BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah lama dilakukan dengan melaksanakan inovasi pada program

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 KUALITAS PEMBELAJARAN SISWA SMK DITINJAU DARI FASILITAS BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan merupakan salah satu sasaran pembangunan

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayan Nugroho,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan dunia pendidikan tidak terlepas dari perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Pen eli tian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara kompetitif dalam mengembangkan pembangunan suatu negara. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan merupakan hal yang menjadi keharusan dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diembannya, manusia akan sulit menjalankan kehidupannya pada saat ia

PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seperti sekarang ini setiap negara di seluruh dunia. semakin terbuka dalam segala bidang usaha seperti bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka-angka, begitu juga di Sekolah

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berhubungan dengan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu proses investasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi tergantung faktor jumlah penduduk dan luas wilayah. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara yang sedang berkembang seperti negara Indonesia, ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk proses pembanggunan masyarakat itu. Pembangunan nasional Indonesia menitik beratkan pada peningkatan kualitas manusia dan masyarakat indonesia. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang menentukan pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan diharapkan dapat menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional serta kemampuan sikap kepemimpinaan yang kuat terhadap pembanggunan. Pendidikan kejuruan yang dikenal dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional pada jenjang pendidikan menengah dengan pengembangan kemampuan peserta didik agar dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, dapat melihat peluang kerja, dan dapat mengembangkan diri di masa yang akan datang. 1

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dituntut untuk mampu menghasilkan lulusan yang diharapkan oleh dunia kerja, industri maupun masyarakat, sebagai tenaga kerja yang dibutuhkan, harus memiliki kompetensi sesuai bidangnya dan mempunyai daya saing yang tinggi. Pendidikan kejuruan sebagai program pendidikan terorganisasi, yang secara langsung berkaitan dengan penyiapan lulusan memasuki dunia kerja. Sehubungan dunia kerja ini mereka menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan program pendidikan kejuruan, yang harus diperhatikan adalah perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi budaya dan hidup manusia. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga yang berpotensi untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat dengan mudah terserap oleh dunia kerja, karena materi baik teori dan praktek yang bersifat aplikatif telah diberikan sejak dini, dengan harapan lulusan SMK memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sarana dan prasarana adalah suatu hal yang sangat vital di sekolah menengah kejuruan. Seperti yang kita tahu untuk bisa mendidik dan menghasilkan alumni yang terampil dan siap kerja diperlukan latihan ketrampilan kerja yang berkelanjutan dan sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga 2

sarana dan prasarana dituntut harus terpenuhi sesuai dengan materi pelatihan yang telah direncanakan. Dalam pedoman mutu SMK (2005:1) Sarana dan prasarana mencakup halhal : Gedung, ruang kerja, dan kelengkapan terkait, peralatan proses. Alat/jasa pendukung, antara lain : angkutan, komunikasi, dll. Peralatan proses yang dimaksud disini adalah semua alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan dan mendukung semua kegiatan proses belajar mengajar khususnya praktek produktif. Bila alat yang diperlukan tidak ada dan tidak tersedia sudah tentu akan terjadi hambatan. Demikian juga dengan bahan praktek, yang mana bila bahan praktek berkurang atau sampai tidak ada, secara otomatis kegiatan praktek akan terganggu dan semua itu akan menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Pemenuhan sarana prasarana ini harus diperlukan perhitungan secara matang, sebab bila tidak tepat dan akurat sesuai dengan tuntutan dari rencana pembelajaran maka dalam pelaksanaanya akan mengalami hambatan. Sebagai penanggung jawab pemenuhan sarana prasarana di program keahlian adalah ketua program bersama dengan kepala bengkel. Dalam pemenuhan disini tidak hanya mengadakan, tetapi juga perawatan berkala dan perbaikan adanya kerusakan, kemudian dari program keahlian dikonsultasikan dan dikoordinasikan ke bagian sarana dan prasarana yang akan diproses lebih lanjut. 3

Dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar melalui pengembangan instruksional diperlukan suatu sumber belajar. Sumber belajar didirikan untuk memeberikan fasilitas belajar mengajar yang lebih luas, dalam hal ini keberadaan Bengkel Kerja Sekolah sebagai sumber belajar sangat membantu guru dalam proses pembelajaran, secara fungsional dengan adanya sumber belajar dapat memberikan motivasi siswa dalam hal kemandirian belajar serta dapat membuka paradigma baru siswa dalam pengalaman belajarnya. Ketersedian sumber belajar sangatlah penting namun tidak cukup membuat semua masalah teratasi akan tetapi keberadaan sumber belajar akan sangat berarti bila dimanfaatkan dengan baik sehingga berakhir pada perolehan pengalaman belajar yang maksimal bagi siswa. Bengkel kerja sekolah merupakan suatu wadah yaitu tempat, gedung ruang dengan segala macam perangkat keras yang diperlukan untuk kegiatan praktikum siswa, merupakan tempat bagi guru, siswa atau orang lain untuk melakukan kegiatan praktikum dalam rangka belajar mengajar, bengkel kerja sekolah merupakan pusat inovasi atau sumber pembelajaran. Dalam bengkel kerja sekolah terdapat kegiatan praktikum yang menghasilkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan, sehingga membawa pembaharuan, baik berupa alat- alat baru, bahan-bahan baru, pemikiran-pemikiran baru maupun cara-cara baru tugas pokok yang diemban oleh bengkel kerja sekolah adalah melakukan kegiatan dalam cabang ilmu teknologi tertentu sebagai penunjang pelaksanaan tugas-tugas pokok sekolah. 4

Bengkel kerja sekolah adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa berisi interaksi dengan berbagai alat dan bahan untuk membuat memodifikasi berbagai peralatan dan penemuan-penemuan yang dapat dipelajari secara langsung dan mempraktekkan sendiri sesuatu yang dipelajari jadi suatu bengkel kerja sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu serta sistem pengajaran di Sekolah Mengengah Kejuruan (SMK). Kaitannnya dengan pengelolaan bengkel kerja sekolah yang umum terdapat 3 fungsi, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan. Bengkel kerja merupakan suatu tempat untuk orang bekerja, dan atau tempat untuk berlatih. Bengkel kerja perawatan dan perbaikan adalah bengkel kerja yang fokus kegiatannya memberi layanan teknis kepada konsumen atau bagian-bagian lain dalam suatu industri mengenai perawatan dan perbaikan mesin. Bengkel kerja pelatihan adalah bengkel kerja dengan fokus kegiatan berupa proses pemberian keterampilan kepada peserta latihan. Bengkel kerja produksi adalah bengkel kerja yang memfokuskan kegiatannya pada proses produksi, dalam bengkel kerja ini biasanya jenis kegiatannya berantai mulai dari persiapan bahan baku sampai kepada hasil produksi. Sedangkan bengkel kerja penelitian mempunyai fokus kegiatan mencari metode baru menentukan kualitas barang, dan pembuatan prototipe. Apapun jenis kegiatannya, penggunaan harus dikonsep dengan baik terlebih dahulu sehingga bengkel kerja menjadi lebih efektif sebagai sarana untuk mencapai tujuan 5

pengajaran. Pengelolaan bengkel kerja merupakan komponen penting dalam hal kesuksesan program pengajaran dalam bidang kerja yang mencakup pelatihan pada peserta didik. Teknik merencanakan kegiatan praktikum didefinisikan sebagai penentuan rangkaian kegiatan untuk memperoleh hasil secara langsung, karena itu suatu rencana memerlukan metode-metode, sumber-sumber dan waktu serta urutanurutan kegiatan praktikum. Pada setiap bengkel kerja yang ada pada SMK diharapkan memiliki perencanaan yang mantap, baik perencanaan dalam jangka pendek, menengah maupun dalam jangka panjang, struktur organisasi bengkel kerja sekolah yang baik serta mekanisme penggelolaan dan pengadministrasian yang baik pula. Banyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berjalan tanpa adanya sarana dan prasarana yang menunjang yang salah satunya yaitu bengkel kerja sekolah yang memadai serta layak untuk proses belajar mengajar dikarnakan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya fasilitas bengkel kerja sekolah ini dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran disekolah, kebanyakan proses praktek di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hanya terjadi dikelas biasa dengan alat seadanya dan mengandalkan teori dari buku dan proses pembelajarannya hanya pada saat jam pelajaran saja, bukan pembelajaran yang efektif didalam suatu ruangan tertentu yang didalamnya terdapat berbagai macam alat-alat dan bahan.dalam memenuhi kebutuhan kelengkapan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk sekolah menyelenggaran suatu bengkel kerja sekolah akan menghadapi beberapa kendala antara lain : 6

1. Penyesuaian spesifikasi peralatan maupun bahan. 2. Jumlah yang diperlukan sesuai dengan jumlah siswa 3. Sistem penggadaan alat dan bahan 4. Tingkat kemampuan atau karakteristik dan kepedulian guru. Kendala-kendala tersebut diatas tidak jarang membuat pesimis bagi penyelenggara bengkel untuk melengkapi dan mengatur kebutuhan peralatan dan bahan. Dalam pencapaian tujuan pelaksanaan proses belajar mengajar praktek di bengkel kerja sekolah maka untuk itu perlu dipikirkan beberapa alternatif pertimbangan dalam menentukan kebutuhan peralatan atau bahan praktik yang disesuaikan dengan kondisi sekolah. Upaya dalam mengatasi kendala-kendala tersebut perlu diatur kembali kebutuhannya yang didasarkan kepada optimasi yang ideal dengan pertimbanganpertimbangan khusus yang didasarkan pada beberapa faktor sebagai panduan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar praktek yaitu : 1. Tidak menyimpang dalam pencapaian tujuan keterampilan 2. Distribusi keterampilan yang merata 3. Pencapaian program persemester 4. Pemamfaatan faktor peralatan 5. Bobot atau nilai keterampilan yang optimal Bagaimanapun pengaturan serta perubahan yang dilakukan menyangkut spesifikasi, jumlah peralatan dan bahan serta sistem penggadaan dapat diperkenankan selama kriteria tersebut dapat dipenuhi. Dengan ini sekolah 7

diberikan kelonggaran dalam menentukan kebutuhan peralatan dan bahan yang lebih fleksibel dengan memperhatikan kriteria-kriteria diatas serta untuk mengatasi kendala spesifikasi peralatan dan bahan yang tidak sesuai dapat diganti dengan peralatan dan bahan yang lain sebagai spesifikasi equivalent asal tetap memenuhi kriteria yang sudah ditentukan. Selayaknya siswa dapat secara bebas melakukan kegiatannya tanpa ada kekurangan apapun serta proses pembelajaran praktek tersebut bisa dilaksanakan pada saat jam pelajaran atau pun pada saat tidak ada jam pelajaran, serta siswa bebas memakai bengkel kerja sekolah tersebut untuk membuat suatu ekperimen yang bisa menghasilkan penemuan baru yang dapat menambah keterampilan siswa sehingga mencetak lulusan yang memiliki standar kompetensi yang tinggi dan kemampuan serta keterampilan yang baik. Siswa SMK dituntut untuk mempunyai skill yang diperlukan dalam suatu pekerjaan baik berupa hard skill maupun soft skill. Saat ini stakeholder lebih cenderung melihat calon pekerja dari soft skill, tentunya dengan tidak mengesampingkan hard skill yang merupakan kemampuan yang sifatnya keterampilan. Peran serta SMK khususnya program keahlian teknik mekanik otomotif dalam membaca dan memahami kebutuhan dunia industri terhadap tenaga kerja sangat diharapkan, tidak hanya untuk menunjang proses belajar mengajar yang berlangsung di SMK tersebut, tetapi juga membantu lulusan SMK untuk lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan sesuai dengan program keahliannya. Hal ini tentunya merupakan tantangan tidak hanya bagi SMK 8

Program keahlian teknik mekanik otomotif, tetapi juga bagi dunia pendidikan untuk dapat mempersiapkan lulusannya menjadi seorang tenaga kerja yang profesional di bidangnya. Kompetensi bidang teknologi otomotif menjadi suatu kebutuhan mendasar untuk memperoleh pekerjaan. Keahlian teknik mekanik otomotif mempunyai kompetensi dan nilai lebih sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitasnya sebagai calon tenaga kerja professional. Pada penelitian ini saya akan mencari tahu hubungan antara optimalisasi bengkel kerja sekolah yang lengkap dan layak serta ideal untuk dijadikan sumber belajar sehingga dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi dan hasil belajar siswa sehingga meningkatkan kualitas pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). B. Rumusan Masalah Masalah umum yang akan diteliti pada penelitaian ini adalah optimalisasi bengkel kerja sekolah sebagai sumber belajar dikaitkan dengan pencapaian kompetensi siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Adapun masalah khusus yang akan diteliti yaitu : 1. Bagaimana pendapat siswa terhadap optimalisasi bengkel kerja sekolah di program keahlian teknik mekanik otomotif SMK Negeri 8 Bandung? 2. Bagaimana tingkat pencapaian kompetensi siswa dalam program keahlian teknik mekanik otomotif SMK Negeri 8 Bandung? 9

3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara optimalisasi bengkel kerja sekolah dengan pencapaian kompetensi siswa dalam program keahlian teknik mekanik otomotif SMK Negeri 8 Bandung? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti membagi tujuan penelitian menjadi dua, meliputi tujuan umum dan tujuan khusus yakni : Tujuan umum pada penelitaian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara optimalisasi bengkel kerja sekolah dengan pencapaian kompetensi dalam program keahlian teknik mekanik otomotif. Adapun tujuan khusus yang akan diteliti yaitu : 1. Untuk mengetahui pendapat siswa terhadap optimalisasi bengkel kerja sekolah di program keahlian teknik otomotif SMK Negeri 8 Bandung? 2. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa dalam program keahlian teknik mekanik otomotif SMK Negeri 8 Bandung? 3. Untuk mengetahui derajat hubungan antara optimalisasi bengkel kerja sekolah dengan pencapaian kompetensi siswa program keahlian teknik mekanik otomotif SMK Negeri 8 Bandung? 10

D. Manfaat Hasil Penelitian 1.Bagi Sekolah Memberikan masukan tentang pentingnya optimalisasi bengkel kerja sekolah yang meliputi : ketersediaan, pemamfaatan dan pengembangan bengkel kerja sekolah dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam meningkatkan kompetensi siswa. 2. Bagi Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan Memberikan masukan bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan dalam perancangan dan pengembang sekolah atau penggunaan sistem pendidikan yang berkaitan dengan sumber belajar tentang pentingnya pengadaan bengkel kerja sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 3. Bagi Peneliti Memberikan wawasan keilmuan tentang pemamfaatan sumber belajar terutama bengkel kerja sekolah yang memiliki peranan yang sangat besar dalam proses pembelajaran disekolah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). E. Definisi Operasional Untuk memudahkan dan menghindari kesalahpahaman tentang istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka perlu kiranya dijelaskan makna dari istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Istilah-istilah yang perlu diberi batasan adalah : 11

1. Optimalisasi Optimalisasi adalah proses pemanfaatan sesuatu yang dipakai dengan secara optimal atau menyeluruh tanpa ada yang terbuang sia-sia. 2. Bengkel Kerja Sekolah Bengkel Kerja Sekolah adalah merupakan suatu wadah yaitu tempat, gedung ruang dengan segala macam perangkat keras yang diperlukan untuk kegiatan praktikum siswa yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa berisi interaksi dengan berbagai alat dan bahan untuk membuat memodifikasi berbagai peralatan dan penemuan-penemuan yang dapat dipelajari secara langsung dan mempraktekkan sendiri sesuatu yang dipelajari. 3. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. F. Asumsi Menurut Winarno Surakhmad (1985 : 96) bahwa asumsi atau postulat adalah yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang di hadapi. Dalam penelitian ini peneliti memberikan anggapan dasar penelitian sebagai berikut : 12

1. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 8 Bandung memiliki bengkel kerja sekolah. 2. Bengkel kerja sekolah merupakan sumber belajar yang paling tepat bagi siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 3. Bengkel kerja sekolah dapat memberikan pengalaman belajar yang kongkrit serta dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut. 4. Pemanfaatan Bengkel kerja sekolah dalam pembelajaran di SMK dapat meningkatkan pencapaian kompetensi dan hasil belajar siswa. G. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam suatu penelitian adalah keseluruhan objek yang dijadikan sumber penelitian, mempunyai karakteristik tertentu sebagai objek, atau sasaran penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Syaodih (2007:250): populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 8 Bandung program keahlian teknik mekanik otomotif. 2. Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian adalah adalah suatu bagian dari populasi. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2006:131) : sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) 13

yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif. Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Cluster random sampling, dikarenakan peneliti akan menggunakan satu kelompok (kelas) yang dianggap dapat merepresentasikan populasi. Cluster random sampling adalah memilih salah satu atau beberapa kelompok secara sample random sampling sebagai sampel (Ronny Kountur, 2003:142), yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 1 kelas siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 8 Bandung kelas II 7 sebanyak 32 orang. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bengkel Kerja Sekolah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 8 Bandung program keahlian teknik mekanik otomotif yang bertempat di Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP) Bandung jalan Pahlawan No 70 Bandung.. 14