BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi Wisata Pertanian yang dapat Dikembangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggal, seperti ruang tidur, ruang makan, dan kamar mandi. Karena bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

Alfitrah Subuh Pusat Pendidikan Budaya Betawi Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

GALERI BATIK DI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tempat wisata yang beragam,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia semakin. berkembang dan semakin majunya juga perkembangan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.4 Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan wisatawan, mulai dari kota besar sampai kota kecil. Bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Didasari keinginan yang kuat bagi terciptanya kemakmuran masyarakat luas, maka

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN PONDOK PESANTREN MADINATUL QUR AN JONGGOL. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk

HOTEL RESORT DI HULU SUNGAI PEUSANGAN

Judul... i Halaman Pengesahan... ii Prakata... ii Pernyataan Keaslian... iii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vi Abstrak...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

DATA POTENSI PARIWISATA GUNUNG BERUK DAYA TARIK WISATA ADA/ TIDAK ADA KETERANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

fauna, gua masegit sela (disepanjang Pulau Nusakambangan) dan suasana alam yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi memengaruhi arus informasi yang ada

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yaitu proses atau urutan langkah-langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah andalan sektor

1. BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Potensi Wisata Pertanian yang dapat Dikembangkan Dengan kondisi Desa yang dipenuhi oleh paparan sawah yang sangat luas, Desa Kebonagung sering disebut sebagai Desa Wisata Pertanian. Pemandangan sawah yang luas, udara pedesaan yang sejuk serta aktivitas para petani saat bekerja di ladang merupakan beberapa hal yang dapat menggambarkan betapa pentingnya peran faktor pertanian dalam pengembangan Desa Wisata ini. Jika kita mengunjungi Desa ini, akan banyak kita lihat berbagai aktivitas para penduduk lokal dalam melakukan pekerjaannya, seperti membajak sawah, menanam bibit padi dan lain sebagainya. Karena begitu besarnya peran aspek pertanian di dalam Desa ini, tentu pengembangan Desa Wisata sudah sebaiknya diarahkan ke sektor pertanian. Dengan pengembangan yang diarahkan ke sektor pertanian akan memperkuat identitas Desa Kebonagung sebagai Desa Wisata Pertanian. 1.1.2. Kesenian Lokal Karawitan yang Sudah Mulai Dilupakan Kesenian tradisional yang terbentuk di setiap tempat pastinya berbeda-beda karena dipengaruhi oleh Kebudayaan serta nilai-nilai kultur yang ada di tiap-tiap wilayah di Indonesia. Begitu pula dengan Kesenian Tradisional yang lahir di Desa Kebonagung, Karawitan merupakan salah satu Kesenian tradisional yang terbentuk karena Desa Kebonagung berkembang melalui kultur Jawa. Kegiatan menyinden yang dialuni dengan dentaman gamelan serta pertunjukan wayang merupakan kegiatan yang selalu dipertunjukkan oleh masyarakat lokal kepada para wisatawan yang mengunjungi Desa Wisata ini. Namun dengan berkurangnya para tokoh-tokoh serta para ahli adat yang memahami kesenian ini, tidak menutup kemungkinan bahwa sewaktu-waktu Kesenian Karawitan yang sudah dipelihara dari zaman nenek moyang ini akan hilang dan tergantikan oleh kebudayaan kebudayaan baru. Melalui masalah yang dipaparkan di atas tentu diperlukan sebuah usaha dalam 1

mempertahankan eksistensi dari Kebudayaan Karawitan sehingga cirikhas dari Desa Wisata Kebonagung tidak hilang oleh perkembangan zaman. 1.1.3. Pembangunan Infrastruktur Desa Kebon Agung dalam perannya sebagai Desa Wisata Desa Kebonagung merupakan salah satu dari banyak Desa Wisata yang dikembangkan di kawasan Imogiri, Bantul. Dengan banyaknya Desa Wisata yang berkembang di sekitarnya, tentu perlu adanya persaingan agar Desa Wisata ini tetap dikenal dan eksistensinya tidak tertutup oleh kemajuan perkembangan Desa Wisata lain yang lebih pesat. Namun dari banyak Desa Wisata yang ada, Desa Wisata Kebonagung merupakan salah satu desa yang eksistensinya mulai mereda karena struktur pengembangan Desa yang kurang baik dalam mengembangkan Desa Kebonagung. Peran warga yang pasif dalam membantu aktivitas pariiwisata merupakan salah satu faktor yang sangat menghambat perkembangan Desa Wisata ini. Dengan hanya mengandalkan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) sebagai SDM dalam melaksanakan berbagai aktivitas Wisata tentu tidak dapat melayani tamu wisatawan dalam jumlah banyak. Maka itu perlu ditemukan sebuah solusi untuk membawa warga ikut berperan aktif dalam membantu berbagai kegiatan Desa Wisata. Selain dari faktor SDM, kekurangan fasilitas juga menjadi penghambat perkembangan Desa Kebonagung ini. Kondisi Homestay yang seadanya serta sedikitnya fasilitas umum yang dapat mendukung aktivitas Desa Wisata merupakan beberapa faktor yang membuat Desa Kebonagung kalah dari perkembangan Desa Wisata yang lain. Kebutuhan akan fasilitas umum perlu direalisasikan karena hal ini tidak hanya untuk memberi kenyamanan terhadap turis, namun juga mampu memberi kenyamanan kepada masyarakat lokal sendiri. 1.1.4. Kebutuhan Akan Hunian Temporer sebagai Tempat Beristirahat Para Wisatawan 2

Dengan banyaknya wisatawan yang mengunjungi Desa Kebonagung tentu berbanding lurus dengan kebutuhan akan fasilitas homestay sebagai wadah penginapan para wisatawan. Selain sebagai wadah penginapan, Homestay berperan penting sebagai sarana pertukaran Budaya antara warga asing dengan warga lokal. Kedua pihak dapat saling mempelajari pola hidup yang dilakukan sehingga semakin menambah wawasan mereka akan kebudayaan masing-masing daerah. Walaupun sudah banyak rumah warga yang dijadikan sebagai fungsi Homestay, sarana yang diberikan kadang masih memberi ketidaknyamanan kepada tamu yang menginap. Kondisi rumah yang tidak terawat dan kurang bersih tentu mengurangi minat para wisatawan untuk menginap kembali di Desa Wisata Kebonagung ini. Untuk itu perlu dibangun sebuah fasilitas homestay yang lebih terawat dan memiliki fasilitas yang lebih lengkap agar para wisatawan dapat tinggal dan beristirahat lebih nyaman. 1.1.5. Perlunya Fungsi Bangunan sebagai wadah Pembelajaran dan Pertunjukan Kesenian Melalui perannya sebagai Desa Wisata, tentu ada terbentuk sebuah interaksi langsung antara warga lokal dengan wisatawan. Pembelajaran kesenian Karawitan dan kesenian tradisional lainnya merupakan salah satu kegiatan yang melibatkan penduduk lokal dengan para wisatawan yang bertamu. Yang menjadi masalah adalah belum adanya fasilitas umum yang mampu mewadahi kegiatan ini secara tetap. Aktivitas-aktivitas ini sampai sekarang hanya dilakukan di rumah-rumah warga secara berpindah-pindah karena bergantung pada kebersediaan warga jika rumahnya akan dijadikan sebagai tempat beraktivitas para wisatawan. Beberapa warga kadang merasa keberatan rumahnya dijadikan sebagai tempat melakukan kegiatan ini karena memang rumah seharusnya memiliki fungsi yang privat dan tidak terganggu oleh aktivitas publik. Menurut warga, ruang-ruang berkumpul sebagai wadah pembelajaran dan pertunjukan kesenian memang dibutuhkan, karena tanpa itu kegiatan untuk mengembangkan dan menampilkan Kesenian lokal sudah pasti akan terhambat. 3

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Permasalahan Makro Maraknya Pengembangan Desa Wisata dalam rangka meningkatkan Sektor Pariwisata di daerah Imogiri, Bantul telah direspon baik oleh masyarakat itu sendiri. Melalui dampak terhadap keberlangsung-lanjutan hidup mereka yang lebih baik, tentu pengembangan Desa Wisata semakin hari akan semakin gencar dilakukan. Beberapa kawasan wisata yang dibangun dengan menyajikan wisata alam sebagai daya tariknya banyak diminati oleh para investor maupun pemerintahan daerah untuk mengembangkan kawasan di sekitarnya. Desa-Desa Wisata seperti Nglinggo, Candran, Tembi dan lainnya terbukti berhasil dalam meningkatkan sektor pariwisata dan taraf hidup para masyarakatnya. Namun di lain sisi para investor maupun kaum pengembang tidak menaruh kepercayaan kepada masyarakat lokal dalam ikut menyumbangkan ide ataupun nilai-nilai Budaya dalam mengembangkan Desa Wisata ini. Dengan pengembangan yang tidak berpihak kepada masyarakat lokal sendiri maka rusaklah kebudayaan lokal dan alam mereka. 1.2.2. Permasalahan Mikro Begitu besarnya arus globalisasi yang masuk ke wilayah pedesaan tentu dapat menutup nilai-nilai kearifan lokal yang sudah dipelihara oleh masyarakat lokal sejak masa lampau. Orientasi Pengembangan Desa Wisata yang tidak berpusat kepada masyarakat justru semakin mendukung lajunya Kebudayaan asing yang kadang tidak sesuai dengan prinsip hidup masyarakat pedesaan. Perlunya media dalam mewadahi kegiatan pengembangan kebudayaan lokal harus digencarkan dari sekarang sehingga eksistensinya dapat dipertahankan dan tidak kalah dengan budaya luar yang masuk. Sama seperti halnya yang terjadi di Desa Wisata Kebonagung, terdapat beberapa pihak pembangun yang mengembangkan fasiltas di desa ini tanpa mengikutsertakan peran masyarakat dalam pembangunannya. Pihak pembangun yang justru berasal dari warga Desa Kebonagung sendiri juga tidak ikut merangkul masyarakat di sekitarnya. Pihak pembangun 4

merasa memiliki dana pribadi yang cukup dan tidak membutuhkan bantuan dari warga sekitar. Secara spesifik suatu daerah memiliki konteks lingkungan yang khas sehingga untuk menciptakan ruang harus ada kesinambungan dengan keadaan geografis, iklim lokal, sosial masyarakat dan kebudayaannya. Hal ini tentu merujuk pada Desa Kebonagung yang terletak di area persawahan yang memiliki kontur tanah yang gembur dan iklim lokal yang rerata sejuk. Dengan Kondisi tanah yang gembur erosi akan mudah terjadi di saat musim hujan sehingga menyebabkan rumah mudah mengalami keretakan. Pengelolaan proyek ini tidak melibatkan lembaga ataupun pemerintahan daerah sebagai penyuplai dana, tetapi justru dikelola secara mandiri oleh pihak pendiri, pemilik, sekaligus pengelolanya. Hal ini tentu berpengaruh pada keberlangsungan masyarakat lokal dalam mempertahankan kebudayaannya dengan cara mengajarkan berbagai kesenian tradisional kepada wisatawan yang menginap. 1.3. Tujuan Merumuskan landasan konsep perancangan Homestay & Community House dalam mempertahankan eksistensi kesenian Kebonagung untuk memberikan sarana baik bagi para wisatawan maupun masyarakat lokal agar tejalin proses pertukaran budaya oleh kedua belah pihak dengan berlatar belakang ilmu kearifan lokal para warga pedesaan dan kesatuannya dengan alam dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Meningkatkan fungsi kebutuhan ruang pada Homestay & Community House dalam kaitannya memberikan ruang untuk untuk aktivitas yang telah direncanakan sebelumnya untuk mencapai visi-misi yang diharapkan. Salah satu cara untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan Desa Wisata dapat dilakukan dengan menghidupkan kembali Kesenian Daerah melalui tokoh-tokoh masyarakat yang berasal dari desa itu sendiri. Menciptakan sebuah Homestay & Community House sebagai bagian dari desa ikut andhil dalam mempertahankan eksistensi 5

kebudayaan pedesaan. Dengan sasaran subyek utama adalah para orangtua dan kaum-kaum yang memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal dalam hidupnya, maka sebuah Homestay dibuat dengan tujuan sebagai media dalam memperkenalkan budaya lokal sekaligus sebagai wadah pertukaran Budaya sehingga diharapkan memiliki keberpihakan pada perlindungan kehidupan pedesaan dan lingkungan alam dalam kesatuannya. 1.4. Lingkup Pembahasan Perencanaan dan perancangan Homestay & Community House ini dibatasi oleh lingkup pembahasan melalui pengumpulan informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk memulai proses desain. Nantinya datadata yang sudah diperoleh akan digunakan sebagai landasan untuk melakukan proses desain dari bangunan Homestay & Community House ini. Dengan penekanan Kearifan Arsitektur Lokal sebagai pengarah dalam mendesain bangunan, maka skripsi ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut: Analisis Material Lokal yang dapat diperoleh dari kawasan sekitar site Analisis kebutuhan ruang yang diperlukan dalam sebuah Homestay & Community House Berbagai aktivitas/ kegiatan yang akan terbentuk di dalam site dan sekitarnya Survey terhadap berbagai Komunitas Lokal yang nantinya akan beraktivitas di dalam Community House ini. Pengumpulan berbagai preseden sebagai referensi dalam menghasilkan disain. 1.5. Metode Pengumpulan Data Metode pengamatan dan pengumpulan data yang akan digunakan di antaranya: 1. Metode Primer 6

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung melaui survey langsung ke objek amatan dan mewawancarai para narasumber yang dibutuhkan Observasi Melakukan pengamatan langsung ke lokasi site dan beberapa Homestay yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam menghasilkan desain. Memperoleh data dengan mewawancarai beberapa narasumber untuk mengetahui berbagai macam aktivitas dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam sebuah Homestay dan Community House 2. Metode Sekunder Merupakan metode pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dan berbagai data melalui media perantara seperti Internet, Buku, Majalah dan Media cetak lainnya. 1.6. Metode Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi 5 bab yang berbeda namun terkait satu sama lainnya. Tiap bab nantinya akan terdiri dari beberapa sub-bab yang dapat menjelaskan secara rinci apa isi dari bab itu sendiri. Bab-bab tersebut di antaranya: BAB I Pendahuluan Bab ini berisikan gambaran umum mengenai inti dari penulisan skripsi ini. Di dalamnya akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB II Tinjauan Umum Pemahaman beberapa wawasan mengenai berbagai Kebudayaan dan Kesenian Tradisional yang ada di Desa Kebonagung. BAB III Landasan Teori Di dalam Bab III akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan dan berkaitan dengan Judul Besar dari skripsi ini. Teori-teori tersebut akan meliputi berbagai standart bangunan yang digunakan dalam mendesain Homestay dan Community House 7

BAB IV Analisis dan Pendekatan Konsep Berisi mengenai berbagai macam analisis diantaranya analisis aktivitas para warga di sekitar site dan analisis aktivitas di dalam ruangan untuk mendapatkan dimensi ruang yang dibutuhkan dalam eksekusi disain. BAB V Konsep Perancangan Berisi dasar pemikiran dan perancangan sebuah Homestay & Community House yang nantinya akan diwujudkan dalam disain. BAB VI Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat selama proses pengembangan konsep Homestay & Community House. Kesimpulan yang didapat akan dijadikan guideline dalam perancangan bangunan ini. 1.7. Keaslian Penulisan Sebagai dasar keaslian penulisan, berikut beberapa sumber informasi yang telah dikumpulkan dari http://digilib.archiplan.ugm.ac.id dengan kata kunci komunitas : 1. Komunitas Rumahutan Suaka Budaya dan Pengetahuan Desa oleh Andreas Janu Saktyo Dananjoyo (11/319719/TK/38836) 2. Redesain Padepokan Pencak Silat Kembang Setaman di Magelang oleh Yosoa Hendra P. (10/305426/TK/37512) 8

1.8. Kerangka Berpikir Gambar 1.1 Kerangka Berpikir (sumber: Analisis Pribadi) 9