BAB I PENDAHULUAN. oleh mikroorganisme patogen, seperti bakteri, virus, fungi, protozoa dan lain-lain.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu. Minyak atsiri banyak terdapat di bagian kulit kayu manis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar dari

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN. secara mental dan merupakan sesuatu hal yang penting karena dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB I PENDAHULUAN. Barat dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006)

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengobatan tradisional sebagai alternatif lain pengobatan. Hal ini

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang sering menyerang manusia sejauh ini banyak disebabkan oleh mikroorganisme patogen, seperti bakteri, virus, fungi, protozoa dan lain-lain. Mikroba tersebut akan masuk ke dalam jaringan tubuh dan berkembangbiak dalam jaringan (Waluyo, 2010). Mikroba akan mengganggu kestabilan jaringan tubuh sehingga akan menimbulkan sakit pada tubuh yang dimasuki, salah satu bakteri yang banyak menimbulkan penyakit infeksi pada manusia adalah Staphylococcus aureus (Brook, 2007 dalam Multazami, 2013). Staphylococcus aureus berbentuk kokus, tidak motil dan berbentuk seperti anggur, ditemukan pada 40% orang sehat, dalam saluran pernafasan, pencernaan, kulit, dan udara (Gillespie, 2009 dalam Multazami, 2013). Bakteri ini dapat menjadi parasit pada kulit, hidung dan ditempat yang berlendir dapat menyebabkan infeksi paru-paru, infeksi pembuluh darah (Djide, 2008 dalam Sudirman, 2014). Penyakit yang sering ditimbulkan oleh Staphylococcus aureus antara lain, bisul, jerawat, impetigo, infeksi luka, pneumonia, mastitis, dan keracunan makanan (Ryan, dkk, 1994 dalam Kusuma, 2009). Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat hidup dalam keadaan ekstrim. Bakteri ini termasuk golongan bakteri gram positif yang bersifat anaerob fakultatif, sehingga dapat hidup dalam udara yang hanya mengandung hydrogen (Nikham, 2006). Staphylococcus aureus resisten terhadap zat kimia 1

2 tertentu, tahan terhadap suhu panas hingga 60ºC selama 30 menit dan tahan terhadap fenol 1% selama 15 menit. Bakteri ini tumbuh baik pada media yang mengandung 7,5% NaCl, mampu hidup berbulan-bulan dalam keadaan kering, pada nanah, kertas dan kain (Juanda, 1987 dalam Nikham, 2006). Pengobatan untuk infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri patogen dapat menggunakan antibiotik, seperti pernyataan Waluyo (2004) terapi antibiotik adalah pengobatan infeksi yang paling umum dilakukan oleh masyarakat. Kini banyak jenis antibiotik yang dapat digunakan oleh masyarakat. Namun penggunaan antibiotik memiliki konsekuensi lain yaitu timbulnya resistensi terhadap antibiotik (Gilman, 2008 dalam Hanik, 2012). Jika bakteri resisten terhadap antibiotik akan mempengaruhi perkembangan bakteri, jumlah bakteri akan meningkat dalam makhluk hidup yang terinfeksi. Dewasa ini kecenderungan masyarakat untuk kembali ke menggunakan bahan-bahan alam, membuat banyak masyarakat yang beralih menggunakan obat tradisional/herbal untuk mengobati penyakit. Selain itu masyarakat percaya penggunaan obat herbal lebih aman dan kemungkinan efek samping obat herbal relative kecil jika digunakan secara tepat (Sari, 2006). Berdasarkan hasil survey di Indonesia pada tahun 2000 didapat sebesar 15,6% masyarakat menggunakan obat tradisional untuk pengobatan dan tahun 2001 jumlah pengguna obat tradisional meningkat menjadi 31,7% (Dewoto, 2007). Tanaman obat dianggap mengandung bahan kimia alami yang berguna untuk mengobati berbagai macam penyakit termasuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman obat bersifat imunomodulator, yaitu senyawa yang bekerja pada sistem kekebalan

3 tubuh dan merubah fungsi. Senyawa ini berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, sehingga sel-sel tersebut menjadi normal kembali dan sistem kekebalan tubuh meningkat (Nikham, 2006). Senyawa kimia yang berfungsi sebagai antimikroba yaitu, saponin, tannin, flavonoid, dan terpenoid. Menurut Pratiwi dalam Karlina (2013), senyawa saponin merupakan zat yang jika bereaksi dengan dinding bakteri maka dinding bakteri akan lisis atau pecah, sehingga zat antimikroba akan mengganggu metabolisme bakteri dengan mendensturasi protein membran dan menyebabkan membran sel rusak atau lisis. Senyawa tannin mampu mengkoagulasi protoplasma bakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan senyawa flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan dan sangat efektif menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (Suerni, 2013). Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah. Banyak tanaman yang berpontesi digunakan sebagai obat, salah satunya Tamarindus indica atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Asam Jawa. Iklim di Indonesia cocok untuk habibat Asam jawa yang merupakan tanaman tropis. Asam Jawa banyak dimanfaatkan sebagai pohon hias yang dibudidayakan, sebagai bahan pangan, sebagai obat dan pembuatan minuman (Nwodo, dkk, 2011). Tamarindus indica (Asam Jawa) lebih banyak digunakan sebagai bumbu masakan dalam berbagai jenis masakan di Indonesia. Namun selain dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan, Tamarindus indica juga dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Menurut Mun im, dkk (2009) daun asam jawa mengandung senyawa antimikroba

4 dan antidiabetes, yaitu kandungan flavonoid, tannin, glikosida, dan saponin. Sedangkan pada daging buah asam jawa menunjukkan adanya kandungan utama senyawa saponin, alkaloid, antrakinon dan glikosida (Abubakar, dkk 2008 dalam Ariany 2012). Asam jawa salah satu tanaman yang memiliki berbagai khasiat dan mudah ditemui dipinggir jalan sebagai tanaman peneduh. Sejak dulu asam jawa sudah banyak digunakan sebagai bahan untuk mengobati berbagai penyakit. Daun asam jawa dapat digunakan sebagai penghilang rasa sakit, antiradang, dan membantu pengeluaran keringat, laksansia, dan sebagai obat luka maupun sariawan (Mursito, 2002). Selain itu, buah asam jawa dapat digunakan untuk pengobatan demam, diare, sakit perut, penyakit kuning, dan juga sebagai pembersih kulit (Doughari, 2006 dalam Puspitasari, 2014). Senyawa dalam daun Tamarindus indica dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi penyebab demam tifoid. Hasil penelitian Puspodewi (2015) tentang daya hambat terhadap pertumbuhan Salmonella typhi dengan maserasi dan infusa daun asam jawa menunjukkan bahwa, infusa daun asam jawa sebesar 25% mendapatkan rata-rata diameter pada metode maserasi 11,5 mm sedangkan metode infusa rata-rata diameter 14 mm. Penelitian lain tentang uji antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dilakukan oleh Manu (2013) dengan metode difusi menggunakan cylinder cup. Konsentrasi larutan yang digunakan adalah 12%, 24%, 36%, 48% dan 60%, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun beluntas dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter hambat antara 1,203-1,593 cm. Kandungan tanaman beluntas (Pluchea indica) antara lain alkaloid, flavonoid, tannin, minyak atsiri,

5 asam klorogenik, natrim, kalium, magnesium, dan fosfor sedangkan akarnya mengandung tannin (Agoes, 2010 dalam Manu, 2013). Senyawa yang terkandung dalam buah asam jawa bermacam-macam dan mempunyai berbagai khasiat. Penelitian yang dilakukan oleh Ariany (2012) menggunakan infusa buah asam jawa terhadap daya analgetik asetosal pada mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa buah asam jawa 300 mg/kgbb yang diberikan bersamaan dengan asetosal 195 mg/kgbb mempunyai pengaruh terhadap daya analgetik pada mencit putih dengan metode geliat. Zona hambat pertumbuhan bakteri menggunakan senyawa aktif dalam tumbuhan dapat dipelajari dalam mata pelajaran biologi SMA kelas X, terkait dengan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit pada manusia. Proses belajar mengajar akan lebih mudah bagi siswa untuk menerima dan guru dalam menyampaikan materi apabila terdapat media pembelajaran. Seperti pendapat Anitah (2011) media merupakan perantara atau penghubung antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Media pembelajaran memiliki bentuk bermacam-macam, seperti media visual dan media cetak, contohnya seperti video, poster, pocket book dan leaflet. Pengertian buku saku (pocket book) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah buku berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke dalam saku dan mudah dibawa ke mana-mana. Media pembelajaran yang dipilih untuk mengembangkan materi penelitian berupa pocket book atau buku saku, dengan tujuan untuk mendapat pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran.

6 Berdasarkan latar belakang, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kemampuan ekstrak daun dan buah Tamarindus indica dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus sebagai media pembelajaran untuk SMA kelas X dalam materi Kingdom Monera tentang peranan bakteri dalam kehidupan. Penelitian ini mengambil judul, Uji Daya Antimikroba Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun dan Buah Tamarindus indica Terhadap Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Adakah pengaruh jenis ekstrak bagian Tamarindus indica terhadap diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus? 2. Adakah pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak Tamarindus indica terhadap diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus? 3. Adakah interaksi antara jenis bagian dan konsentrasi ekstrak Tamarindus indica dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus? 4. Berapakah konsentrasi daun dan buah Tamarindus indica yang paling baik menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus? 5. Bagaimana kerangka buku saku hasil penelitian uji daya antimikroba berbagai konsentrasi ekstrak daun dan buah Tamarindus indica terhadap zona hambat Staphylococcus aureus?

7 1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui pengaruh jenis ekstrak tumbuhan Tamarindus indica terhadap diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. 2. Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak tumbuhan Tamarindus indica terhadap diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. 3. Mengetahui interaksi antara berbagai jenis ekstrak tumbuhan dengan berbagai konsentrasi ekstrak tumbuhan Tamarindus indica dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. 4. Mengetahui konsentrasi daun dan buah Tamarindus indica yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. 5. Mengetahui kerangka buku saku hasil penelitian uji daya antimikroba berbagai konsentrasi ekstrak daun dan buah Tamarindus indica terhadap zona hambat Staphylococcus aureus. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Dapat menambah pemahaman bagi penelitian tentang tumbuhan dan senyawa yang bersifat antimikroba dan dapat digunakan untuk penyusunan media pembelajaran biologi. 1.4.2 Bagi Pendidikan SMA Dapat dijadikan sebagai sumber maupun media belajar untuk Sma kelas X dalam materi peranan bakteri, contoh bakteri patogen yang menyebabkan

8 penyakit yang dihubungkan dengan tumbuhan yang mengandung senyawa antimikroba yang mempunyai kemampuan untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen. 1.4.3 Bagi Masyarakat Sebagai informasi antimikroba alternatif dengan menggunakan senyawa alami dari ekstrak Tamarindus indica sebagai antimikroba untuk menekan pertumbuhan Staphylococcus aureus sebagai salah satu bakteri patogen yang dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi pada saluran pernafasan, saluran percernaan dan kulit. 1.5 Batasan Penelitian Batasan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut. 1. Tamarindus indica yang digunakan dalam penelitian adalah bubuk daun dan buah yang diperoleh dari Balai Tanaman Obat Materia Medika, Kota Batu. 2. Bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus aureus yang didapat dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Brawijaya Malang. Indikator penelitian yang digunakan adalah diameter zona hambat dari pertumbuhan Staphylococcus aureus. 3. Pengekstrakan daun dan buah Tamarindus indica dilakukan dengan cara maserasi. 4. Metode maserasi dilakukan dengan cara mendiaman selama 3x24 jam dengan menggunakan pelarut etanol 96%.

9 1.6 Definisi Istilah 1. Uji daya adalah percobaan yang dilakukan untuk mengetahui mutu dan kemampuan suatu bahan/alat untuk melakukan sesuatu/ kemampuan bertindak (KKBI). 2. Konsentrasi adalah angka banding volume zat terlarut terhadap volume zat pelarut/larutan yang dinyatakan secara khusus (Adriani, 2006). 3. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dari jaringan hewan/tumbuhan dengan menarik sari aktifnya menggunakan pelarut tertentu yang sesuai, kemudian memekatkannya hingga tahap tertentu (KBBI). 4. Pertumbuhan bakteri adalah pertambahan volume sel serta bagian-bagian sel diartikan sebagai penambahan kuantitas isi dan kandungan di dalam sel. Pertumbuhan sel bakteri menyebabkan pertumbuhan jumlah bakteri, dari satu sel menjadi dua sel dst (Waluyo, 2004). 5. Zona hambat adalah daerah bening/jernih di sekeliling kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh bakteri dan sudah ditetesi oleh ekstrak sebagai antimikroba (Waluyo, 2010). 6. Antimikroba adalah zat yang dapat membasmi mikroba, khususnya mikroba yang paling merugikan bagi manusia, zat antimikroba harus mempunyai sifat toksik utnuk mikroba namun tidak untuk hospes (Ganiswara, 1995). 7. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif anggota family Micrococcaceae berbentuk bulat, bergerombol seperti susunan buah anggur koloni berwarna abu-abu hinga kuning tua, koagulase positif dan sifatnya sebagai bakteri komensal dalam tubuh manusia yang jumlahnya

10 berimbang dengan flora normal lain (Tracy, dkk, 2011 dalam Hastari, 2012) 8. Tamarindus indica merupakan tanaman yang digunakan sebagai pohon pelindung, seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan, kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, buah dan daun dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak maupun sebagai obat (Sundari, dkk, 2010).