By: Uti Abdulloh (Jflegalnetwork) UNSUR DELIK PASAL 310 KUHP PENCEMARAN NAMA BAIK Hingga saat ini, perkembangan delik-delik dalam hukum pidana telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Secara konvensional delik atau tindak pidana di golongkan menjadi tindak pidana yang titujukan terhadap kemanan negara, kejahatan jabatan, tindak pidana terhadap kejahatan tubuh dan nyawa, tindak pidana terhadap kesusilaan, dan tindak pidana terhadap harta benda. Akan tetapi dalam artikel ini, fokus pembahasan adalah mengenai tentang pencemaran nama baik atau biasa disebut dengan penghinaan, baik yang diatur dalam KUHP maupun R-KUHP. Dalam KUHP penghinaan diatur dalam dalam Bab XVI mulai Pasal 310 sampai dengan Pasal 321. Sementara itu dalam R-KUHP delik penghinaan diatur dalam Bab XIX, mulai Pasal 540 sampai dengan Pasal 550. Jika dibaca sekilas, maka delik-delik yang diatur dalam R-KUHP tidak terlalu berbeda jauh dengan delik-delik yang diatur dalam KUHP. Kemiripan yang dimiliki adalah mengandung perbuatan yang dilarang yang hampir sama yaitu : delik pencemaran nama baik, delik fitnah dan persangkaan palsu serta penghinaan bagi orang yang sudah mati. Delik-delik tersebut dapat dilakukan secara lisan dan delik yang dilakukan secara tertulis. Menurut Laden Marpaung, istilah tindak pidana penghinaan pada umumnya juga bisa digunakan untuk tindak pidana kehormatan. dipandang dari segi sasaran atau objek delik, yang menjadi maksud atau tujuan dari pasal tersebut adalah melindungi kehormatan, maka tindak pidana terhadap kehomatan lebih tepat tindak pidana kehormataan/pemghinaan adalah tindak pidana yang menyerang hak seseorang berupa merusak nama baik atau kehormatan seseorang. Doktrin-doktrin dalam hukum pidana, sedikit sekali sedikit sekali ulasan tentang delik verbal, atau delik yang diucapkan dengan kata-kata atau perkataan. dalam beberapa literatur, landasan tentang teori ini juga tidak banyak dibahas. Secara umum, delik verbal merupak perbuatan dengan lisan yang mengandung unsur ketercelaan. perbuatan dengan lisan ini dapat
ditujukan terhadap seseorang, sekelompok orang, sekelompok etnis, agama, suku, bahkan juga kepada koperasi dan sebuah negara. Perkataan tersebut bisa mengandung umpatan, caci maki, merendahkan, meremehkan atau bahkan mengungkap sesuatu yang dinilai sebagai aib. Oleh karena terlalu abstraknya objek yang menjadi perbuatan yang terlarang tersebut, maka di banyak negara delik-delik verbal ini dirumuskan dengan cara materiil dan tidak dirumuskan secara formil. Namun demikian, di beberapa negara lain, delik verbal ini pun dikelompokkan dalam dua bentuk, pertama: delik yang ditujukan pada orang per orang/korporasi dan kedua: delik yang ditujukan pada sekelompok kaum tertentu. Untuk delik yang ditujukan kepada orang per orang/korporasi maka dirumuskan dengan cara materiil namun jika ditujukan kepada kaum tertentu maka dirumuskan secara formil. Alasan yang menjadi pertimbangan kenapa ada dua model perumusan delik verbal ini disebabkan karena korban yang menjadi target delik tersebut jumlahya besar dalam kaum tertentu, atau kelompok etnis atau kelompok agama tertentu yang dapat menimbulkan kegaduhan atau gangguan ketertiban jika delik tersebut dirumuskan secara materiil. Dalam hukum pidana di Indonesia, perumusan delik verbal ini mengikuti teori yang kedua, sehingga delik verbal tidak hanya dijumpai dalam Bab XVI tetapi juga menyebar pada pasal-pasal lain di KUHP. Beberapa perbuatan yang masuk dalam delik verbal namun dirumuskan secara formil misalnya sebagaimana diatur dalam Pasal 154 KUHP tentang pernyataan permusuhan kepada pemerintah (pasal ini akhirnya dicabut oleh MK dalam putusan No. No. 6/ PUU-V/2007, yang bersamaan pencabutannya dengan Pasal 155 KUHP). Selain itu delik verbal lain yang diatur dalam KUHP adalah Pasal 156 (delik pernyataan permusuhan pada satu golongan tertentu) dan Pasal 156a (delik penodaan agama). Delik-delik ini dimasukkan dalam sub judul kejahatan terhadap ketertiban umum. Pencemaran nama baik merupakan ujaran atau ucapan atau perkataan yang tidak benar yang dapat menimbulkan menimbulkan kerugian kepada korban, sebagaimana yang telah disebutkan dalam pasal 310 KUHP: Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baikseseorang dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya tentang hal itu diketahui umum, di ancam dengan pencemaran dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan
atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah; Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan dilakukan karena kepentingan umum atau karena terpaksa membela diri. Dari pemaparan pasal diatas bisa di uraikan unsur usnurnya sebagai berikut : Unsur objektif : a. Barang siapa ; b. Menyerang nama baik sesorang c. Dengan menuduh suatu hal Unsur subjektif d. Dengan maksud yang jelas agar hal itu di ketahui umum e. Dengan sengaja Dari unsur unsur di atas dapat di artikan sperti apa perbuatan pencemrana nama baik dapat dipidana : Unsur barang siapa. Unsur ini melipiuti seseorang atau pun perkumpulan orang melakukan suatu perbutan yang mana perbutan itu dilarang oleh ketentuan dalam pidana. Unsur menyerang nama baik seseorng. Unsur Perbuatan menyerang, bukan bersifat fisik, karna pada dasarnya yang di serang hanya mengenai kehormatan dan perasaan mengenai nama baik orang yang di serang. Perbuatan yang menurut ketentuan menyerang dalam ayat 1 berupa perbuatan ucapan. Unsur menuduh suatu hal. Dalam artian sebgai perbuatn yang dituduhkan terhadap orang lain, dengan menuduhkan suatu hal sperti kata kata yang kurang sopan.
Unsur subjektif sendiri yang dapat di definisikan dalam kejahatan pencemaran nama baik terdapat dua unsur kesalahan, yakni sengaja (ofzettelijk) dan maksud (opzet als oogmerk) atau tujuan (doel). Dalam artian doktrin, maksud itu adalah juga kesengajaan dalam arti sempit bisa disebut juga dengan kesengajaan sebagai maksud atau opzet als oogmerk, akan teteapi fungsi dari unsdur sengaja dan maksud dalam pencemaran nama baik berbeda. Sikap batin sengaja yang ditujukan pada perbuatan menyerang kehormatan atau nama baik orang. Sikap batin maksud ditujukan pada unsur diketahuio oleh umum mengenai perbuatan apa yng dituduhkan pada orang lain. Sedangkan unsur dalam pasal 310 ayat (2) KUHP ada tambahan unsur tulisan atau gambar yang disiarkan di muka umum, yang mana unsur ini dapat di tafsirkan sebagai berikut: Tulisan atau gambaran. Tulisan adalah hasil dari pekerjaan menulis baik dengan tangan maupun alat apapun yang wujudnya berupa rangkaian kata-kata/kalimat dalam bahasa apapun yang isinya mengandung arti tertentu, atau menyerang kehormatan dan nama baik orang di atas sebuah kertas atau benda lainnya yang sifatnya dapat ditulisi misalnya: kertas, papan, kain dan lain-lain. Gambar atau gambaran atau lukisan adalah tiruan dari benda yang dibuat dengan coretan tangan melalui alat tulisan misalnya pensil, kuas dan cat, dengan alat apapun di atas kertas atau benda lainnya yang sifatnya dapat digambari/ditulisi. Gambar ini harus mengandung suatu makna yang sifatnya mencemarkan nama baik atau kehormatan orang tertentu (yang dituju) Disiarkan, ditunjukkanatau ditempel di muka umum Disiarkan (verspreiden), maksudnya ialah bahwa tulisan atau gambar tersebut dibuat dalam jumlah yang cukup banyak, dapat dicetak atau diperbanyak, lalu disebarkan dengan cara apapun. Misalnya diperjualbelikan, dikirim ke berbagai pihak, atau dibagi-bagikan kepada siapapun (umum). Oleh sebab itu verspreiden dapat pula diterjemahkan dengan kata menyebarkan. Dalam cara menyebarkan sekian banyak tulisan atau gambar kepada khalayak ramai, telah nampak maksud si penyebar agar isi tulisan atau makna dalam gambar yang disiarkan, yang sifatnya penghinaan diketahui umum. Dipertunjukkan (ten toon gesteld) adalah memperlihatkan tulisan atau gambar yang isi atau
maknanya menghina kepada umum, sehingga orang banyak mengetahuinya. Menunjukkan bisa terjadi secara langsung. Pada saat menunjukkan pada umum ketika itu banyak orang, tetapi bisa juga secara tidak langsung. Misalnya memasang spanduk yang isinya bersifat menghina di atas sebuah jalan raya, dilakukan pada saat malam hari yang ketika itu tidak ada seorangpun yang melihatnya. Sedangkan ditempelkan (aanslaan), maksudnya ialah tulisan atau gambar tersebut ditempelkan pada benda lain yang sifatnya dapat ditempeli, misalnya papan, dinding gedung, pohon dan sebagainya.