Mantan Kades Akhirnya Ditahan Foto: banjarmasinpostgroup/dony usman Kejaksaan Negeri (Kejari) Tabalong kembali melakukan proses hukum terhadap dugaan kasus korupsi penggunaan dana desa. Kali ini mantan Kades Muarauya, Kecamatan Muarauya, K (65), yang dijadikan tersangka dan telah dilakukan penahanan, Kamis (13/9/2018). Pantauan banjarmasinpost.co.id, penahanan terhadap tersangka K ini dilakukan setelah yang bersangkutan menjalani beberapa jam menjalani pemeriksaan. Saat menjalani pemeriksaan di bagian pidana khusus (pidsus), tersangka yang mengenakan peci putih ini, juga nampak didampingi penasihat hukumnya, M Irana Yudiartika. Kasipidsus Kejari Tabalong, M Ali Rizza, saat dikonfirmasi, membenarkan pihaknya melakukan penahanan terhadap tersangka dugaan korupsi dana desa di Desa Muarauya untuk tahun 2016. "Tersangkanya saudara K yang merupakan mantan kepala desa," katanya. Penahanan dilakukan setelah pemeriksaan untuk kali kedua selesai, dengan pertimbangan karena dikhawatirkan yang bersangkutan melarikan diri, menghilangkan barang bukti dan mengulangi perbuatannya. Disampaikan Rizza, untuk kerugian negara akibat dugaan korupsi yang dilakukan tersangka sekitar Rp. 627 juta dari total anggaran dana desa yang didapat di tahun 2016 itu sekitar Rp 1, 5 miliar. Dimana dalam melakukan aksinya, tersangka menggunakan cara dengan tidak melaksanakan kegiatan yang dananya sudah dicairkan, juga ada yang merupakan kegiatan fiktif dan juga diduga ada yang dimark up. "Jadi ada kegiatan fisik serta pengadaan barang dan jasa," katanya. Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 1
Kemudian untuk barang bukti dalam kasus ini, imbuh Rizza sudah ada disita sejumlah dokumen yang ada kaitannya dengan kasus yang diproses pihaknya. Selain itu saat ini juga masih terus dilacak aset tersangka karena sesuai pengakuannya ada yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Tersangka sendiri sampai saat ini juga belum ada melakukan pengembalian uang yang diduga menjadi kerugian negara. Kesempatan untuk mengembalikan uang yang menjadi kerugian ini sebenarnya sudah diberikan saat adanya temuan dari inpekstorat. Namun hingga batas waktu yang diberikan tersangka tidak juga ada mengembalikan kerugian negara maka proses hukum akhirnya dilakukan. "Setelah proses penyidikan ini selesai secepatnya akan dilimpahkan ke pengadilan untuk segera disidangkan," tegasnya. Terpisah penasihat hukum tersangka, M Irana Yudiartika, juga membenarkan, kliennya menjalani pemeriksaan yang kedua kalinya terkait dugaan kasus korupsi dana desa saat yang bersangkutan menjabat sebagai kepala desa. "Tadi saya dampingi juga dalam menjalani pemeriksaan dan yang bersangkutan bisa memberikan keterangan yang dibutuhkan penyidik dan koperatif," katanya. Sumber Berita: 1. Banjarmasin Post, Mantan Kades Akhirnya Ditahan, Jumat, 14 September 2018. 2. https://banjarmasin.tribunnews.com, Mantan Kades Muarauya Akhirnya Ditahan, Diduga Terkait Dugaan Korupsi Dana Desa, Kamis, 13 September 2018. Catatan: Indonesia Corruption Watch mencatat jumlah kasus korupsi dana desa meningkat setiap tahun sejak 2015 hingga semester I 2018. Sedikitnya tercatat total 181 kasus korupsi dana desa dengan 184 tersangka korupsi sepanjang empat tahun berjalan program itu. Akibatnya, negara bisa rugi mencapai Rp 40,6 miliar. Peneliti ICW Egi Primayogha mengatakan dari 181 kasus tersebut, 17 kasus terjadi pada 2015. Angka itu meningkat menjadi 41 kasus pada 2016 dan terus melonjak menjadi 96 kasus pada 2017. "Pada semester I tahun 2018, terdapat 27 kasus di desa yang semuanya menjadikan anggaran desa sebagai objek korupsi," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa, 20 November 2018. Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 2
Dari segi pelaku, ujar Egi, kepala desa menjadi aktor korupsi terbanyak di desa. Pada tahun 2015, 15 kepala desa menjadi tersangka. Pada tahun 2016 jumlahnya meningkat menjadi 32 kepala desa. Jumlah itu meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 65 orang yang tersangkut kasus korupsi pada 2017. Adapun pada semester I tahun 2018, sebanyak 29 orang kepala desa menjadi tersangka. Total hingga saat ini sedikitnya ada 141 orang kepala desa tersangkut kasus korupsi dana desa. "Selain kepala desa, ICW mengidentifikasi potensi korupsi dapat dilakukan oleh pihak lain, yaitu perangkat desa dan istri kepala desa," ujar Egi. Egi mengatakan permainan anggaran dana desa dapat terjadi saat proses perencanaan maupun pencairan. Proses yang rawan tersebut bisa terjadi, misalnya di tingkat kecamatan. Sebab, kata dia, camat memiliki kewenangan untuk melakukan evaluasi terhadap rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. "Sehingga potensi penyunatan anggaran atau pemerasan dapat terjadi pada tahap tersebut," kata Egi. "Selain itu, pemerasan anggaran dapat juga dilakukan oleh instansiinstansi lain baik oleh Bupati maupun dinas yang berwenang." Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan sejumlah pemangku kepentingan mulai dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; aparat penegak hukum hingga perguruan tinggi telah dilibatkan untuk memantau pengelolaan dana desa mulai dari tahap perencanaan. "Mulai dari proses mereka menetapkan, menentukan berapa rupiah untuk apa saja dan lainnya," kata Sri Mulyani, Ahad lalu. Namun, ia mengakui bahwa masing-masing desa memiliki mekanisme pengelolaan dana desa masing-masing. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan saat ini telah melibatkan jajaran kepolisian melalui Babinkamtibmas di seluruh desa untuk menghindari penyalahgunaan dana desa. Selain itu, Kejaksaan Agung juga sudah masuk di kabupaten-kabupaten untuk mengawasi program tersebut. Ditambah lagi, kata Eko, kementeriannya juga sudah membuat satuan tugas guna mengawasi pelaksanaan dana desa dari penyelewengan. "Saya yakin tidak mungkin tidak ketahuan," kata Eko. "Kami sepakat kalau permasalahan administrasi akan kami bantu, tapi kalau kasus korupsi, seperti baru-baru ini di Papua, pasti ketahuan." Dana desa merupakan salah satu program yang digagas pemerintahan Jokowi. Kala pertama kali diluncurkan pada 2015, alokasi dana desa hanya sebesar Rp 20,67 triliun. Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 3
Angka itu naik menjadi Rp 46,98 triliun pada 2016, dan naik lagi menjadi Rp 60 triliun pada masing-masing tahun 2017 dan 2018. Tahun depan, anggaran dana desa direncanakan naik menjadi Rp 70 triliun. 1 Indonesian Corruption Watch (ICW) melakukan penelitian mengenai modus korupsi dana 1 desa. Peneliti ICW Egi Primayoga memaparkan hasil penelitiannya, ada 12 modus korupsi dana desa yang disimpukan ICW berdasar penelitiannya. Modus itu antara lain: 2 1) Membuat rancangan anggaran biaya di atas harga pasar. Ini bisa diantisipasi jika pengadaan dilakukan secara terbuka dan menggunakan potensi lokal desa. Misalnya, pengadaan bahan bangunan di toko bangunan yang ada di desa sehingga bisa melakukan cek bersama mengenai kepastian biaya atau harga-harga barang yang dibutuhkan. 2) Mempertanggungjawabkan pembiayaan bangunan fisik dengan dana desa padahal proyek tersebut bersumber dari sumber lain. Modus ini hanya bisa terlihat jika pengawas memahami alokasi pendanaan oleh desa. Modus seperti ini banyak dilakukan karea relatif tersembunyi. Karena itulah APBDes arus terbuka agar seluruh warga bisa melakukan pengawasan atasnya. 3) Meminjam sementara dana desa untuk kepentingan pribadi namun tidak dikembalikan. Ini juga sangat banyak terjadi, dari mulai kepentingan pribadi hingga untuk membayar biaya S2. Budaya ewuh-prakewuh di desa menjadi salahsatu penghamat pada kasus seperti ini sehingga sulit di antisipasi. 4) Pungutan atau pemotongan dana desa oleh oknum pejabat kecamatan atau kabupaten. Ini jua banyak terjadi dengan beragam alasan. Perangkat desa tak boleh ragu untuk melaporkan kasus seperti ini karena desa-lah yang paling dirugikan. 5) Membuat perjalanan dinas fiktif kepala desa dan jajarannya. Banyak kasus perjalanan untuk pelatihan dan sebagainya ternyata lebih ditujukan utuk pelesiran saja. 6) Pengelembungan (mark up) pembayaran honorarium perangkat desa. Jika modus ini lolos maka para perangkat desa yang honornya digelembungkan seharusnya melaporkan kasus seperti ini. Soalnya jika tidak, itu sama saja mereka dianggap mencicipi uang haram itu 7) Pengelembungan (mark up) pembayaran alat tulis kantor. Ini bia dilihat secara fisik tetapi harus pula paham apa saja alokasi yang telah disusun. https://bisnis.tempo.co/read/1148089/icw-sebut-jumlah-kasus-korupsi-dana-desa-meningkat-setiap-tahun, diakses pada 21 Desember 2018. 2 http://www.berdesa.com/12-modus-korupsi-dana-desa-versi-icw/, diakses pada 21 Desember 2018 Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 4
8) Memungut pajak atau retribusi desa namun hasil pungutan tidak disetorkan ke kas desa atau kantor pajak. Pengawas harus memahami alur dana menyangkut pendapatan dari sektor pajak ini. 9) Pembelian inventaris kantor dengan dana desa namun peruntukkan secara pribadi. Lagi-lagi ewuh prakewuh menjadi salahsatu penghambat kasus seperti ini sehingga seringkali terjadi pembiaran 10) Pemangkasan anggaran publik kemudian dialokasikan untuk kepentingan perangkat desa. Publik harus tahu alokasi pendanaan dana des agar kasus ini tidak perlu terjadi 11) Melakukan permainan (kongkalingkong) dalam proyek yang didanai dana desa. Bisa ditelusuri sejak dilakukannya Musyawarah Desa dan aturan mengenai larangan menggunakan jasa kontraktor dari luar. 12) Membuat kegiatan atau proyek fiktif yang dananya dibebankan dari dana desa. Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 5