BAB I PENDAHULUAN. dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan. sampah nitrogen lain dalam darah) (Haryono, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

PENGARUH BREATHING EXERCISE TERHADAP LEVEL FATIGUE PASIEN HEMODIALISIS DI RSPAD GATOT SUBROTO JAKARTA


BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. kronik atau disebut chronic kidney disease(ckd). Chronic kidney disease

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel. Ginjal berfungsi sebagai. kerusakan pada sistem endokrin akan menyebabkan terganggunya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik atau Chronic Kidney Desease kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) didalam darah ( Muttaqin, 2012). Gagal ginjal kronis merupakan tahap akhir gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Haryono, 2013). Chronic Kidney Desease di dunia telah menjadi masalah yang sulit untuk disembuhkan. Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian prevalensi gagal ginjal kronis meningkat ditahun 2014 (Widyastuti, 2014). Menurut End Stage Renal Desease (ESRD) prevalensi gagal ginjal kronis pada tahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012 sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa adanya peningkatan angka pada pasien gagal ginjal kronis tiap tahunnya (Fresenius Medical Care AG& Co, 2013). 1

2 Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Hasil survey yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) diperkirakan sekitar 12,5% dari populasi penduduk indonesia yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Menurut Ismail, Hasanudin dan Bahar (2014) jumlah penderita gagal ginjal di indonesia sebanyak 150 ribu orang dan yang menjalani hemodialisa sebanyak 10 ribu orang. Data IRR dari 249 renal unit yang melapor, tercatat bahwa 30.554 pasien yang mengalami gagal ginjal dan aktif menjalani hemodialisa yang sebagian besar adalah pasien gagal ginjal kronik (Indonesia Renal Register, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 01 September 2018 didapatkan jumlah pasien penderita crhonic kedney desease yang dirawat di ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang dalam 3 bulan terakhir (Juni, Juli, Agustus) sebanyak 64 orang, sedangkan penderita CKD yang menjalani hemodialisa yang dirawat di ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Dj\amil Padang sebanyak 3 bulan terakhir adalah 32 orang. Hal ini dapat terlihat bahwa cukup tingginya kasus gagal ginjal kronis di ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pada penyakit gagal ginjal kronis stadium End Stage Renal Disease (ESRD) maka ginjal mengalami kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit berakibat peningkatan ureum (Smeltzer et, al 2010). Stadium ini ditandai dengan azotemia, uremia dan

3 sindrom uremik (Black, 2014). Pasien gagal ginjal kronik pada stadium ini penatalaksanaannya dilakukan dengan tindakan dialisis dan transplantasi ginjal (Schatell&Witten,2012). Hemodialisis (HD) adalah terapi yang paling sering dilakukan oleh pasien penyakit ginjal kronik di seluruh dunia (Son, et al, 2009). HD adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialiser. Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung berapa banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata rata penderita menjalani HD dua kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali tindakan terapi (Melo, Ribeiro & Costa, 2015). Proses terapi hemodialisa yang mebutuhkan waktu 4 5 jam, umumnya akan menimbulkan stres fisik pada pasien setelah hemodialisa. Belum lagi permasalahan yang timbul selama proses hemodialisis berlangsung seperti kram otot, sakit kepala, mual, hipertensi, disequilibrium syndrom dan sebagainya. Pasien akan merasakan kelelahan dan keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang menurun sehubungan dengan efek hemodialisa (Letchmi, et al, 2013). Fatigue atau kelelahan merupakan salah satu masalah dengan kejadian yang cukup tinggi diantara efek dari tindakan hemodialisa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 71,0% sampai 92,2% pengalaman pasien dengan kelelahan, bahwa kelelahan adalah kondisi yang paling penting untuk dipantau pada pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik. (Rabiye, et al, 2013). Ada beberapa kondisi

4 yang mempengaruhi kelelahan pada pasien yang menjalani hemodialisa yaitu uremia, anemia, depresi, dan kurangnya aktivitas fisik. Uremia pada pasien yang menjalani hemodialisa dapat mengakibatkan nafsu makan pasien hilang, mual, muntah, kehilangan energi dan protein serta penurunan produksi kreatinin yang menyebabkan penurunan produksi energi dan mengakibatkan kelelahan (Brunner& Suddarth, 2013). Anemia adalah kondisi dimana tubuh tidak mempunyai cukup sel darah merah atau eritrosit. Kerusakan fungsi ginjal menyebabkan penurunan produksi hormon eritropoietin yang berperan dalam proses eritropoiesis atau pembentukan eritrosit. Penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia yang menyebabkan penurunan jumlah sel darah yang mengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Penurunan suplay oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh menyebabkan pasien mengalami kelelahan yang ekstrem atau Fatigue, anoreksia, gangguan tidur, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas. Anemia pada pasien dialisis juga disebabkan karena kurangnya zat besi akibat dari pembatasan asupan karena diet, penurunan kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi, dan kehilangan darah akibat terapi hemodialisa, perdarahan gastrointestinal, dan perdarahan pada saat akses vaskuler. Penurunan kadar Hb pada pasien hemodialisis menyebabkanpenurunan level oksigen dan sediaan energi dalam tubuh, yang mengakibatkan terjadinya Fatigue dan kelemahan dalam melakukan aktivitas sehingga pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Hasil

5 penelitian menyebutkan bahwa penurunan kualitas hidup pasien hemodialisis disebabkan oleh anemia dengan kadarhb< 11 gr/dl (Septiwi, 2013). Metode penanganan terhadap kelelahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Namun beberapa studi menyarankan bahwa teknik non farmakolofi seperti relaksasi dianggap berhasil dalam meningkatkan kondisi pasien hemodialisa (Zeynab, et al, 2013). Teknik relaksasi napas dalam adalah teknik penyembuhan yang alami dan merupakan bagian dari strategi holistic self-care untuk mengatasi berbagai keluhan seperti Fatigue, nyeri, gangguan tidur, stress dan kecemasan (Brunner& Suddath, 2013). Teknik relaksasi napas dalam membuat tubuh kita mendapatkan input oksigen yang adekuat, dimana oksigen memegang peran penting dalam sistem respirasi dan sirkulasi tubuh. Saat kita melakukan relaksasi napas dalam, oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa metabolisme yang tidak terpakai, meningkatkan metabolisme dan memproduksi energi. Teknik relaksasi napas dalam akan memaksimalkan jumlah oksigen yang masuk dan disuplay ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat memproduksi energi dan menurunkan level Fatigue (Septiwi, 2013). Relaksasi napas dalam merupakan teknik yang mudah dilakukan, mudah dipelajari, tidak membahayakan, dan tidak memerlukan biaya besar. Perawat dapat mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk menurunkan level Fatigue dan keluhan lain yang dialami oleh pasien hemodialisis. Latihan ini dilakukan

6 dalam waktu yang tidak lama dan dapat dilakukan sebelum, selama, sesudah proses hemodialisis, dan selama pasien di rumah (Stanley, 2011). Cahyu (2013) telah melakukan penelitian tentang pengaruh relaksasi napas dalam terhadap level kelelahan pada pasien hemodialisa di RSPAD Gatot Subroto, yang mana dari penelitian tersebut didapatkan perbedaan yang signifikan antara level Fatigue sebelum dan sesudah pemberian latihan napas dalam. Berdasarkan survey awal yang dilakukan terhadap 5 orang pasien CKD yang menjalani hemodialisa didapatkan hasil bahwa hampir semua pasien mengalami kelelahan sepanjang hari dan mereka pada umumnya tidak tau cara mengatasi kelelahan tersebut walaupun sudah mengkonsumsi obat yang telah diberikan. Pasien sering mengeluhkan kelelahan yang selalu dialami kepada dokter ataupun perawat di ruangan. Namun selama ini hanya terapi medis saja yang diberikan, padahal kelelahan tetap dialami oleh pasien, sehingga dari sini belum terlihat peran perawat dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai pemberi asuhan yang baik. Berdasarkan fenomena dan penjelasan diatas sehingga penulis tertarik menyusun Laporan Ilmiah Akhir tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Chronic Kidney Desease stage V dengan menggunakan inovasi teknik Relaksasi napas dalam di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018.

7 B. Tujuan a. Tujuan Umum Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Chronic Kidney Desease (CKD) stage V dengan menggunakan inovasi teknik relaksasi napas dalam di ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018. b. Tujuan Khusus a) Melakukan pengakajian keperawatan yang komprehensif pada Ny. R dengan gangguan sistem perkemihan : CKD stage V di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018. b) Menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem perkemihan: CKD stage V di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018. c) Membuat intervensi keperawatan pada Ny.R dengan gangguan sistem perkemihan : CKD stage V di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018. d) Melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem perkemihan : CKD stage V di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018. e) Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem perkemihan : CKD stage V di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018.

8 f) Menerapkan evidence base teknik relaksasi napas dalam pada pasien dengan Chronic Kidney Desease Stage V di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP DR. M.Djamil Padang Tahun 2018. C. Manfaat a. Bagi Instansi Pendidikan Laporan ilmiah akhir ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi fakultas keperawatan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan kesehatan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai acuan di perpustakaan sehingga berguna untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai masalah gangguan perkemihan khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan CKD. b. Bagi Klien Klien dengan CKD diharapkan bisa mendapatkan penanganan yang tepat, sehingga dapat mrngurangi terjadinya resiko komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan penyakit, serta meningkatkan asuhan keperawatan yang komprehensif. c. Bagi Penulis Selanjutnya Laporan ilmiah akhir ini diharapkan untuk menambah wawasan dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menginformasiakan data, meningkatkan pengetahuan dalam bidang keperawatan serta dapat menjadi bahan masukan bagi penulis ilmiah lainnya.

9 d. Bagi Profesi Keperawatan Laporan akhir ilmiah ini dapat menjadi alternatif pemberian asuhan keperawatan khususnya pada pasien CKD di ruang HCU penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.