Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Pendidikan Seks Siswa Madrasah Aliyah Swasta Calang Kabupaten Aceh Jaya

dokumen-dokumen yang mirip
Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

Rina Indah Agustina ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 19, Wirobrajan, Kota

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

Oleh : Yeni Rosyeni dan Isti Dariah Stikes A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI REMAJA KELAS X TENTANG SEKSUAL BEBAS DI SMA MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI SMK FARMASI HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU PACARAN PADA PELAJAR SLTA DI KOTA SEMARANG NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL. Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti **

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan dengan

Transkripsi:

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Pendidikan Seks Siswa Madrasah Aliyah Swasta Calang Kabupaten Aceh Jaya Burhanuddin Syam 1, Evi Dewiyani 2 1,2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USM Banda Aceh Email: burhan_cwok84@yahoo.co.id ABSTRAK Setiap Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas. Pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan reproduksi masih relative rendah, hasil SKRRI (Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia) menunjukkan bahwa 21% perempuan dan 28% laki-laki tidak mengetahui perubahan fisik apapun dari lawan jenisnya. Metode penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 52 orang. Tempat Penelitian Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Tehnik pengumpulan data adalah total sampling. Analisa data dengan uji statistik chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan (P Value 0,012), dan sikap (P Value 0,027) dengan pendidikan seks di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya tahun 2017. Ada pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap pendidikan seks. Diharapkan bagi siswa/i Madrasah Aliyah Swasta Calang untuk lebih meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar untuk mencpai cita-citanya dan menghindari hal-hal yang menyimpang dari norma budaya dan pendidikan. Kata Kunci: Perilaku seks, Pengetahuan, sikap PENDAHULUAN Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas. Pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan reproduksi masih relative rendah, hasil SKRRI (Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia) menunjukkan bahwa 21% perempuan dan 28% laki-laki tidak mengetahui perubahan fisik apapun dari lawan jenisnya. Kurangnya pengetahuan pada biologi dasar pada remaja mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan dengan tubuh mereka dan cara menghindarinya. Demikian juga halnya pengetahuan mereka tentang masa subur dan resiko kehamilan. Secara umum, pengetahuan perempuan tentang resiko menjadi hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seksual lebih tinggi (50%) dibandingkan dengan laki- laki (46%). Sebanyak 66% perempuan dan 60% laki-laki mengetahui tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) selain HIV/AIDS. Hanya 14% perempuan dan 9% laki-laki yang mengatakan pantang berhubungan seks diluar nikah demi menjaga kesehatan reproduksi, 18% perempuan dan 25% laki-laki menyebutkan menggunakan kondom, 11% perempuan dan 8% lakilaki membatasi pasangan seksual. (Pinem, 2009) 35

Burhanuddin Syam, dan Evi Deviyani Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas pada remaja adalah kurangnya informasi tentang seks dan pergaulan yang semakin bebas (Sarlito Wiirawan Sarwono, 2011). Sedangkan Faktor yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual (tiga kali lebih besar) adalah teman sebaya yang mempunyai pacar, mempunyai teman yang setuju dengan hubungan seks pranikah, dan mempunyai teman yang mempengaruhi atau mendorong untuk melakukan hubungan seks pranikah (BKKBN Provinsi Bengkulu, 2012). Selain kedua faktor tersebut Faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap perilaku seksual adalah faktor lingkungan, pendidikan, sosial budaya, serta faktor kesehatan ( Azwar 2011 dalam Fitnawati, 2012; Nurlena Andalia, 2017). Dari segi akses dan intensitas kontak remaja dengan media massa sudah cukup tinggi. Tetapi pesan dan informasi tentang Kesehatan Reproduksi tidak semua diterima oleh remaja. Remaja yang menerima informasi tentang HIV/AIDS terbanyak dari televisi sebanyak 83% pada laki- laki dan 84% pada perempuan, sedangkan dari radio 42% laki-laki dan 41% perempuan. Berbeda dengan HIV/AIDS, sangat sedikit remaja yang merasa pernah menerima informasi tentang Penyakit Menular Seksual (PMS), Remaja perempuan yang menerima informasi tentang PMS terbanyak menyatakan dari guru (61%), televisi (44%), majalah (33%), r adio (26%), dan dari orang tua (25%). Dan remaja laki-laki menyatakan sumber informasi utama tentang PMS adalah dari teman (53%), guru (47%), televisi (41%), majalah (30%), dan radio (27%). (Pinem, 2009). Survei yang dilakukan oleh Komnas Anak tahun 2008 menyebutkan 62,7% remaja SMP sudah tidak perawan lagi, lebih lanjut dinyatakan bahwa sebenarnya hubungan seks pranikah lebih banyak yang tidak direncanakan sebelumnya. Bagi remaja pria terdapat sebanyak 37% mengaku kalau mereka merencanakan hubungan seks dengan pasangannya. Sementara, 39% responden perempuan mengaku dibujuk melakukan hubungan seks oleh pasangannya (Departemen Kesehatan RI, 2007). Tujuan penelitian ingin mengetahui apakah ada pengaruh perilaku pendidikan seks pada Siswa/I di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2017 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu variabel-variabel yang termasuk faktor resiko (sebab) independent dan variabel termasuk efek ( akibat) dependent yang terjadi pada objek penelitian diukur dan diteliti dalam waktu bersamaan ( Notoadmodjo, 2005) untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengetahuan dan sikap dengan pendidikan seks di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya jumlah siswa dan siswi 52 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total Population). Yaitu tehnik pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi sebagai sampel yaitu seluruh siswa-siswi MAS Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya yaitu sebanyak 52 orang. Siswa kelas 1 berjumlah 12 36

orang, kelas 2 berjumlah 18 orang, dan siswa kelas 3 berjumlah 22 orang. Dimana jumlah tersebut dibagi 19 orang putra dan 33 putri. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisa univariat Analisa univariat dilakukan dengan menghitung distribusi frekuensi variabel dependent maupun variabel independen, untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi dibawah ini. 1. Pendidikan Seks Tabel 1. Distribusi Pernah Atau Tidak Pernah Remaja Mendapatkan Pendidikan seks Di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2017 No Pendidikan Seks Frekuensi % 1 Pernah 22 42,3 2 Tidak Pernah 30 57,7 Jumlah 52 100 Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 52 orang responden ada 30 orang (57,7%) siswa/i yang tidak pernah mendapatkan pendidikan seks. 2. Pengetahuan Remaja Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Pendidikan Seks Di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2017 No Pengetahuan Remaja Frekuensi % 1 Tinggi 31 59,6 2 Rendah 21 40,4 Jumlah 52 100 Berdasarkan Tabel 2 diatas terlihat dari 52 orang responden, ada 31 orang (59,6%) yang pengetahuannya tinggi 3. Sikap Remaja Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Pendidikan Seks Di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2017 No Sikap Frekuensi % 1 Positif 35 67,3 2 Negatif 17 32,7 Jumlah 52 100 Berdasarkan Tabel 3 diatas terlihat dari 52 orang responden terdapat 35 orang (67,3%) responden yang bersikap positif 37

Burhanuddin Syam, dan Evi Deviyani Analisis Bivariat 1. Pengaruh Pengetahuan dengan Pendidikan seks Tabel 4. Pengaruh Pengetahuan Dengan Pendidikan Seks Di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2017 Pendidikan seks NO Pengetahuan Pernah Tidak To f % f % f % 1 Tinggi 18 58,1 13 41,9 31 100 P Value 2 Rendah 4 1 17 81 21 100 0,012 0,05 To 22 30 52 Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa dari 21 orang dengan pengetahuan rendah terdapat 17 orang (81%) tidak pernah mendapatkan pendidikan seks, sedangkan dari 31 orang dengan pengetahuan yang tinggi 18 orang (58,1%) pernah mendapatkan pendidikan seks. Hasil uji statistik, didapatkan P value = 0,012,yang menunjukan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dengan pendidikan seks dimana P value = 0,012 2. Pengaruh Sikap Dengan Pendidikan Seks Tabel 5. Pengaruh Sikap Dengan Pendidikan Seks Di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2017 Pendidikan seks P N O Tidak Total Value Sikap Pernah Pernah α f % f % F % 1 Positif 19 54,3 16 45,7 25 100 2 Negatif 3 17,6 14 82,4 17 100 0,027 0,05 To 22 30 52 Sumber: tal Data Primer diolah 2017 Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa dari 17 orang dengan sikap yang negatif 14 orang (82,4%) tidak pernah mendapatkan pendidikan seks, sedangkan dari 25 orang dengan sikap positif 19 orang (54,3%) pernah mendapatkan pendidikan seks. Hasil uji statistik, didapatkan P value = 0,027, yang menunjukan bahwa ada pengaruh antara sikap dengan pendidikan seks dimana P value = 0,027 Pembahasan 1. Pengaruh Pengetahuan Dengan Pendidikan seks Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan dengan pendidikan seks yaitu (P value = 0,012 < 0,05) dengan demikian pengetahuan memiliki hubungan dengan pendidikan seks. Notoatmodjo (2010) juga mengatakan Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena α 38

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pngetahuan Teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa Perlu adanya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja karena akan mempengaruhi perilaku remaja itu sendiri. Kesesuaian ini tentu dilatar belakangi oleh sifat yang dimiliki oleh remaja yang cenderung memiliki sifat terbuka terhadap hal-hal baru. Oleh sebab itu, jika remaja tidak didasari denganpengetahuan dan pendidikan kesehatan reproduksi maka tidak menutup kemungkinan remaja akan berperilaku negatif. Penelitian sebelumnya didapatkan bahwa ketika pengetahuan dan sikap remaja sudah baik, maka tindakan yang dilakukan juga baik dan sebaliknya ketika remaja tidak memiliki pengetahuan tentang pendidikan seks maka sikap dan tindakan remaja tersebut juga cenderung negative atau tidak baik. ( Nasri, 2010) Hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang pendidikan seks SMA Z Bandung. Sehingga dapat diketahui bahwa kedua variabel memiliki hubungan dengan nilai p 0,000 (p<0,01) dan nilai rs = 0.583, itu bermakna bahwa 58% perilaku pendidikan seks dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pendidikan seks dan sisanya dipengaruhi faktor lain diluar penelitian. Atas dasar itulah Ha diterima karena Ha : rs 0 serta koefisien 0,50 0,69 termasuk dalam hubungan yang kuat. Hasil ini di dukung oleh survey yang dilakukan oleh WHO di beberapa Negara yang memperlihatkan, adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja maka akan semakin baik perilakunya, karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Hal ini sesuai dengan teori yang ada yaitu menurut Model Lawrence Green (1980). Perilaku kesehatan ditentukan oleh faktor predisposisi ( predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan faktor kesehatan demografi seperti status sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, selain itu hal yang sama terjadi pada penelitian Endarto dan Purnomo (2010) di SMKN 4 Yogyakarta dimana terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pendidikan kesehatan reproduksi dengan nilai p 0,008<0,05. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori atribusi yang dikemukakan oleh Mc Dougal, dimana perilaku seseorang disebabkan oleh disposisi internal misalnya motif, sikap, juga pengetahuan. Karena perilaku yang baik itu didasari oleh pengetahuan yang baik pula. Menurut asumsi peneliti pengetahuan sangat diperlukan oleh remaja dimana ini dapat memberikan pengaruh dan meningkatkan wawasan remaja tentang kesehatan reproduksi. Namun pada penelitian ini juga terdapat 4 orang (9,1%) responden pengetahuan rendah tapi pernah mendapatkan pendidikan seks, hal ini dapat disebabkan karena faktor lain seperti keingintahuan yang tinggi pada remaja tersebut dan kecanggihan elektronik. Kemudahan akses namun tanpan penjelasan yang jelas sehingga pengetahuannya masih salah. 2. Pengaruh Sikap Dengan Pendididkan Seks Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara sikap dengan pendidikan seks yaitu (P value = 0,027 < 0,05) dengan demikian sikap berhubungan dengan pendidikan seks 39

Burhanuddin Syam, dan Evi Deviyani Penelitian sebelumnya didapatkan bahwa seseorang yang bersifat positif cenderung akan melakukan hal yang baik dan sebaliknya, mereka yang bersifat negatif akan cenderung melakukan hal yang negatif pula. (Nasria, 2010) Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh putrid mahasiswa kesehatan Universitas Indonesia dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa sikap memperikan pengaruh 9,3 kali lebih besar dalam mempengaruhi perilaku pendidakan seks seseorang. Dalam hal ini jelas bahwa pendidikan seks sangat dipengaruhi oleh sikap remaja untuk mendapatkan informasi tentang pendidikan seks yang benar. ( Putri, 2012). Dari beberapa penelitian mengenai sikap remaja terhadap masalah- masalah reproduksi, diketahui bahwa sebagian besar remaja masih mempunyai sikap yang positif terhadap masalah pendidikan reproduksi. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja masih mempunyai penilaian yang sejalan dengan norma agama dan norma social yang berlaku (Mubarak, 2011). Penelitian sebelumnya didapatkan bahwa ketika pengetahuan dan sikap remaja sudah baik, maka tindakan yang dilakukan juga baik dan sebaliknya ketika remaja tidak memiliki pengetahuan tentang pendidikan seks maka sikap dan tindakan remaja tersebut juga cenderung negative atau tidak baik. ( Nasri, 2010) Menurut asumsi peneliti sikap sangat menentukan tindakan atau arah seseorang. Semakin baik sikapnya, semakin baik tindakannya. Namun ada 3 orang (12,5%) yang bersikap negative namun pernah mendapatkan pendidikan seks. Hal ini mungkin dipengaruhi juga dengan lingkungan sekitarnya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab V, maka dapat diketahui bahwa pengaruh perilaku pendidikan seks di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya tahun 2017, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa 1. Ada pengaruh antara pengetahuan dengan pendidikan seks di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya tahun 2017 dengan P Value 0,012. 2. Ada pengaruh antara sikap dengan pendidikan seks di Madrasah Aliyah Swasta Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya tahun 2017 P Value 0,027. Saran 1. Diharapkan bagi siswa/i Madrasah Aliyah Swasta Calang untuk lebih meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar untuk mencpai cita-citanya dan menghindari hal-hal yang menyimpang dari norma budaya dan pendidikan 2. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan dalam hal meningkatkan pendidikan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja dengan mengadakan seminar kesehatan reproduksi atau mengundang uztad untuk mengadakan pengajian sebagai siraman rohani bagi siswa/i Madrasah Aliyah Swasta calang. 40

DAFTAR PUSTAKA Anita, R. 2009. Perkembangan Fisik Remaja Pubertas. Yogyakarta : Erlangga Astuti, S. 2010. Peran Orang Tua Dalam Kesehatan Reproduksi Remaja ---------, 2009. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perubahan Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Remaja di Sekolah Menengah Umum Blora http//pengetahuan-kesproremajasmublora.html. (28 Mei 2017) Bigner. 2000. Media Massa Mempengaruhi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja http://pengaruhmediamassa.padaremaja.org/html/kespro.html. (30 Mei 2017) BKKBN. 2008. Multimedia Materi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta. ------------. 2010. Data Remaja Seluruh Aceh Mengenai Reproduksi Aceh. Jakarta. ------------. 2012. Remaja Mengenali Dirinya. Banda Aceh Dewi, R. 2010. Hubungan penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMAN 8 Surakarta. Depkes, RI 2005. Pusat Ekologi Kesehatan Litbang Kesehatan Elizabeth B, 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga Jakfar, N. 2011. Data Remaja NAD. Masri. 2009. Remaja dan Seks Pranikah. Jakarta: Erlangga Mubarak. W. 2011. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta: Selemba Medika Nasria, P. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. -----------------. 2010. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : Rineka Cipta, ----------------. 2007. Promosi Kesehatan danilmu Perilaku.Cetakan I. Jakarta:PT. Rineka Cipta. Nurlena Andalia, dkk. (2017). Hubungan antara Pengetahuan dengan Persepsi siswa terhadap Penularan Penyakit AIDS. http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/serambi-ilmu/article/view/233. Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media Qomariah, S. 2011. Seks dan Kesehatan Remaja di SMU 2 Semarang Wibowo M. 2004. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : ECG 41