BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perekonomian dalam dunia bisnis menuntut setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba, karena perusahaan besar harus memenuhi ekspektasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit).

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan mengenai praktik manajemen laba (earnings management)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. dan manipulasi semua jenis informasi keuangan. Bahkan saat ini banyak. earnings restatements dan manipulasi earnings oleh

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, akan tetapi bagi investor. perusahaan atau investor bertujuan untuk mendapatkan return dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi-informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi didefinisikan sebagai seni untuk mengumpulkan, kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan perusahaan disusun

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal) IX.1.5,Kep 29 /PM/2004 tanggal 22 desember 2003, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dihadapi. Penerapan sistem risk management merupakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Manajemen laba merupakan permasalahan serius yang dihadapi praktisi,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) sesungguhnya telah lama dikenal di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. shareholders (pemegang saham dan pemangku kepentingan) perlu

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik merupakan salah satu perusahaan yang. kepemilikannya terbuka untuk umum. Oleh karena itu, saham perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:1). Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Padahal laporan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang baik akan menjadi informasi dalam pengambilan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur

BAB I PANDAHULUAN. dan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, maka sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan hilangnya kepercayaan publik dan investor untuk berinvestasi

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan keuangan. Pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perekonomian dalam dunia bisnis menuntut setiap perusahaan untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif dalam bidang usahanya. Pemanfaatan sumber daya perusahaan yang efisien dan efektif dalam menjalankan kegiatan operasional dapat membantu perusahaan untuk memenangkan kompetisi persaingan dalam pasar. Oleh sebab itu, perusahaan cenderung akan selalu menunjukkan kinerja yang baik. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan adalah besarnya angka laba yang diperoleh.angka laba yang semakin tinggi dari tahun ke tahun diasumsikan bahwa perusahaan mampu mengelola sumber dayanya secara maksimal untuk memperoleh keuntungan. Namun angka laba yang diperoleh merupakan hasil akhir dari suatu siklus akuntansi dan mengingat bahwa proses penyusunan laporan keuangan dengan menggunakan dasar akrual yang penuh dengan estimasi dan penilaian dapat memberikan peluang kepada pihak perusahaan untuk memilih metode yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan selama sejalan dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku (Rice, 2013). Tujuan umum laporan keuangan menurut PSAK No.1 paragraf 05 adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat 1

2 keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas pengguna sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan terhadap pihak yang membutuhkan (Murtini dan Mansyur, 2012). Metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dapat mengarah pada earning management. Manajemen laba (earning management) ditimbulkan dari masalah keagenan (agency problem). Masalah keagenan ini muncul karena perbedaan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan pengelola atau manajemen perusahaan (agent). Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu dari pada pemegang saham. Hal ini memunculkan asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Teori agensi berpandangan bahwa earning management dapat diminimumkan dengan penerapan good corpotare governance. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meminimumkan praktek earning management adalah memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial owner-ship) sehingga kepentingan pemilik atau saham dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer (Murtini dan Mansyur, 2012). Pada prinsipnya corporate governance menyangkut mengenai kepentingan para pemegang saham, perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam corporate governance, transparansi dan penjelasan, serta peranan dewan

3 komisaris dan komite audit, good corporate governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan good corporate governance perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha (Windah dan Andono, 2013). Para pelaku usaha di Indonesia juga turut menyepakati bahwa penerapan good corporate governance sebagai suatu sistem tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu hal yang penting, hal ini dibuktikan dengan penandatanganan perjanjian Letter of Intent (LOI) dengan IMF (International Monetary Fund) tahun 1998, yang salah satu isinya adalah pencantuman jadwal perbaikan tata kelola perusahaan di Indonesia. Krisis yang melanda Asia mendorong pemerintah Indonesia untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah tata kelola perusahaan di Indonesia. Untuk itu, dibentuklah Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada tahun 1999 melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri, dengan melibatkan 30 orang perwakilan dari sektor publik dan swasta untuk merekomendasikan prinsip-prinsip good corpotare governance nasional. Pada tahun 2004, KNKCG diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dengan pertimbangan untuk memperluas cakupan ke tata kelola sektor publik (public governance). KNKG telah menerbitkan Pedoman Nasional Good

4 Corporate Governance (Pedoman Nasional GCG) pertama kali pada tahun 1999, yang kemudian direvisi pada tahun 2001 dan 2006. Selanjutnya, untuk mendukung upaya reformasi yang dilakukan pemerintah, kemudian bermunculan berbagai inisiatif yang digagas oleh berbagai kalangan yang menaruh kepedulian untuk membangun kembali Indonesia setelah krisis. Berbagai organisasi yang memelopori pentingnya praktik tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia antara lain, Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD), The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dan Lembaga Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI). Organisasi tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepedulian terhadap tata kelola dengan mengadakan seminar dan konferensi, membantu perusahaan untuk melakukan self-assessment, menyediakan program pendidikan dan pelatihan, melakukan penilaian praktik tata kelola, serta menyediakan indeks persepsi tata kelola secara tahunan. Salah satu lembaga independen yang berfokus pada penilaian penerapan konsep corporate governance di perusahaan, yang telah melakukan riset mengenai penerapan corporate governance di Indonesia adalah The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). IICG merupakan salah satu lembaga independen yang melakukan pemeringkatan penerapan corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui riset yang dirancang guna memacu perusahaan dalam peningkatan kualitas penerapan konsep corporate governance. IICG telah melaksanakan

5 pemeringkatan sejak tahun 2001 yang merupakan program tahunan sebagai suatu bentuk apresiasi kepada perusahaan terhadap upaya yang dilakukan perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang beretika dan bermartabat. Proksi penerapan corporate governance menggunakan indeks yang dikeluarkan oleh IICG yang dikenal dengan Corporate Governance Preception Index (CGPI). Indeks yang diterbitkan IICG merupakan hasil pemeringkatan terhadap perusahaan publik (emiten), Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perbankan dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) serta melibatkan peran aktif perusahaan bersama seluruh stakeholders dalam memenuhi tahapan pelaksanaan program CGPI (Amertha, 2013). Seluruh perusahaan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib memenuhi kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebelum dipublikasikan kepada publik sesuai dengan keputusan ketua BAPEPAM No Kep. 17/PM/2002. Dalam menjalankan profesinya, auditor dituntut untuk dapat bersikap independen dalam mendeteksi kemungkinan perilaku menyimpang atau kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan. Hal ini telah diatur melalui keputusan Menteri Keuangan no. 423/KMK-06/2002 yang mengatur mengenai rotasi wajib bagi auditor dan Kantor Akuntan Publik tidak diperbolehkan memberikan jasa nonaudit disamping jasa audit itu sendiri karena dapat menganggu independensi auditor (Guna dan Herawaty, 2010).

6 Pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk suatu tujuan tertentu disebut dengan manajemen laba. Perilaku manajer yang melakukan manajemen laba dapat diminimalisir dengan menerapkan mekanisme good corporate governance. Mekanisme good corporate governance ditandai dengan adanya kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit dan komisaris independen. Tindakan manajemen laba tersebut dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk mengambil keputusan, karena manajemen laba merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara pihak manajer dan pihak eksternal perusahaan (Wiryadi dan Sebrina, 2013). Earning management (manajemen laba) merupakan setiap tindakan manajemen yang dapat mempengaruhi angka laba yang dilaporkan. Manajemen laba sebagai campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri (manajer) (Setiawati, 2010). Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Manajemen laba timbul sebagai dampak dari penggunaan akuntansi sebagai salah satu alat komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan dan kelemahan inheren yang ada pada akuntansi yang menyebabkan adanya judgement. Hubungan antara investor dan manajemen, dalam konteks pelaporan keuangan dapat dikarakteristikan sebagai hubungan keagenan, dimana pemegang saham sebagai pihak principal dan manajemen sebagai pihak agent (Pambudi dan Sumantri, 2014).

7 Good Corporate Governance dalam penerapannya akan terkait dengan kualitas audit. Berhasil tidaknya penerapan Good Corporate Governance tentunya juga tergantung dengan bagaimana kualitas audit eksternal dalam melakukan pemeriksaan keuangan untuk mendeteksi tingkat kewajaran laporan keuangan perusahaan. Audit yang dilakukan dapat mengurangi asimetri informasi yang ada antara manajemen dan stakeholders perusahaan dengan memungkinkan pihak luar perusahaan untuk memverifikasi validitas laporan keuangan (Hidayanti dan Paramita, 2014). Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba. Salah satu indikator tersebut adalah dalam ukuran KAP tempat auditor bekerja. Pada KAP yang lebih besar diasumsikan audit yang dilaksanakan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil karena adanya kecenderungan untuk lebih berhati-hati dalam melaksanakan audit, termasuk menjalankan prosedur-prosedur audit yang baku (Siregar dan Utama, 2002). Tujuan dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan kepastian mengenai integritas dari laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Kepastian mengenai relevansi dan keandalan dari laporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan bisnis (Mayangsari, 2004 dalam Guna dan Herawaty, 2010). Kualitas audit diukur dengan proksi ukuran KAP, karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditornya. Auditor yang bekerja di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkian pelatihan dan prosedur serta

8 memliki program audit yang dianggap lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non-big Four (Isnanta, 2008). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adanya tindakan manajemen laba pada suatu perusahaan adalah leverage. Dalam kaitannya dengan leverage, salah satu alternatif sumber dana perusahaan selain menjual saham dipasar modal adalah melalui sumber dana eksternal berupa hutang. Perusahaan akan berusaha memenuhi perjanjian hutang agar memperoleh penilaian yang baik dari kreditur. Hal ini kemudian dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang (Jao dan Pagulung, 2011). Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Oleh sebab itu, leverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang dilakukan suatu perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan (Rice, 2013). Faktor lain yang mempengaruhi manajemen laba selain leverage adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan (Sudarmadji dan Sularto, 2007 dalam Guna dan Herawaty, 2010). Laba yang dihasilkan perusahaan selama tahun berjalan dapat menjadi indikator terjadinya praktik manajemen laba dalam suatu

9 perusahaan. Biasanya manajemen laba dilakukan oleh manajer untuk memanipulasi komponen laba rugi yang dilaporkan perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu, yaitu penelitian Wijoyo (2014); Sari dan Putri (2014); Savitri (2014), Sumanto dan Kiswanto (2014); Hidayanti dan Paramita (2014); Amertha (2013); Kumaat (2013); Wiryadi dan Sebrina (2013); Pujiati dan Arfan (2013); Murtini dan Mansyur (2012); Jao dan Pagalung (2011) serta Guna dan Herawaty (2010). Berdasarkan keduabelas penelitian tersebut, terdapat beberapa perbedaan dalam arah prediksi variabel independen terhadap variabel dependen. Kepemilikan institusional dinyatakan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba hanya dalam penelitian Sumanto dan Kiswanto (2014); Pujiati dan Arfan (2013), sedangkam penelitian Sari dan Putri (2014); Murtini dan Mansyur (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif, berbeda dengan penelitian Sumanto dan Kuswanto (2014) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional dinyatakan berpengaruh positif terhadap manajemen laba hanya dalam penelitian Jao dan Pagulung (2011), berbeda dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajemen dinyatakan berpengaruh positif terhadap manajemen laba dalam penelitian Hidayanti dan Paramita (2014); Kumaat (2013); Wiryadi dan Sebrina (2013). Sedangkan dalam penelitian Sari dan

10 Putri (2014); Pujiati dan Arfan (2013); Murtini dan Mansyur (2012); Jao dan Pagalung (2011) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, berbeda dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010) menyatakan kepemilikan manajemen tidak berpengaruh positif. Komite audit dinyatakan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba pada penelitian Sari dan Putri (2014); Jao dan Pagalung (2011); sedangkan dalam penelitian Guna dan Herawaty (2010) kepemilikan manajemen tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Komisaris independen dinyatakan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba pada penelitian Sari dan Putri (2014); Murtini dan Mansyur (2012) serta Jao dan Pagalung (2011), sedangkan dalam penelitian Guna dan Herawaty (2010) komisaris independen tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hasil penelitian Wijoyo (2014); Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap earning management. Leverage dinyatakan berpengaruh positif terhadap manajemen laba hanya dalam penelitian Savitri (2014), sedangkan penelitan Wijoyo (2014) menyatakan leverage tidak berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan penelitian Jao dan Pagalung (2011) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba, berbeda dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010) menyatkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Profitabilitas dinyatakan berpengaruh positif terhadap manajemen laba dalam penelitian Wijoyo (2014); Amertha (2013); Guna dan Herawaty (2010).

11 Berdasarkan ketidakkonsistenan beberapa hasil prediksi arah variabel penjelas earning management maupun mekanisme good corporate governance diantara penelitian-penelitian terdahulu menimbulkan riset GAP yang menjadikan alasan bagi peneliti untuk menguji kembali pengaruh variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit, komisaris independen, kualitas audit, leverage dan profitabilitas (variabel independen) terhadap earning management (variabel dependen). Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mendeteksi adanya earning management pada tata kelola suatu perusahaan.dengan perbedaan objek penelitian tahun periode dari penelitian terdahulu. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap earning management? 2. Apakah kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap earning management? 3. Apakah komite audit berpengaruh negatif terhadap earning management? 4. Apakah komisaris independen berpengaruh negatif terhadap earning management? 5. Apakah kualitas audit berpengaruh negatif terhadap earning management? 6. Apakah leverage berpengaruh positif terhadap earning management? 7. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap earning management?

12 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada hubungan good corporate governance, kualitas audit, leverage dan profitabilitas. Perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini dibatasi pada tahun 2012-2014 dan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan dalam perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menguji pengaruh negatif kepemilikan institusional terhadap earning management. 2. Menguji pengaruh positif kepemilikan manajemen terhadap earning management. 3. Menguji pengaruh negatif komite audit terhadap earning management. 4. Menguji pengaruh negatif komisaris independen terhadap earning management. 5. Menguji pengaruh negatif kualitas audit terhadap earning management. 6. Menguji pengaruh positif leverage terhadap earning management. 7. Menguji pengaruh positif profitabilitas terhadap earning management. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

13 1. Bagi Peneliti a. Mengasah kemampuan peneliti dalam menjawab permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan mekanisme good corporate governance yang diproksikan melalui : kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit, komisaris independen, kualitas audit, leverage, profitabilitas dan earning management. b. Meningkatkan dan memperluas, serta mengembangkan pemahaman keilmuan peneliti secara keseluruhan. 2. Bagi Akademisi a. Menjadi salah satu referensi untuk pengembangan keilmuan dan sebagai bahan untuk membandingkan dari teori yang didapat saat perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya. b. Menjadi motivasi dan inspirasi untuk melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Praktisi a. Menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi para investor atau kredit bagi kreditor serta bagi manajemen untuk mengambil keputusan. b. Sarana bahan evaluasi pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan good corporate governance pada perusahaannya.