis situasi, menentukan masalah kesehatan, menentukan prioritas program kesehatan, penyusunan program kesehatan dan penyusunan anggaran kesehatan) dan output (terlaksananya penyusunan perencanaan penganggaran kesehatan). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan data primer dengan menggunakan wawancara mendalam dan obsevasi dan data sekunder dengan menggunakan telaah dokumen.