BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

Kuesioner A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang ini kemajuan suatu negara dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, keterampilan dan kepintaran secara intelektual, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

juga kelebihan yang dimiliki

Data Pribadi. Kelas/No. Absen. Alamat/Telp :... Pendidikan Ayah/Ibu. c. di bawah rata-rata kelas. Kegiatan yang diikuti di luar sekolah :.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. yang cacat, termasuk mereka dengan kecacatan yang berat di kelas pendidikan umum,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

DATA PRIBADI. 2. Menurut anda kesulitan dalam mempelajari Fisika A. Ada, yaitu. B. Tidak ada, alasan..

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh tersebut akan membuat individu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal biasanya ditempuh dari jenjang Playgroup atau Taman Kanak-kanak hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan data yang diambil dari dinas kependidikan per 7 November 2017, jumlah siswa yang mengenyam pendidikan formal di Indonesia adalah 45.376.305 siswa (http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/). Dari data tersebut, sebanyak 4.798.772 siswa berada di jenjang SMA. Terdapat salah satu SMA yang berada di kota Bandung yaitu SMA X. SMA X Bandung merupakan salah satu sekolah swasta Katholik yang memulai tahun ajarannya pada tahun 2007/2008. Jenjang SMA merupakan jenjang lanjutan yang dilalui setelah siswa menempuh Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada jenjang ini, siswa SMA masuk ke dalam kategori remaja. Siswa tidak lagi diawasi secara ketat dalam belajar, baik oleh guru maupun orang tua dan lebih diberi kebebasan dalam menentukan pilihan. Siswa juga dituntut untuk lebih bertanggung jawab terhadap hasil dari apa yang mereka lakukan. Selain itu, jenjang SMA 1

2 juga berperan dalam menentukan pilihan hidup siswa selanjutnya, apakah akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau bekerja, dengan demikian prestasi yang dicapai oleh siswa akan memengaruhi keberhasilan di masa yang akan datang. Menurut Santrock (2014), pada masa remaja, prestasi menjadi sesuatu yang penting, dan meningkatnya tantangan akademik karena adanya persaingan dengan orang lain. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri (internal), salah satunya adalah motivasi (McClelland, 1987). Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Dalam usahanya mencapai prestasi belajar, remaja memerlukan motivasi untuk berprestasi Motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi (McClelland, 1987). Menurut McClelland (1987), terdapat lima komponen motivasi berprestasi yaitu berupa tanggung jawab terhadap kinerjanya, mengambil resiko dalam pemilihan tugas, memiliki kreativitas dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, mengharapkan umpan balik atas hasil kinerjanya, dan berusaha untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 siswa SMA X Bandung, ditemukan bahwa terdapat 7 dari 20 (35%) siswa mengatakan bahwa mereka kurang termotivasi dalam mengerjakan tugas dan belajar di kelas. Siswa-siswa lebih sering menyalin jawaban milik temannya saat mengerjakan tugas dibandingkan dengan mencoba mengerjakan sendiri. Selain itu, sebanyak 5 dari 20 siswa (25%) mengatakan bahwa mereka sering tidak konsentrasi saat guru menjelaskan materi dan memilih untuk mengobrol dengan temannya di kelas. Meskipun demikian, terdapat 5 dari 20 (25%) siswa yang mengatakan bahwa mereka mencoba untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler seperti basket, futsal, science club, dan lain-lain. Menurut siswa, adanya kegiatan ekstrakulikuler membuat mereka menghilangkan kejenuhan akibat belajar di kelas. Sedangkan 3 dari 20 siswa (15%) mengatakan bahwa guru menggunakan

3 metode belajar yang berbeda-beda sehingga tidak merasa cepat bosan saat pembelajaran dilangsungkan. Hal ini membuat siswa lebih semangat dalam belajar. Siswa dapat dikatakan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi apabila mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru serta mengatasi tantangan yang ada saat pengerjaannya. Selain itu, siswa juga dinilai memiliki motivasi berprestasi apabila mampu bersaing secara sehat dengan teman-temannya untuk saling mengungguli. Motivasi berprestasi siswa dapat dipengaruhi oleh diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan guru, maupun teman sebaya. Oleh karena itu, selain faktor dari dalam diri, faktor dukungan dari orang lain memengaruhi motivasi berprestasi siswa. House dan Kahn (1985) menyatakan bahwa dukungan sosial didefinisikan sebagai tindakan bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan instrumental dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi permasalahannya. Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial yang akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai. Dukungan sosial diperoleh dari lingkungan di sekitar individu seperti orang tua, teman sebaya, guru, dan masyarakat. Bagi siswa SMA, dukungan sosial dapat diberikan oleh orang tua, guru, teman sebaya, serta masyarakat di lingkungan sekitarnya, namun dukungan yang diberikan oleh teman sebaya dan guru cenderung lebih bermakna karena mereka lebih banyak berinteraksi di sekolah. Teman sebaya berperan sebagai teman di kelas, saling berbagi informasi, mengerjakan tugas secara berkelompok, membantu teman yang tertinggal dalam pelajaran tertentu. Sedangkan guru berperan sebagai pendidik dan pengajar, serta mendorong siswa untuk terus berkembang seoptimal mungkin. Dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa, guru memegang peranan penting karena berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di kelas dan sebagai motivator bagi siswa.

4 Menurut UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Saat SMA, para remaja lebih banyak menghabiskan waktu berjam-jam di sekolah sehingga peran guru sangat penting untuk perkembangan siswa. Guru dapat memberikan dukungan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dukungan yang diberikan dapat bervariasi seperti memberi semangat kepada siswa saat mengerjakan berbagai tugas, memberikan referensi buku yang dapat digunakan agar siswa lebih memahami materi pelajaran, hingga memberikan pujian kepada siswa. Dukungan yang dihayati oleh siswa dapat memengaruhi bagaimana motivasi siswa dalam belajar untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Ekspektasi guru memberikan pengaruh penting dalam prestasi siswa (Rubie-Davies, 2011, dalam Santrock 2014). Guru mata pelajaran berpotensi secara langsung dalam memberi kontribusi keberhasilan prestasi siswa dalam pelajaran, karena guru adalah salah satu sumber dukungan yang diterima siswa dalam berbagai bentuk. Adapun bentuk dukungan guru dapat berupa informasi, nasehat, pengalaman, perilaku model, serta fasilitator pembelajaran di kelas (Wenzel, Battle, Russel, & Looney, 2010). Meningkatnya dukungan emosional dari guru mampu meningkatkan motivasi dan prestasi (Wenzel, Battle, Russel, & Looney, 2010). Hal tersebut diperkuat dalam penelitian Malecki dan Demaray (2002) bahwa dukungan guru berkorelasi positif dengan prestasi belajar di sekolah, dan dukungan dari orang dewasa di sekitar lebih berpengaruh dibanding dukungan teman sebaya. Persepsi siswa menengah terhadap dukungan emosional guru secara positif memiliki hubungan erat dengan persepsi siswa mengenai kompetensi akademik, dan nilai-nilai serta ketertarikan akademik melebihi pengaruh dari dukungan yang diberikan orang tua (Marchant dkk, 2001)

5 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 20 siswa SMA X Bandung, ditemukan bahwa terdapat 8 siswa atau sekitar 40% mengatakan bahwa siswa mendapatkan pelajaran tambahan dari guru karena mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Siswa juga mendapatkan kisi-kisi atau latihan soal agar dapat lebih memahami materi, terutama bila materi yang diajarkan tergolong sulit. Siswa juga merasa nyaman saat belajar karena guru mengajari mereka dengan sabar, bahkan bila banyak siswa-siswa yang bertanya terus menerus dan meminta pengulangan penjelasan untuk materi yang sama. Selain itu, sebanyak 2 dari 20 siswa (10%) mengatakan bahwa mereka mendapatkan hadiah saat mendapatkan nilai yang baik, seperti cokelat, pulpen, gehu, dan bahkan tambahan nilai 10 untuk ulangan selanjutnya apabila mendapatkan nilai 100. Sedangkan 3 siswa atau sekitar 15% mengatakan bahwa siswa tidak mendapatkan hadiah dari guru baik dalam bentuk barang maupun pujian meskipun mereka memeroleh nilai yang baik atau saat mereka aktif di kelas. Selain itu, 4 dari 20 siswa (20%) mengatakan bahwa beberapa guru malas mengajar ketika mendapati siswa ribut di kelas. Siswa juga mengatakan bahwa guru berpendapat siswa tidak memperhatikan di kelas dan tidak belajar ketika mendapatkan nilai jelek. Sebanyak 3 dari 20 siswa (15%) mengatakan bahwa guru tidak memberi perhatian lebih terhadap situasi di kelas. Guru meninggalkan kelas setelah memberikan tugas kepada siswanya. Siswa juga mengatakan bahwa guru sibuk menyelesaikan keperluannya sendiri seperti memeriksa hasil ulangan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 3 guru di SMA X Bandung, ditemukan bahwa 1 guru atau 33,3% memberikan hadiah kepada siswa berupa tambahan nilai atau makanan saat berhasil melakukan sesuatu sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengerjakannya. Selain itu, guru juga memberikan pengulangan materi kepada siswa yang belum memahami materi yang diajarkan di luar jam sekolah. Sedangkan 2 guru atau 66,7% tidak memberikan hadiah kepada siswanya meskipun mendapatkan nilai tertinggi dan tidak mengulang materi yang belum dipahami karena keterbatasan waktu. Selain itu, ditemukan

6 bahwa 3 guru atau 100% memberikan motivasi kepada siswa berupa arahan, nasehat, dan memberikan semangat untuk mengembangkan diri lebih jauh dan berusaha meraih prestasi setinggi mungkin, namun bergantung kepada siswa, apakah terdapat perubahan dalam diri siswa atau tidak. Berdasarkan hasil survey awal di atas, diperoleh data bahwa siswa yang menghayati mendapatkan dukungan dari guru dalam berbagai bentuk memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi, namun siswa yang menghayati kurangnya dukungan dari guru karena merasa guru bersikap tidak acuh, motivasi berprestasinya cenderung lebih rendah. Hal ini memberikan gambaran bahwa adanya dukungan sosial dari guru dapat memengaruhi bagaimana tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Neta Sepfitri (2011) mengatakan bahwa terdapat pengaruh dukungan guru terhadap motivasi berprestasi siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana kontribusi dukungan sosial guru terhadap motivasi berprestasi siswa di SMA X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini, ingin diketahui seberapa besar kontribusi dukungan sosial guru terhadap motivasi berprestasi pada siswa SMA X Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Untuk memperoleh data dan gambaran mengenai kontribusi dukungan sosial guru terhadap motivasi berprestasi siswa SMA X Bandung.

7 1.3.2 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kontribusi dukungan sosial guru terhadap motivasi berprestasi siswa SMA X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Memberikan informasi mengenai kontribusi dukungan sosial guru terhadap motivasi berprestasi pada siswa SMA ke dalam bidang ilmu psikologi pendidikan. Memberikan masukan informasi bagi peneliti lain yang berminat melakukan 1.4.2 Kegunaan Praktis penelitian lebih lanjut mengenai dukungan sosial guru dan motivasi berprestasi. Memberikan informasi kepada pihak sekolah SMA X Bandung mengenai kontribusi dukungan sosial guru terhadap motivasi berprestasi dalam menjalani proses pembelajaran sehingga pihak sekolah dapat memberikan pengarahan kepada guru, untuk memberikan dukungan kepada siswa dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa dalam menjalani proses pembelajaran. Memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan pemberian dukungan terhadap siswa selama menjalani proses pembelajaran. Guru dapat memberikan perhatian, nasehat/saran, dan informasi yang menunjang pembelajaran siswa di sekolah. Selain itu, guru juga dapat meluangkan waktunya untuk bertukar pikiran dengan siswa agar dapat memberikan umpan balik atas kinerja siswa di sekolah sehingga siswa lebih termotivasi untuk berusaha lebih baik.

8 1.5 Kerangka Pemikiran Siswa SMA X Bandung berada pada tahap perkembangan remaja. Menurut Santrock (2014), remaja merupakan suatu perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai antara usia 12 sampai 15 tahun dan berakhir antara usia 16 sampai 18 tahun. Siswa SMA memerlukan prestasi untuk membantu mereka mengejar cita-cita. Prestasi yang mereka raih saat SMA akan menentukan bagaimana perjalanan hidup mereka selanjutnya, dimana akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja. Untuk dapat meraih prestasi, siswa SMA X Bandung memerlukan motivasi. Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri siswa untuk melakukan sesuatu dimana dalam hal ini adalah dorongan untuk mencapai prestasi. Menurut McClelland (1987), motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Menurut McClelland (1987), motivasi berprestasi yang tinggi dapat dilihat melalui lima komponen berupa tanggung jawab, resiko pemilihan tugas, kreatifinovatif, mengharapkan umpan balik, dan waktu penyelesaian tugas. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan bertanggung jawab terhadap hasil kinerja yang telah dilakukan, dalam hal ini seperti pengerjaan tugas. Apabila mendapat hasil yang kurang memuaskan, siswa akan menyadari dan mengakui kekurangan dan kesalahannya serta berusaha untuk memperbaikinya sehingga siswa dapat melakukan yang lebih baik di kemudian hari. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah tidak mau mengakui kekurangan dan kegagalannya, serta cenderung menyalahkan faktor di luar diri seperti guru atau teman yang tidak membantunya atau tugas yang diberikan terlalu sulit.

9 Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, akan cenderung memilih tingkat kesulitan tugas yang menengah, sehingga dapat menyelesaikan semua tugas-tugasnya dengan baik untuk memperoleh hasil yang maksimal (McClelland, 1987). Sementara siswa dengan motivasi berprestasi yang rendah akan cenderung memilih tingkat kesulitan tugas yang tinggi atau rendah, sehingga siswa tersebut tidak mengetahui seberapa besar usaha yang mereka lakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal karena tugas tersebut mudah untuk dikerjakan atau selalu memperoleh kegagalan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki kreativitas dalam mengerjakan tugas-tugasnya, Siswa ini tidak terpaku pada cara-cara yang diberikan guru di sekolah dalam mengerjakan tugas, namun siswa ini akan melihat buku atau bertanya pada guru lain atau guru les agar soal-soal tersebut dapat dipecahkan dengan lebih mudah. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terpaku pada cara pengerjaan yang diberikan oleh guru sehingga apabila dengan cara tersebut gagal, siswa ini cenderung untuk berhenti mengerjakan dan menyerah. Siswa dengan motivasi berprestasi yang rendah juga lebih menyukai tugas yang sifatnya monoton seperti menulis. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mengharapkan atau bertanya mengenai evaluasi atau umpan balik atas hasil pekerjaannya. Siswa akan bertanya kepada guru atau temannya mengenai pekerjaannya sehingga siswa mengetahui apakah hasil pekerjaannya sudah benar atau belum dan dapat melakukan hal yang lebih baik di masa mendatang. Siswa tersebut akan belajar dari hasil evaluasi atau umpan balik yang diberikan orang lain sehingga pengetahuan yang dimilikinya semakin bertambah. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan mengabaikan evaluasi atau umpan balik atas hasil kerjanya sehingga dirinya tidak akan belajar dan mungkin akan mengulangi kesalahan yang sama di masa mendatang. Siswa ini tidak akan bertanya

10 kepada guru atau temannya dimana letak kesalahannya serta tidak berusaha untuk memperbaikinya. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan cenderung menyelesaikan tugasnya tepat waktu sehingga tidak terlambat dalam mengumpulkan tugas. Siswa tersebut juga akan mengerjakan tugas seefisien mungkin agar tidak banyak waktu yang terbuang. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan cenderung menunda pekerjaannya dan mengerjakan di waktu yang berdekatan dengan waktu pengumpulan tugas sehingga tidak akan memperoleh hasil yang maksimal. Berdasarkan komponen motivasi berprestasi di atas, terlihat bahwa motivasi berprestasi yang dimiliki siswa berasal dari dalam diri sendiri. Selain dari dalam sendiri, motivasi berprestasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor di luar diri seperti adanya reward dan punishment dari lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi bagaimana motivasi berprestasi siswa. Bila siswa menerima reward setelah selesai mengerjakan suatu tugas atau suatu hal lain, berupa pujian, dukungan, atau hadiah, maka motivasi berprestasi siswa akan cenderung meningkat. Sebaliknya, bila siswa menerima punishment setelah melakukan suatu hal seperti mendapat nilai jelek setelah mengerjakan tugas atau dimarahi oleh guru atau orang tua, maka motivasi berprestasi siswa akan cenderung menurun. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sekitar siswa dapat memengaruhi bagaimana motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa, maka lingkungan sekitar siswa perlu memberikan dukungan kepada siswa. Dukungan dapat diterima melalui beberapa sumber di lingkungan sekitar siswa seperti orang tua, guru, dan teman sebaya. Salah satu dukungan bagi siswa di sekolah adalah guru. Guru memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan prestasi

11 siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Perry & Rahim (2011, dalam Santrock 2014), ditemukan bahwa guru yang memberikan dukungan terhadap remaja untuk membuat progres yang lebih baik terlihat efektif, dan mereka juga mendorong remaja untuk menjadi self-regulated achievers. Dukungan yang diberikan oleh guru akan menciptakan lingkungan yang sangat positif, dimana hal ini dapat membuat remaja menjadi termotivasi dan mencoba sesuatu yang lebih baik. Dukungan guru diperlukan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar di SMA X Bandung. Dukungan sosial menurut House dan Kahn (1985) didefinisikan sebagai tindakan bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan instrumental dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi permasalahannya. Dukungan sosial yang diberikan oleh guru terhadap siswa dapat berupa dukungan emosional, instrumental, informasional, dan appraisal. Dukungan emosional mencakup kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh guru terhadap siswa. Hal ini akan membuat siswa merasa nyaman berada di sekolah. Dukungan ini juga mencakup kesediaan guru untuk mendengarkan keluh kesah atau permasalahan yang dialami oleh siswa di sekolah, sehingga siswa dapat merasa tenang dalam menghadapi permasalahan yang dialami. Hal ini akan membuat siswa merasa diberi dukungan dan termotivasi untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan yang terjadi di sekolah karena merasa ada guru yang peduli terhadap dirinya. Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung dalam bentuk material atau jasa yang diberikan oleh guru kepada siswa yang dapat membantu siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang dihadapi. Guru dapat memberikan bantuan berupa meminjamkan buku yang digunakan untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu, guru juga dapat meminjamkan alat tulis apabila ada siswa yang tidak membawa alat tulis. Guru juga dapat menjelaskan secara langsung apabila ada siswa yang

12 tidak memahami suatu materi. Dengan adanya dukungan nyata dari guru, siswa akan merasa terbantu dan merasa nyaman sehingga siswa dapat mengikuti setiap kegiatan pembelajaran dengan baik. Siswa akan termotivasi untuk belajar karena tidak mengalami kesulitan dalam mencari bahan pelajaran untuk menyelesaikan tugas. Dukungan informasional mencakup dukungan yang diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat/saran serta umpan balik yang diberikan guru mengenai bagaimana siswa melakukan sesuatu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dengan adanya dukungan ini, siswa dapat mengetahui cara apa yang paling tepat berdasarkan arahan atau nasehat dari guru untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa, seperti guru memberikan nasehat mengenai bagaimana siswa membagi waktu untuk mengerjakan beberapa tugas. Selain itu, guru juga dapat memberikan masukan mengenai bagaimana siswa dapat memahami materi dengan cepat. Guru dapat memberikan atau meluangkan waktu untuk mengajarkan ulang kepada siswa mengenai materi yang belum dipahami. Hal ini dapat membuat siswa merasa terbantu untuk memahami materi yang dirasa sulit sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Dukungan appraisal mencakup dukungan yang tampak melalui adanya pemberian penghargaan positif terhadap siswa berupa pemberian pujian atau hadiah. Guru dapat memberikan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan perkembangan dalam belajar dengan memberikan pujian. Selain itu, guru juga dapat memberikan hadiah kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi di kelas. Hal ini dapat membuat siswa meningkatkan perasaan berharga, kompeten, dan bermakna bagi dirinya sendiri. Hal tersebut akan mendorong siswa untuk menunjukkan usaha yang lebih dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah terutama saat menghadapi permasalahan yang sulit. Dukungan ini dapat mendorong siswa untuk merasa bahwa dirinya mampu untuk mengatasi permasalahan

13 yang dihadapi. Hal ini membuat siswa menjadi termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik demi memperoleh pujian atau hadiah dari guru. Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan oleh guru dapat bervariasi, tidak hanya salah satu bentuk dukungan saja. Tidak semua siswa memeroleh dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, serta dukungan appraisal dalam waktu yang bersamaan. Beberapa siswa mungkin hanya mendapatkan satu atau dua bentuk dukungan, dan beberapa siswa mungkin mendapatkan seluruh bentuk dukungan dari guru di sekolah. Meskipun demikian, setiap bentuk dukungan yang diberikan oleh guru dapat memberi pengaruh terhadap motivasi berprestasi siswa di sekolah. Siswa yang menghayati dirinya mendapat dukungan emosional dari guru akan cenderung merasa nyaman dalam belajar karena mengetahui bahwa guru peduli terhadap mereka. Seperti saat mendapat nilai jelek, guru memberikan empati, perhatian, serta memberi dorongan kepada siswa untuk belajar lebih giat lagi agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini akan membuat siswa merasa bahwa dirinya mampu dan bertanggung jawab atas hasil yang diperolehnya sehingga siswa termotivasi untuk melakukan yang lebih baik di kemudian hari. Apabila siswa merasa dirinya tidak diperhatikan, merasa tidak mendapat kepedulian dari guru, akan membuat siswa malas untuk belajar dan tidak termotivasi untuk mencapai suatu prestasi. Hal ini akan membuat siswa mudah puas dengan pencapaiannya. Siswa yang menghayati dirinya mendapatkan dukungan instrumental dari guru seperti menjelaskan kembali materi yang diajarkan, bersedia memberikan fotokopi materi pelajaran akan lebih termotivasi untuk belajar karena tidak membuat mereka bingung untuk mencari bahan pelajaran. Mereka juga merasa terbantu dalam belajar karena guru sudah meringkas materi pelajaran yang membuat mereka lebih mudah dalam memahami materi tersebut. Hal ini membuat siswa dapat membantu siswa untuk menyelesaikan

14 tugas-tugas yang diberikan dengan tepat waktu. Apabila siswa tidak mendapatkan dukungan instrumental dari guru, siswa akan kebingungan dalam mencari bahan materi, dan apabila siswa tidak menemukannya, maka siswa akan cenderung menyerah pada keadaan, sehingga motivasi berprestasinya akan turun. Siswa yang mendapatkan dukungan informasional dari guru akan lebih termotivasi dalam belajar seperti guru memberi tahu cara atau metode yang mudah dalam memelajari suatu materi yang sulit, atau guru dapat memberikan kisi-kisi kepada siswa saat akan menghadapi ujian akhir sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar karena tidak menganggap materi tersebut sangat sulit untuk dipelajari. Selain itu, guru juga dapat memberikan umpan balik terhadap hasil kinerja siswa. Siswa yang termotivasi akan meminta dan mengharapkan adanya umpan balik dalam setiap hasil pekerjaannya karena hal tersebut akan membantu mereka untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari. Siswa yang mendapatkan dukungan appraisal dari guru seperti pujian saat mendapatkan nilai tertinggi dan bisa menjawab pertanyaan yang diberikan akan membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar karena mereka merasa jerih payah yang dikeluarkan dihargai oleh guru, tetapi apabila guru tidak atau jarang memberikan dukungan appraisal, maka siswa akan merasa malas untuk aktif di kelas dan bahkan malas untuk belajar. Dengan adanya dukungan appraisal yang diberikan, siswa akan memilih tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang sedang, sehingga mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sesuai kemampuan yang dimiliki. Menurut McClelland, terdapat lima faktor selain dukungan sosial guru yang ikut mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang yaitu, pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan, latar belakang budaya tempat individu dibesarkan, peniruan tingkah

15 laku (modelling), lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung, dan harapan orang tua terhadap anaknya. Pengalaman tahun pertama kehidupan menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya motivasi berprestasi seseorang. Siswa yang memiliki pengalaman baik di masa lalu seperti dipuji saat melakukan sesuatu yang baru akan cenderung memiliki motivasi berprestasi yang tinggi karena merasa apa yang dilakukannya merupakan sesuatu yang mendapat penerimaan positif. Sebaliknya, siswa yang memiliki pengalaman yang kurang baik di masa lalu seperti dimarahi saat melakukan hal yang baru akan cenderung memiliki motivasi berprestasi yang rendah karena merasa apa yang dilakukannya mendapatkan penerimaan yang negatif. Latar belakang budaya tempat individu dibesarkan akan mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi berprestasi seseorang di masa mendatang. Siswa yang dibesarkan di budaya yang mendorong individu untuk terus mencoba tanpa takut gagal, dapat berdampak pada meningkatnya motivasi berprestasi siswa di masa mendatang. Sebaliknya, jika siswa dibesarkan di budaya dimana saat siswa mencoba dan gagal akan dimarahi, maka siswa tersebut akan memiliki motivasi berprestasi yang cenderung rendah di masa mendatang. Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh peniruan tingkah laku. Siswa yang meniru tingkah laku orang-orang yang signifikan di sekitarnya (keluarga, teman) yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi seperti rajin belajar, selalu mengerjakan tugas hingga selesai akan cenderung memiliki motivasi berprestasi yang tinggi pula. Sebaliknya, jika siswa meniru orang signifikan di sekitarnya yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah seperti tidak pernah belajar dan mengerjakan tugas akan cenderung memiliki motivasi berprestasi yang rendah pula.

16 Lingkungan sekitar tempat seseorang belajar dapat mempengaruhi tingkat motivasi berprestasi individu. Siswa yang memperoleh iklim belajar yang menyenangkan dan memberi rasa optimis bagi siswa akan cenderung memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Sebaliknya, iklim belajar yang tidak menyenangkan akan menyebabkan motivasi berprestasi siswa cenderung rendah. Harapan orang tua terhadap anaknya dapat mempengaruhi bagaimana tinggi rendahnya motivasi berprestasi dari siswa. Orang tua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai kesuksesan akan mendorong siswa untuk memiliki motivasi berprestasi yang dapat membantu siswa meraih prestasi. Sebaliknya, orang tua yang tidak mempedulikan bagaimana pencapaian yang akan diraih anaknya akan cenderung membuat siswa memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan seperti skema berikut :

17 Faktor yang mempengaruhi : Dukungan Guru Dukungan Emosional Pengalaman tahun pertama kehidupan Latar belakang budaya Modelling Lingkungan tempat proses belajar Harapan orang tua Dukungan Instrumental Dukungan Informasional Siswa SMA X Bandung Motivasi Berprestasi Dukungan Appraisal Komponen : Tanggung jawab Resiko Pemilihan Tugas Kreatif-Inovatif Mengharapkan umpan balik (feedback) Waktu Penyelesaian tugas Bagan 1.1 Kerangka Pikir 1.6 Asumsi Penelitian 1) Siswa di SMA X Bandung berada pada tahap perkembangan remaja dimana salah satu tugas perkembangannya adalah mempersiapkan masa depan. Motivasi berprestasi pada siswa di SMA X Bandung menjadi sesuatu yang penting untuk mempersiapkan masa depan.

18 2) Prestasi yang dicapai saat SMA berperan dalam menentukan karir di masa depan. Oleh karena itu diperlukan motivasi berprestasi agar siswa dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin. 3) Prestasi siswa dipengaruhi oleh dukungan sosial yang meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan appraisal. 4) Salah satu sumber dukungan sosial bagi siswa adalah guru. 5) Siswa yang menghayati dirinya diberikan dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan appraisal dari guru akan menghayati bahwa dirinya memperoleh dukungan yang tinggi dari guru. 1.7 Hipotesis Penelitian X Bandung. Terdapat kontribusi dukungan sosial guru terhadap motivasi berprestasi siswa di SMA