BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO prevalensi penyakit kronis di dunia mencapai 70% dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. 1

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kerusakannya (WHO, 2016). Sebagai penyebab utama disabilitas jangka

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan


BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba


BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN.

hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1


BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes merupakan sindrom atau kumpulan gejala. penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis merupakan masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejalagejala yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang, serta merupakan masalah kesehatan yang serius dan menyebabkan kematian terbesar di dunia. Berdasarkan data WHO prevalensi penyakit kronis di dunia mencapai 70% dari kasus yang mengakibatkan kematian. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup, mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stress yang tinggi. Tahun 2030 diperkirakan sekitar 150 juta orang akan terkena penyakit kronis. Tahun 2008 penyakit kronis menyebabkan kematian pada 36 juta orang di seluruh dunia atau setara dengan 36% jumlah kematian di dunia. Penyakit kronik yang menyebabkan kematian diantaranya penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit paru obstruksi kronis, hipertensi dan diabetes militus (DM). (1-3) Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner, penyakit gagal jantung, hipertensi dan stroke. Kematian akibat penyakit kardiovaskuler di dunia yaitu sebanyak 17,3 juta orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6 juta), penyakit pernapasan (4,2 juta) dan DM (1,3 juta). Keempat kelompok penyakit ini menyebabkan sekitar 80% dari semua kematian penyakit kronisdan ada empat faktor risiko penting yaitu penggunaan tembakau, penggunaan alkohol yang berlebihan, diet yang tidak sehat, dan kurangnya aktifitas fisik. (3)

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 penyakit kronis merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia. (4) Penyakit Kronis ini meliputi asma, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker, DM, hipertiroid, hipertensi, jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronis, batu ginjal, penyakit sendi atau rematik. (5) Sejak tahun 2014 BPJS Kesehatan telah menerapkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). (6) Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekataan proaktif yang dilaksanakan secara integritas yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan tingkat pertama, dan BPJS Kesehatan. Penyakit yang termasuk kedalam Prolanis adalah hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. (7) Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 untuk umur 18 tahun sebesar 25,8% kejadian ini telah menurun dari survei Riskesdas tahun 2007 yaitu sebesar 31,7 %. (5) Sedangkan prevalensi DM pada tahun 2013 untuk umur 15 tahun sebesar 6,9%. Dari 6,9% penderita DM didapatkan 30,4% telah terdiagnosis sebelumnya dan 69,9% belum terdiagnosis sebelumnya. (4) Dua tahun pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan ternyata masih banyak menemui kendala, salah satunya adalah defisit anggaran.tahun 2015 BPJS Kesehatan mengalami defisit sekitar 5,58 Triliyun rupiah, hal ini disebabkan karena tingginnya klaim yang harus dibayarkan tidak bisa ditutupi oleh iuran peserta. Untuk menyiasatinya BPJS Kesehatan mengajukan permohonan suntikan dana dari pemerintah sebesar 5 Triliyun rupiah dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 yang lalu. Namun tambahan tambahan dana tersebut diperkirakan masih belum cukup untuk BPJS Kesehatan menjalankan fungsinya sebagai badan sosial. Maka dari itu hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi defisit yang dialami oleh BPJS Kesehatan, alternatif salah satunya dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif untuk menjaga masyarakat tetap sehat. (8) Hasil penelitian Ayu dkk (2017) mengenai implementasi program pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas Halmahera belum mencapai indikator 75%. Komunikasi belum berjalan dengan baik, sumber daya yang masih kurang berupa tempat dan dana yang tidak sebanding dengan peserta, disposisi terhadap prolanis cenderung positif, dan belum terdapat SOP yang dibukukan. (6) Penelitian lainnya dari Ni Luh Inten (2016) mengenai analisis implementasi program pengelolaan penyakit kronis pada Puskesmas di Kabupaten Tabanan tahun 2016 belum optimal karena masih banyak ditemui beberapa kendala pada ketersediaan input pelaksanaan prolanis, maka dari itu perlu peningkatan komitmen pelayanan di Puskesmas untuk melaksanakan prolanis. (9) Proporsi hipertensi di Provinsi Sumatera Barat tahun 2017 sebesar 952.956 kasus terdiri dari 382.069 kasus baru dan 570.887 kasus lama. Sedangkan proporsi DM di Provinsi Sumatera Barat tahun 2017 sebesar 37.698 kasus terdiri dari 5.341 kasus baru dan 32.357 kasus lama. (10) Prevalensi hipertensi di Kota Padang menurut survei Riskesdas tahun 2013 pada umur 18 tahun sebesar 24,2 %, sedangkan prevalensi DM pada umur 15 tahun sebesar 1,8 %. (5) Menurut Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2016 hipertensi termasuk sepuluh penyakit terbanyak yang berkembang di Kota Padang dengan urutan kedua setelah ISPA dengan jumlah

47.902 kasus. (11) Pada tahun 2015 angka kasus hipertensi di Kota Padang lebih rendah yaitu sebanyak 44.254 kasus, kasus ini menurun dari jumlah kasus tahun 2014 yaitu sebanyak 47.880 kasus. (12, 13) Sedangkan untuk kasus DM di Kota Padang tahun 2016 sebanyak 22.523 kasus dan menurun pada tahun 2017 menjadi 18.973 kasus. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2016 Puskesmas Andalas merupakan puskesmas dengan prevalensi hipertensi di wilayah kerjanya tertinggi yaitu 1.029 kasus dan meningkat menjadi 2.028 kasus pada tahun 2017. Sedangkan kasus DM tahun 2016 sebanyak 2.410 kasus dan mengalami penurunan menjadi 1.802 kasus pada tahun 2017. (11) Terdapat tujuh klub prolanis yang dikelola Puskesmas Andalas yaitu Klub Kenanga, Klub Mawar, Klub Aster, Klub Flamboyan, Klub Anggrek, Klub Bougenville, dan Klub Dahlia. Dua diantaranya Klub Bougenville dan Klub Dahlia pelaksanaannya lansung di Puskemas Andalas, sedangkan lima klub lain pelaksanaannya di masing-masing kelurahan. Penelitian ini akan menganalisa pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas Andalas. Sebelumnya belum ada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Andalas mengenai analisis pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas Andalas. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) di Puskesmas Andalas?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahuipelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) di Puskesmas Andalas. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya input (kebijakan, tenaga, dana, sarana & prasarana) dari pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) di Puskesmas Andalas tahun 2018. 2. Diketahuinya proses pelaksanaan (konsultasi medis, edukasi, home visit, reminder, aktifitas klub, dan pemeriksaan kesehatan) program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) di Puskesmas Andalas tahun 2018. 3. Diketahuinya output dari pelaksanaan prolanis di Puskesmas Andalas tahun 2018. 1.4 Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan serta menganalisis pelaksanaan prolanis di Puskesmas Andalas sudah berjalan dengan baik. 2. Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal mengoptimalkan prolanis. 3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya mengenai pelaksanaan prolanis di Puskesmas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dilihat dari gambaran Puskesmas Andalas, khususnya pelaksanaan program pengelolan penyakit kronis di Puskesmas Andalas di tahun 2018. Hal ini dilihat dari unsur unsur input (kebijakan, tenaga, dana, sarana prasarana, SOP) dan proses pelaksanaan kegiatan prolanis serta output dari pelaksanaan tersebut.