IDENTIFIKASI AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI DAERAH BEBANDEM, KARANG ASEM, BALI. Budy Santoso

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

INVESTIGASI GERAKAN TANAH DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DI SEKITAR LERENG BGG JATINANGOR

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE UNTUK PENDUGAAN ASBUTON

KAJIAN GERAKAN TANAH DENGAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DI JALAN KERETA API KM 12 TUNTANG-KEDUNGJATI JAWA TENGAH

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Pendugaan Mineral Kromit dengan Metode Electricalresistivity Tomography di Daerah Wosu-Morowali Sulawesi Tengah

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

PENERAPAN METODE GEOLISTRIK-2D UNTUK IDENTIFIKASI AMBLASAN TANAH DAN LONGSORAN DI JALAN TOL SEMARANG SOLO Km Km

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi

Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol.7 No.2 halaman107

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DAERAH KEPULAUAN SERUI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

PENERAPAN METODE RESISTIVITAS UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBAB RAWAN LONGSOR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

Cristi * ), Kerista Sebayang * ), Mester Sitepu ** ) Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, MEDAN

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

III. METODE PENELITIAN

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Interpretasi Data Geofisika untuk Penentuan Titik Pemboran Air Tanah di Daerah Mertoyudan, Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

PENERAPAN METODE GEOLISTRIK-2DUNTUK IDENTIFIKASI AMBLASAN TANAH DAN LONGSORAN DI JALAN TOL SEMARANG SOLO KM KM

Identifikasi Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam dengan Metode Geolistrik (Kasus: Di Kecamatan Masaran)

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

Sehah dan Hartono. Keywords: groundwater aquifer, village of Kedungwuluh, geoelectric of resistivity method, Wenner configuration.

Analisis Aliran Rembesan (Seepage) Menggunakan Pemodelan 3D Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Interpretasi Data Geolistrik untuk Memetakan Potensi Air Tanah dalam Menunjang Pengembangan Data Hidrogeologi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur

Kajian Sebaran Limbah Cair Menggunakan Metode Resistivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

Investigasi Bidang Gelincir Tanah Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis di Desa Kebarongan Kec. Kemranjen Kab.

Bayu Suhartanto, Andy Pramana,Wardoyo, M. Firman, Sumarno Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Bengkulu

IDENTIFIKASI KEDALAMAN MUKA AIR TANAH MENGGUNAKAN STUDI GEOLOGI DAN GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN KETERSEDIAAN AIR BERSIH DUSUN SILUK II, IMOGIRI

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER UNTUK SURVEY PIPA BAWAH PERMUKAAN

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

METODE EKSPERIMEN Tujuan

Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

POTENSI AIRTANAH BERDASARKAN NILAI RESISTIVITAS BATUAN DI KELURAHAN CANGKORAH, KECAMATAN BATUJAJAR, KABUPATEN BANDUNG BARAT

APLIKASI TEKNOLOGI EKSPLORASI UNTUK MEMAHAMI KONDISI AIR TANAH DI DAERAH PADANG LUAS KABUPATEN TANAH LAUT

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

Abstrak

Eksplorium ISSN Volume 34 No. 1, Mei 2013: 11-22

Transkripsi:

EKSAKTA Vol. 19 No. 1 30 April 2018 http://eksakta.ppj.unp.ac.id E-ISSN : 2549-7464 P-ISSN : 1411-3724 IDENTIFIKASI AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI DAERAH BEBANDEM, KARANG ASEM, BALI Budy Santoso Departemen Geofisika, FMIPA, Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang Km.21, Jatinangor 45363, Jawa Barat, Indonesia e-mail : budi@geophys.unpad.ac.id ABSTRACT Bungaya Kangin Village, Bebandem District, Karangasem Regency, Bali Province consists of paddy fields and settlements, required therefore a water source / aquifer that can meet all these needs. One of the Geophysical Methods that can identify the aquifer is the Geoelectric Method. Geoelectric method used in this research is Resistivity Method. Data acquisition using Vertical Electrical Sounding (VES) and Electrical Resistivity Tomography (ERT) Methods. VES method is a method of measurement to determine the variation of resistivity vertically at one point. Electrical Resistivity Tomography (ERT) method is a method of measuring resistivity on soil surface / rock by using many electrode (51 electrode), to obtain sub-surface resistivity variation lateraly and verticaly, to obtain sub-surface image. The equipment used for geoelectric measurements is Resistivity Meter of Naniura NRD 300 Hf which has been equipped with a switchbox to adjust the displacement of 51 electrodes. Based on the resistivity modeling results, the aquifers in the study area were found in rough sandstones with resistivity values : (49-100) Ohm.m. Keywords: aquifer, resistivity, ERT and VES PENDAHULUAN Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem terletak di sebelah Timur Pulau Bali pada koordinat UTM (344409, 9066096) m. Secara geologi regional daerah penelitian tersusun berdasarkan kelompok batuan sedimen berumur Quarter. Menurut (Purbo Hadiwidjodjo, dkk, 1998), stratigrafi daerah penelitian terdiri atas : Batuan Gunung Api Agung (Qhva), terdiri dari : Aglomerat, tuff, lava, lahar dan ignimbrit. Batuan Gunung Api Serraya (Qpvs), terdiri dari : breksi gunung api yang berselingan dengan lava. Kebutuhan air di daerah Bebandem cukup tinggi yang digunakan untuk keperluan sehari-hari serta untuk mengairi lahan persawahan. Untuk memenuhi kebutuhan air yang cukup tinggi tersebut maka diperlukan lokasi akuifer yang memiliki sumber air tanah yang besar. Akuifer adalah lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable baik yang terkonsolidasi (lempung, misalnya) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah (kuantitas) yang ekonomis

(Kodoatie, 1996). Air tanah adalah semua air yang terdapat pada akuifer di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul di permukaan tanah. Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah sampai mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antar butirannya sangat kecil yang tidak memungkinkan bagi air untuk melewatinya. Air yang datang kemudian akan menambah volume air yang mengisi rongga-rongga antar butiran dan akan tersimpan disana. Potensi air tanah yang terdapat di daerah Bebandem, Karangasem tergantung dari: imbuhan air tanah alamiah, kondisi hidrogeologi dan karakteristik hidraulik akuifer. Jumlah imbuhan air tanah tahunan merupakan hasil perkalian dari curah hujan rata-rata tahunan dengan koefisien imbuhan (Encona Eng. Inc et., al, 1988). Kondisi hidrogeologi adalah lapisan pengandung air (akuifer). Terdapat beberapa macam akuifer yaitu : akuifer terkekang, akuifer semi terkekang dan akuifer bebas. Karakteristik hidraulik yang dimaksud adalah transmisivitas, kelulusan hidraulik dan koefisien kandungan atau simpanan pada akuifer terkekang atau lepasan jenis (specific yield) pada akuifer bebas. Akuifer memiliki kontras resistivitas terhadap tanah / batuan lainnya yang terdapat di daerah penelitian, seperti breksi, lava dan tufa. Kontras resistivitas akuifer dapat diketahui dengan menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas. Metode Geolistrik telah terbukti berhasil dalam kegiatan penelitian dangkal, seperti pendugaan air tanah dan pencairan mineral logam (Reynolds, 1998). METODE PENELITIAN Metode Geofisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Geolistrik Resistivitas. Metode geolistrik memanfaatkan sifat penjalaran arus listrik yang diinjeksikan ke dalam tanah melalui dua buah elektroda arus (C1 dan C2), kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah elektroda potensial (P1 dan P2) yang ditancapkan dipermukaan tanah (Telford, et. al, 2004), skema pengukuran resistivitas ditunjukkan pada C1 Gambar 1. P1 Lapisan Tanah Berdasarkan nilai arus listrik (I) yang diinjeksikan dan beda potensial (ΔV) yang ditimbulkan, besarnya resistivitas () dapat dihitung dengan persamaan rumus dibawah ini : K V (1) I Parameter K disebut faktor geometri. Faktor geometri merupakan besaran koreksi terhadap posisi / letak susunan elektroda (arus dan potensial). Resistivitas batuan () merupakan besaran fisika yang berhubungan dengan kemampuan suatu batuan dalam menghantarkan arus listrik. Lapisan batuan yang mempunyai nilai resistivitas rendah berarti mudah menghantarkan arus listrik, sebaliknya jika lapisan batuan mempunyai nilai resistivitas tinggi berarti sulit menghantarkan arus listrik. Metode Akuisisi Data Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data resistivitas yaitu Resistivity Meter P2 Gambar 1. Skema susunan elektroda I V C2 Budi Santoso Hal 25

Naniura NRD 300Hf yang dilengkapi dengan switch box untuk mengatur perpindahan 51 elektroda. Teknik akuisisi data menggunakan Metode Electrical Resistivity Tomography (ERT) dan Vertical Electrical Sounding (VES). Metode Vertical Electrical Sounding (VES) adalah metode pengukuran untuk mengetahui variasi resistivitas secara vertikal pada satu titik. Metode Electrical Resistivity Tomography (ERT) adalah Metode pengukuran resistivitas dipermukaan tanah / batuan dengan menggunakan banyak elektroda (51 elektroda), agar diperoleh variasi distribusi resistivitas bawah permukaan secara lateral dan vertikal, sehingga didapatkan citra bawah permukaan (Santoso,dkk. 2016). Akuisisi data ERT dilakukan sebanyak 3 lintasan dengan panjang masing-masing lintasan 500m, dengan posisi 2 lintasan memotong sungai dan 1 lintasan sejajar sungai. Akuisisi data VES dilakukan sebanyak 5 titik sounding, dengan posisi masingmasing titik sounding ditempatkan diujung (kiri dan kanan) lintasan ERT. Konfigurasi elektroda yang digunakan dalam akuisisi data VES yaitu Konfigurasi Schlumberger, sedangkan konfigurasi elektroda yang digunakan akuisisi data ERT yaitu konfigurasi Wenner. Sistematika akuisisi data resistivitias dengan menggunakan Metode ERT konfigurasi Wenner ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Skema pengukuran ERT dengan konfigurasi Wenner (Loke, M.H, 2004) Pada Gambar 2, C1 dan C2 adalah pasangan elektroda arus, P1 dan P2 adalah pasangan elektroda potensial dan a adalah spasi antar elektroda dengan jarak yang sama. Faktor geometri (K) konfigurasi Wenner dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini : K 2a (2) Nilai resistivitasnya dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini : V s 2a (3) I dengan s : resistivitas semu (Ohm.m), V : beda potensial (V), I : arus yang diinjeksikan (A), dan a : jarak antara elektroda (m). Metode Analisis Data Data resistivitas yang diperoleh dari hasil pengukuran ERT dan VES masih merupakan nilai resistivitas semu, untuk memperoleh nilai resistivitas sebenarnya, maka dilakukan pengolahan data menggunakan perangkat lunak inversi Res2Dinv (Loke,M.H., 2004). Data resistivitas selanjutnya di analisis berdasarkan nilai resistivitas batuan yang telah dikorelasikan dengan data geologi daerah penelitian. Data yang dianalisis yaitu data resistivitas batuan yang mengindikasikan lapisan pembawa air / akuifer. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis dan interpretasi, yaitu : penampang ERT hasil inversi harus sesuai dengan model geologi daerah penelitian, nilai RMS error harus kecil < 10%, jika hasil pemodelan RMS error nya sudah kecil tetapi model geologinya tidak sesuai, maka harus dilakukan pemodelan ulang dengan metode inversi lain yang terdapat pada software tersebut, dan terakhir menentukan nilai resistivitas batuan yang telah dikorelasi dengan data Budi Santoso Hal 26

geologi. Resistivitas batuan hasil pengukuran ERT dan VES yang telah No Resistivitas (Ohm.m) Litologi 1 1001-2350 Breksi padu 2 191-1000 Breksi 3 100-190 Batupasir halus 4 61-100 Batupasir kasar 5 30-60 Tufa halus 6 10-29 Tufa kasar Perkiraan Hidrogeologi akuifer Akuifer dikorelasi dengan data geologi daerah penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Resistivitas Batuan Daerah Penelitian Nilai resistivitas batuan pada Tabel 1 digunakan sebagai referensi ketika melakukan interpretasi pada penampang resistivitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemodelan resistivitas dengan menggunakan perangkat lunak inversi diperoleh penampang resistivitas ERT sebanyak 3 lintasan dan penampang resistivitas VES sebanyak 5 titik sounding. Penampang resistivitas menggambarkan kondisi geologi bawah permukaan yang menginformasikan jenis batuan serta lapisan akuifer. Pada Gambar 3 menampilkan penampang resistivitas lintasan 1 yang memotong sungai. Pada penampang lintasan 1 diperoleh beberapa lapisan batuan, terdiri dari : (191 1000) Ohm.m, kedalaman bervariasi : di bagian tengah lintasan kedalaman : (0 30) m, sedangkan di bagian tepi penampang (Barat Daya dan Timur Laut) kedalamannya sekitar 40m, diduga sebagai breksi. (85 190) Ohm.m, kedalaman bervariasi : (30 40) m dan (23 35)m di sebelah Barat Daya, serta kedalaman (15 65) m di sebelah Timur Laut, diduga sebagai batupasir Lapisan III, dengan nilai resistivitas (49 84) Ohm.m, kedalaman (40 49) m di bagian tengah lintasan dan kedalaman (12-67) m di sebelah Timur Laut, diduga sebagai Batupasir Lapisan IV, dengan nilai resistivitas (30 48) Ohm.m, kedalaman : (49 65) m, diduga sebagai tufa Lapisan V, dengan nilai resistivitas (16 29) Ohm.m, kedalaman rata-rata : (65 101)m, diduga sebagai tufa Indikasi akuifer lintasan 1 terdapat pada lapisan II (batu pasir halus) dan lapisan III (batupasir kasar). Akuifer pada penampang lintasan 1 termasuk ke dalam jenis akuifer bebas. Akuifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air (akiklud). Permukaan tanah pada Gambar 3. Penampang Resistivitas (ERT) Lintasan 1 Budi Santoso Hal 27

akuifer ini disebut dengan water table (preatik level), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer. Pada Gambar 4 menampilkan penampang resistivitas lintasan 2. Pada penampang resistivitas lintasan 2 diperoleh beberapa lapisan batuan, sebelah Timur Laut kedalaman > 65m, diduga sebagai tufa Lapisan pembawa air (akuifer) pada penampang resistivitas lintasan 2, diduga terdapat pada batupasir halus dan batupasir kasar, sedangkan akuifernya termasuk ke dalam jenis akuifer bebas. Akuifer bebas terdiri dari : (1100 2350) Ohm.m, kedalaman : (0 2)m dan (0 5)m terdapat di sebelah Barat Daya, diduga sebagai breksi padu. (236 900) Ohm.m terdapat pada bagian tengah lintasan ke arah Barat Daya, kedalaman bervariasi : (2 30)m, (20 55)m dan disebelah Timurlaut dengan kedalaman : (0-23)m, diduga sebagai breksi. Lapisan III, dengan nilai resistivitas (100 150) Ohm.m, kedalaman bervariasi : (10 40)m, (55 75)m, (0 20)m, diduga sebagai batupasir Lapisan IV, dengan nilai resistivitas 67,6 Ohm.m, kedalaman di bagian tengah lintasan (75 93)m, dan kedalaman di sebelah Timur laut (55 65)m, diduga sebagai batupasir Lapisan V, dengan nilai resistivitas 36,2 Ohm.m, kedalaman di bagian tengah lintasan : (93 101)m dan di Gambar 4. Penampang Resistivitas (ERT) Lintasan 2 (dangkal) dengan pola melensa pada penampang lintasan 2 terdapat pada batupasir halus dengan kedalaman 10 m, sedangkan akuifer bebas (dalam) dengan pola membaji terdapat pada batupasir halus / batupasir kasar dengan kedalaman 55 m. Batupasir memiliki porositas yang cukup baik yang dapat menyimpan air dalam jumlah banyak sehingga dapat berfungsi sebagai batuan akuifer. Pada Gambar 5 menampilkan penampang resistivitas lintasan 3 (sejajar aliran sungai). Pada penampang lintasan 3 diperoleh beberapa lapisan batuan, terdiri dari : > 1100 Ohm.m, kedalaman : (0 10)m dan (0 40)m, terdapat di sebelah Tenggara, diduga sebagai breksi padu. (283 942) Ohm.m terdapat di sebelah Tenggara, kedalaman bervariasi : (0 8)m dan (0 20)m diduga sebagai breksi. Budi Santoso Hal 28

Lapisan III, dengan nilai resistivitas 155 Ohm.m, kedalaman : (8 29)m terdapat di bagian tengah lintasan, kedalaman (0 40)m di sebelah Barat Laut, diduga sebagai batupasir Lapisan IV, dengan nilai resistivitas 85,1 Ohm.m, kedalaman bervariasi : (40 50) m (29 42) m, diduga sebagai Batupasir Lapisan V, dengan nilai resistivitas 46,6 Ohm.m, kedalaman : (50 72) m (Barat Laut) dan (42 101) m (Tenggara), diduga sebagai Tufa Lapisan VI, dengan nilai resistivitas (14 25,6) Ohm.m, kedalaman : (72 101) m, diduga sebagai Tufa Akuifer pada penampang resistivitas lintasan 3 terdapat pada batupasir halus / Gambar 5. Penampang Resistivitas (ERT) Lintasan 3 batupasir Jenis akuifernya masih termasuk ke dalam akuifer bebas. Karakteristik akuifer bebas pada lintasan 3 dapat diketahui dari : Lapisan paling atas (penutup) adalah breksi, bersifat permeable (meloloskan air). Lapisan paling bawah merupakan Tufa, bersifat impermeable / akiklud (sulit / tidak bisa meloloskan air). Pada Gambar 6 ditunjukkan Penampang Resistivity-1D (VES) titik 1, posisinya terdapat pada elektroda 12 lintasan 1 (ERT). Pengukuran VES titik 1 bertujuan untuk mengetahui variasi resistivitas secara vertikal (kedalaman sangat dalam) yang tidak terdeteksi ketika dilakukan pengukuran resistivitas-2d (ERT) karena posisinya diujung lintasan. Budi Santoso Hal 29

Lapisan IV, dengan nilai resistivitas 69 Ohm.m, kedalaman : (28,37 67,88)m, diduga sebagai batupasir LapisanV5, dengan nilai resistivitas 19,58 Ohm.m, kedalaman lebih dari 67,88m,diduga sebagai tufa. Indikasi akuifer terdapat pada lapisan batupasir kasar dengan kedalaman (28 67) m. Pada Gambar 7 ditunjukkan Penampang Resistivity 1D (VES) titik 2. posisinya terdapat pada elektroda 43 lintasan 1 (ERT). Tujuan pengukuran VES titik 2 untuk mengetahui akuifer pada lapisan yang dalam yang tidak terukur ketika pengukuran resistivitas-2d (ERT). Pada penampang titik sounding 2 terdapat 5 lapisan batuan, terdiri dari : 91,74 Ohm.m, kedalaman : (0 0,89)m, diduga sebagai batupasir 203,20 Ohm.m, kedalaman : (0,89 12,16)m, diduga sebagai breksi. Gambar 6. Penampang Resistivitas (VES) Titik 1 Lapisan batuan pada titik sounding 1 terdapat 5 lapisan batuan, terdiri dari : 391,32 Ohm.m, kedalaman : (0 0,99)m, diduga sebagai breksi padu. 193,39 Ohm.m, kedalaman : (0,99 4,53)m, diduga sebagai breksi. Lapisan III, dengan nilai resistivitas 289,76 Ohm.m, kedalaman : (4,53 28,37)m, diduga sebagai breksi. Budi Santoso Hal 30

Lapisan III, dengan nilai resistivitas 177,65 Ohm.m, kedalaman : (12,16 35,59)m, diduga sebagai batupasir Lapisan IV dengan nilai resistivitas 44,59 Ohm.m, kedalaman : (35,59 88,38)m, diduga sebagai tufa Lapisan V, dengan nilai resistivitas 15,01 Ohm.m, kedalaman lebih dari 88,38m,diduga sebagai tufa Gambar 7. Penampang Resistivitas (VES) Titik 2 Pada Gambar 8 menampilkan Penampang Resistivity 1D (VES) titik 3. posisinya terdapat disamping lintasan 3 (ERT). Pada penampang titik sounding 3 terdapat 5 lapisan batuan, terdiri dari : 38,26 Ohm.m, kedalaman : (0 0,74) m, diduga sebagai tufa 187,00 Ohm.m, kedalaman : (0,74 7,83) m, diduga sebagai batupasir Lapisan III, dengan nilai resistivitas 217,14 Ohm.m, kedalaman : (7,83 37,26) m, diduga sebagai breksi. Lapisan IV, dengan nilai resistivitas 54,00 Ohm.m, kedalaman : (37,26 91,23) m, diduga sebagai tufa Budi Santoso Hal 31

Lapisan V, dengan nilai resistivitas 13,48 Ohm.m, kedalaman lebih dari 91,23m,diduga sebagai tufa Gambar 9. Penampang Resistivitas (VES) Titik 4 Gambar 8. Penampang Resistivitas (VES) Titik 3 Indikasi akuifer terdapat pada lapisan dangkal, yaitu pada lapisan batupasir halus dengan kedalaman 8 m. Akuifer pada lapisan ini merupakan air permukaan (water table). Pada Gambar 9 menampilkan penampang resistivitas (VES) titik 4. Pada penampang titik sounding 4 terdapat 5 lapisan batuan, terdiri dari : 48,09 Ohm.m, kedalaman : (0 1,02)m, diduga sebagai tufa 96,02 Ohm.m, kedalaman : (1,02 8,36)m, diduga sebagai batupasir Lapisan III, dengan nilai resistivitas 166,92 Ohm.m, kedalaman : (8,36 28,86) m, diduga sebagai batupasir Budi Santoso Hal 32

Lapisan IV, dengan nilai resistivitas 30,46 Ohm.m, kedalaman : (28,86 89,66)m, diduga sebagai tufa Lapisan V, dengan nilai resistivitas 8,34 Ohm.m, kedalaman lebih dari 89,66m diduga sebagai tufa Pola penampang resistivitas titik 4 hampir sama dengan penampang VES titik 3. Indikasi akuifer terdapat pada batupasir kasar (kedalaman 8,36 m) dan batupasir halus (kedalaman 28,86 m). Pada Gambar 10 menampilkan penampang resistivitas (VES) pada titik 5. Pada penampang titik sounding 5 terdapat 5 lapisan batuan, terdiri dari : 838,70 Ohm.m, kedalaman : (0 2,65)m, diduga sebagai breksi padu. Gambar 10. Penampang Resistivitas (VES) Titik 5 Lapisan II, dengan nilai resistivitas 290,79 Ohm.m, kedalaman : (2,65 24,87)m, diduga sebagai breksi. Lapisan III, dengan nilai resistivitas 123,67 Ohm.m, kedalaman : (24,87 45,30)m, diduga sebagai batupasir Lapisan IV, dengan nilai resistivitas 46,57 Ohm.m, kedalaman : (45,30 122,84)m, diduga sebagai tufa Lapisan V, dengan nilai resistivitas 94,96 Ohm.m, kedalaman lebih dari Budi Santoso Hal 33

122,84m diduga sebagai batupasir Indikasi akuifer terdapat pada batupasir kasar dengan kedalaman : lebih dari 122 m. Akuifer pada lapisan ini merupakan akuifer bebas karena pada lapisan atas batuannya bersifat porus sedangkan pada lapisan dibawahnya kedap air (akiklud). KESIMPULAN 1. Berdasarkan penampang resistivitas- 2D, aliran air pada akuifer dengan nilai resistivitas : (61 100) Ohm.m mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Dengan pola seperti itu maka secara umum akuifer di daerah tersebut cukup prospek. 2. Zona prospek akuifer yang paling baik terdapat pada lintasan 3 dengan nilai resistivitas 85,1 Ohm.m. Pada lintasan 3 tersebut zona akuifernya baik karena terdapat lapisan penutup (breksi / breksi padu) yang menutupi akuifer sepanjang 30 m, dan di bawahnya terdapat batupasir kasar sebagai akuifernya dan dibawahnya terdapat lapisan kedap air (akiklud). Loke,M.H. (2004). Rapid 2D Resistivity and IP Inversion Using the Least- Squares method. Geotomo Software, Malaysia : 11-36. MM.Purbo Hadiwidjodjo, H.Samodra dan T.C.Amin. (1998). Peta Geologi Lembar Bali, Nusatenggara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Reynolds, J.M. (1998). An Introduction to Applied and Environmental Geophysics. New York : John Willey and Sons. Santoso,B., Wijatmoko,B., Supriyana,E., dan Harja,A.(2016). Penentuan Resistivitas Batubara Menggunakan Metode Electrical Resistivity Tomography dan Vertical Electrical Sounding. Jurnal Material dan Energi Indonesia., v. 6., no. 1, : 8 14. Telford, W.M., Geldart, L.P, and Sheriff, R.E. (2004). Applied Geophysics 2 nd Edition. Cambridge University Press, Cambridge : p.290-291. 3. Secarra umum jenis akuifer yang terdapat didaerah penelitian adalah akuifer bebas. DAFTAR PUSTAKA Encona Eng. Inc. dan Mac Donald & Partner Asia. (1988). East Java Provincial Water Resources Master Plan Study for Water Supply. Ministry of Public Works, Jakarta. Kodoatie, RJ., Pengantar Hidrogeologi. Andi Offset, Yoyakarta ((1996), p. 82 Budi Santoso Hal 34