PERATURAN PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS SINODE GMIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 114/P/SK/HT/2004 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PENETAPAN DEKAN SERTA PENGANGKATAN WAKIL DEKAN

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 01/BPMS-BNKP/2007 tentang BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BANUA NIHA KERISO PROTESTAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PERATURAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DEKAN DAN WAKIL DEKAN. Bismillahirrahmanirrahim

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 62 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN SERTA PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

PERATURAN PENGURUS YAYASAN BADAN WAKAF UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 614/P/SK/HT/2012 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DIREKTUR DAN PENGANGKATAN WAKIL DIREKTUR SEKOLAH VOKASI

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SOLOK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KOTA BATU

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN TATA TERTIB MUSYAWARAH LOKAL XII ORARI LOKAL GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 65 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG KECAMATAN KLUNGKUNG DESA TEGAK

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DOMPU

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website:

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja

PERATURAN SENAT POLITEKNIK NEGERI MADIUN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMILIHAN DIREKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

WALIKOTA BANJARMASIN

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN,

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. NOMOR: 015/Kpts/KPU-Prov-022/2015

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENJARINGAN, PERTIMBANGAN DAN PENGANGKATAN DEKAN DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tam

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG. NOMOR : 5/Kpts/KPU-Kota /2015 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS SINODE GMIT KEPUTUSAN PERSIDANGAN MAJELIS SINODE GMIT NOMOR: 15/KEP/MS-GMIT/XLII/2018 FEBRUARI 2018 MAJELIS SINODE GMIT

Hamba Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-nya menjadi tebusan bagi banyak orang. - Mat. 20:26-28 Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 63

G E R E J A M A S E H I I N J I L I D I T I M O R (GBM GPI dan Anggota PGI) PERSIDANGAN MAJELIS SINODE KEPUTUSAN PERSIDANGAN MAJELIS SINODE GMIT NOMOR: 15/KEP/MS-GMIT/XLII/2018 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS KETETAPAN SINODE NOMOR: 06/TAP/SSI-GMIT/II/2010 TENTANG PERATURAN PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS SINODE GMIT DALAM KESETIAAN DAN KETAATAN KEPADA YESUS KRISTUS, PEMILIK DAN KEPALA GEREJA PERSIDANGAN MAJELIS SINODE GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR, MENIMBANG: a. Bahwa Gereja Masehi Injili di Timor, di singkat GMIT, sesuai dengan hakekat, wujud, dan pengakuannya terpangggil untuk melaksanakan Amanat Kerasulan bagi manusia baik dalam konteksnya maupun dalam dunia seutuhnya, dalam rangka memperlihatkan tanda-tanda Kerajaan Allah sebagai visi gereja; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Amanat Kerasulan dimaksud, GMIT perlu mengangkat anggota-anggotanya yang berjabatan pelayanan, yakni Pendeta, Penatua, Diaken, dan Pengajar ke dalam jabatan organisasi Majelis Sinode guna mengemban Amanat Kerasulan tersebut; c. bahwa untuk maksud itulah diperlukan adanya Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode GMIT, guna dipedomani oleh jemaatjemaat dan klasis-klasis dalam pelaksanaannya; d. bahwa Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode yang sedang berlaku memerlukan penyesuaian dengan Peraturan Pokok Sinode serta Peraturan Pemilihan Penatua, Diaken, Pengajar dan Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Klasis, sehingga dipandang perlu untuk ditinjau kembali dan diadakan perubahan seperlunya. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 64

MENGINGAT: 1. Ketetapan Sinode GMIT Nomor: 03/TAP/SIN-GMIT/XXXIII/ 2015 tentang Perubahan Pertama atas Ketetapan Sinode GMIT NO. 1/TAP/SSI-GMIT/II/2010 tentang POKOK-POKOK EKLESIOLOGI GMIT; 2. Ketetapan Sinode GMIT Nomor: 04/TAP/SIN-GMIT/XXXIII/ 2015 tentang Perubahan Pertama Atas Ketetapan Sinode GMIT NO. 2/TAP/SSI-GMIT/II/2010 tentang TATA DASAR GMIT; 3. Ketetapan Sinode GMIT Nomor: 07/TAP/SIN-GMIT/XXXIII/ 2015 tentang Perubahan Pertama Atas Ketetapan Sinode GMIT NO. 5/TAP/SSI-GMIT/II/2010 tentang PERATURAN POKOK SINODE; 4. KetetapanSinode GMIT Nomor: 06/TAP/SSI-GMIT/II/2010 tentang PERATURAN PEMILIHAN MAJELIS SINODE GMIT. MEMPERHATIKAN: Pembahasan Hasil Sidang Komisi F tentang Perubahan Ketetapan Sinode Nomor 06/TAP/SS-GMIT/II/2010 tentang Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode GMIT pada Pleno Persidangan Majelis Sinode GMIT XLII tanggal 8 Februari2018. M EMUTUSK AN MENETAPKAN: PERUBAHAN PERTAMA ATAS KETETAPAN SINODE NOMOR: 06/TAP/SSI-GMIT/II/2010 TENTANG PERATURAN PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS SINODE GMIT. Pasal 1 (1) Menerima hasil Sidang Komisi F dengan beberapa catatan perubahan yang diputuskan dalam pleno persidangan sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini. (2) Catatan-catatan perubahan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) di atas, menjadi perhatian dalam penyempurnaan Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode GMIT. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 65

Pasal 2 (1) Perubahan sebagaimana disebutkan pada pasal 1 ayat (1) dilakukan dengan cara menyesuaikan dan atau menambah beberapa rumusan untuk menjamin keutuhan pengertian sehingga tidak menimbulkan perbedaan penafsiran. (2) Lampiran Keputusan Persidangan Majelis Sinode GMIT XLII tahun 2018 Nomor: 15/KEP/MS-GMIT/XLII/2018 tentang Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode GMIT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan menjadi bagian tak terpisahkan dari keputusan ini. (3) Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode GMIT bertujuan untuk menjadi acuan bagi jemaat-jemaat dan klasis-klasis dalam menata dan mengembangkan pelayanan. Pasal 3 Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Agar semua Anggota GMIT mengetahuinya, maka mewajibkan untuk ditempatkan dalam warta gerejawi. Ditetapkan di : Kupang Oleh : Majelis Sinode GMIT Pada : Persidangan Majelis Sinode GMIT XLII Tanggal : 8 Februari 2018 KETUA SEKRETARIS, PDT. DR. MERY L. Y. KOLIMON, PDT. YUSUF NAKMOFA, M.TH. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 66

G E R E J A M A S E H I I N J I L I D I T I M O R (GBM GPI dan Anggota PGI) PERSIDANGAN MAJELIS SINODE LAMPIRAN: KEPUTUSAN PERSIDANGAN MAJELIS SINODE GMIT NOMOR: 15/KEP/MS-GMIT/XLII/2018. PERATURAN PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS SINODE GMIT BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Peraturan ini merupakan peraturan pelaksana peraturan pokok sinode dan disebut Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode GMIT. (2) Pemilihan majelis sinode yang dijabarkan dari pasal 55 Tata Dasar GMIT, Peraturan Pokok Sinode Pasal 43 dan Pasal 46 adalah kegiatan yang mencakup pencalonan, pemilihan, dan perhadapan anggota Majelis Sinode. (3) Majelis Ssinode adalah badan pelayanan lingkup sinode yang menjalankan fungsi keorganisasian dalam memimpin dan mengoordinasikan pelayanan GMIT. (4) Panitia adalah Panitia Pemilihan Anggota Majelis Sinode GMIT. BAB II DASAR PEMILIHAN Pasal 2 (1) Pada dasarnya anggota majelis sinode dipilih dan diangkat oleh Allah, dan Allah melibatkan umat-nya dalam tindakan pemilihan dan pengangkatan tersebut. (2) Bentuk keterlibatan umat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan di atas dasar iman, pengharapan, dan kasih. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 67

BAB III TUGAS MAJELIS SINODE DALAM PROSES PEMILIHAN Pasal 3 (1) Majelis sinode membentuk Panitia Pemilihan Anggota Majelis Sinode GMIT dan mengangkat anggota-anggotanya dalam persidangan majelis sinode pada tahun ketiga dalam periode yang sedang berjalan. (2) Majelis sinode memperhadapkan anggota panitia dalam kebaktian pada penutupan persidangan majelis sinode tersebut. (3) Pembentukan dan perhadapan anggota panitia segera diberitahukan kepada seluruh jemaat GMIT melalui suara gembala oleh majelis sinode, agar jemaat-jemaat mendoakan pekerjaan panitia dan terlibat dalam proses pemilihan anggota majelis sinode. (4) Majelis sinode harian menyiapkan anggaran dan fasilitas untuk pekerjaan panitia berdasarkan keputusan persidangan majelis sinode. (5) Majelis sinode merumuskan dan menyampaikan suara gembala kepada seluruh jemaat tentang berakhirnya periode pelayanan majelis sinode, paling lambat 6 (enam) bulan sebelum persidangan majelis sinode terakhir dalam periode pelayanan yang sedang berjalan, dan menganjurkan agar jemaat-jemaat mendoakan proses pemilihan anggota majelis sinode periode berikutnya. (6) Majelis sinode menyelenggarakan persidangan sinode untuk pemilihan anggota majelis sinode periode berikutnya. (7) Majelis sinode periode yang akan berakhir mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan perhadapan anggota majelis sinode periode yang baru, serta serah terima majelis sinode periode yang lama kepada majelis sinode periode yang baru. (8) Majelis sinode periode yang baru memberhentikan Panitia Pemilihan Anggota Majelis Sinode dalam Persidangan Majelis Sinode perdana. BAB IV PANITIA PEMILIHAN Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 68

Pasal 4 Pembentukan (1) Panitia dibentuk dalam persidangan sinode sebagai badan pembantu pelayanan sinode. (2) Pengusulan nama-nama anggota dan penetapan Panitia Pemilihan Anggota Majelis Sinode GMIT dilaksanakan dalam persidangan majelis sinode. Pasal 5 Syarat-Syarat Anggota Panitia Calon anggota panitia harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. sedang menjabat sebagai presbiter di jemaat GMIT yang dipandang cakap dan dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dalam pelayanan GMIT; b. tidak sedang berada dalam tindakan disiplin gereja; c. menyatakan kesediaan secara tertulis untuk menjadi anggota panitia; d. berdomisili di Kota Kupang dan sekitarnya; e. anggota panitia tidak boleh mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi anggota majelis sinode, karena itu hendaknya anggota panitia yang berjabatan presbiter dipilih dari antara presbiter yang telah menjabat dua periode berturut-turut; f. anggota panitia yang dicalonkan dan ditetapkan sebagai calon sementara anggota majelis sinode haruslah mengundurkan diri dari keanggotaan panitia. Pasal 6 Susunan Panitia Pemilihan (1) Susunan panitia terdiri dari: a. ketua, merangkap anggota; b. wakil ketua, merangkap anggota; c. sekretaris, merangkap anggota; d. bendahara, merangkap anggota; e. anggota-anggota sebanyak 5 (lima) orang. (2) Paling banyak 5 (lima) anggota panitia adalah pendeta. (3) Susunan panitia mengupayakan keseimbangan gender. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 69

Pasal 7 Tugas Panitia Pemilihan (1) Panitia bertugas menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penjaringan, pencalonan, pemilihan, dan perhadapan anggota majelis sinode. (2) Tugas panitia dibagi atas dua tahap: a. tahap pertama: menyusun rencana kerja dan tata laksana tugas panitia dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah perhadapan panitia; b. tahap kedua: menyelenggarakan penjaringan, pencalonan, pemilihan, dan perhadapan anggota majelis sinode terpilih dalam waktu paling lama 9 (sembilan) bulan. (3) Panitia yang telah diperhadapkan mengadakan pertemuan perdana bersama majelis sinode harian dan badan pembantu pelayanan sinode yang dipandang perlu, sebagai pertemuan pastoral untuk: a. menyamakan dan memperdalam pemahaman tentang tugas panitia selaku pelaksana misi Allah; b. menjadikan prinsip-prinsip iman Kristen tentang pengutusan Allah sebagai dasar bagi nilai-nilai pribadi dan kepanitiaan; c. membangun hubungan sebagai tim kerja; d. menyusun rencana dan menyepakati tata laksana tugas panitia, termasuk pembagian tugas. (4) Panitia menyampaikan rencana program dan anggaran kepada majelis sinode harian dalam pertemuan dengan majelis sinode harian. (5) Panitia mempersiapkan dan mengedarkan formulir pencalonan dengan surat pengantar yang menyebutkan semua persyaratan calon anggota majelis sinode. (6) Panitia memberikan informasi kepada jemaat-jemaat agar mengajukan bakal calon sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. (7) Panitia menghimpun nama-nama bakal calon, menyeleksi sesuai persyaratan yang berlaku, menetapkannya sebagai calon sementara, dan mengumumkannya kepada jemaat-jemaat untuk diketahui, dipertimbangkan, dan didoakan. (8) Panitia menyelenggarakan pastoral bagi para calon sementara untuk: a. menanamkan pengetahuan tentang pelayanan gereja sebagai wujud Kristokrasi; Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 70

b. menanamkan prinsip-prinsip iman kristen tentang pengutusan Allah sebagai dasar bagi nilai-nilai pribadi; c. membangun hubungan-hubungan dasar sebagai sesama hamba Tuhan. (9) Penetapan calon sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (7) di atas bersifat final dan tidak dapat dibatalkan, kecuali oleh persidangan sinode. (10) Panitia menyampaikan nama-nama calon sementara untuk ditetapkan sebagai calon tetap dalam persidangan sinode. (11) Panitia dalam tugasnya selalu membangun hubungan konsultatif dan koordinatif dengan majelis sinode dan badan pembantu pelayanan sinode yang dipandang perlu. (12) Panitia diberhentikan melalui sebuah kebaktian, setelah mempertanggungjawabkan tugasnya dalam persidangan majelis sinode yang baru, yang didahului dengan pemeriksaan oleh badan pertimbangan dan pengawasan pelayanan sinode. BAB V PENCALONAN ANGGOTA MAJELIS SINODE Pasal 8 Susunan Majelis Sinode (1) Susunan majelis sinode terdiri dari: a. ketua, merangkap anggota; b. wakil ketua, merangkap anggota; c. sekretaris, merangkap anggota; d. wakil sekretaris, merangkap anggota; e. bendahara, merangkap anggota; f. empat anggota presbiter non-pendeta yang dipilih berdasarkan profesionalitas dan kepakaran di bidangnya serta berdomisili di wilayah pelayanan GMIT; g. anggota-anggota yang adalah para ketua majelis klasis exofficio. (2) Ketua, wakil ketua, sekretaris, dan wakil sekretaris majelis sinode dijabat oleh pendeta. (3) Bendahara majelis sinode dijabat oleh presbiter non-pendeta. (4) Ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, dan bendahara majelis sinode adalah majelis sinode harian. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 71

Pasal 9 Syarat-syarat Calon Anggota Majelis Sinode (1) Calon anggota majelis sinode adalah anggota sidi jemaat GMIT, yang berasal dari jemaat-jemaat dalam klasis maupun di luar klasis yang mencalonkan, yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam Pasal 43 dan 46 Peraturan Pokok Sinode GMIT. (2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, para calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. berusia minimal 35 (tiga puluh lima) tahun dan maksimal 56 (lima puluh enam) tahun pada saat pemilihan; b. tidak berada di bawah tindakan disiplin gereja; c. berijazah minimal S-1; d. mempunyai pengetahuan dan visi teologis yang baik serta berwawasan luas tentang gereja dan masyarakat; e. menerima dan menaati pengakuan dan ajaran GMIT; f. sehat jasmani dan rohani demi pelaksanaan tugas pelayanan dengan baik; g. sedang menjabat sebagai presbiter jemaat GMIT; h. tidak sedang menjalani studi lanjut; i. belum menjabat sebagai anggota majelis sinode 2 (dua) periode berturut-turut; j. menyatakan kesediaan secara tertulis untuk menjadi anggota majelis sinode selama satu periode; k. bersedia dinasehati oleh sesama anggota majelis sinode atau perangkat pelayanan sinode lainnya dan terbuka terhadap masukan, usul, saran, kritikan yang membangun pelayanan dari berbagai pihak, termasuk majelis jemaat dan majelis klasis; l. bagi pendeta yang dicalonkan menjadi anggota majelis sinode telah memiliki pengalaman sebagai pendeta GMIT minimal 8 (delapan) tahun dan memiliki pengalaman sebagai ketua majelis jemaat; m. bagi yang terpilih menjadi anggota majelis sinode penuh waktu, harus melepaskan jabatan struktural lainnya dan tidak melanjutkan studi selama periode pelayanan; n. seseorang hanya dapat ditetapkan sebagai bakal calon anggota majelis sinode apabila mendapatkan dukungan suara minimal 10% (sepuluh persen) dari jumlah klasis untuk satu jabatan yang sama. (3) Hendaknya proses pencalonan mengupayakan keseimbangan gender dan usia. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 72

Pasal 10 Tata Cara Pencalonan (1) Panitia mengedarkan formulir pencalonan dan syarat-syarat calon kepada jemaat-jemaat GMIT, sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan sebelum persidangan sinode. (2) Penjaringan bakal calon anggota majelis sinode dilaksanakan oleh jemaat-jemaat dan ditetapkan dalam persidangan majelis jemaat masing-masing, ditandatangani dan diberikan stempel majelis jemaat, selanjutnya hasilnya dibawa ke persidangan klasis. (3) Setiap klasis mengajukan bakal calon dengan ketentuan 1 (satu) nama untuk 1 (satu) jabatan sesuai dengan susunan anggota majelis sinode. Nama bakal calon untuk setiap jabatan ditetapkan berdasarkan jumlah perolehan suara terbanyak yang diusulkan oleh jemaat-jemaat. (4) Usulan nama bakal calon anggota majelis sinode dari klasis-klasis haruslah secara tertulis dengan menggunakan formulir yang ditetapkan oleh panitia, ditandatangani oleh pimpinan persidangan klasis dan diberikan stempel klasis. (5) Persidangan klasis menetapkan hasil penjaringan bakal calon anggota majelis sinode oleh jemaat-jemaat sebagai keputusan klasis dan dikirim kepada panitia selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum persidangan sinode. (6) Panitia menyusun daftar nama-nama bakal calon yang diusulkan klasis-klasis dan mengadakan proses verifikasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Nama-nama hasil verifikasi tersebut ditetapkan sebagai calon sementara anggota majelis sinode. (7) Apabila ada satu nama calon sementara yang dicalonkan untuk lebih dari satu jabatan dan memenuhi persyaratan, maka calon yang bersangkutan harus memilih salah satu dari jabatan-jabatan tersebut. (8) Panitia mengirimkan formulir pernyataan kesediaan menjadi calon anggota majelis sinode kepada para calon. Formulir tersebut diisi dan ditandatangani oleh calon yang bersangkutan, serta dikembalikan kepada panitia, selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah formulir diterima. (9) Panitia mengumumkan kepada jemaat-jemaat nama-nama calon sementara melalui warta jemaat selama 2 (dua) hari Minggu berturut-turut untuk diketahui, dipertimbangkan, dan didoakan. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 73

(10) Calon sementara berhak menarik diri dari pencalonan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum persidangan sinode dan panitia menyampaikan pengunduran diri tersebut kepada klasis yang mengusulkan nama tersebut. (11) Jumlah calon sementara yang akan ditetapkan dalam persidangan sinode sebagai calon tetap minimal 2 (dua) orang untuk 1 (satu) jabatan. (12) Apabila jumlah calon sementara yang mengundurkan diri mengakibatkan tidak terpenuhinya jumlah calon sebagaimana dimaksud pada ayat (11) di atas, maka setelah berkonsultasi dengan majelis sinode, panitia mengirimkan surat kepada klasisklasis yang mengusulkan nama tersebut dan memberikan kesempatan untuk mengajukan nama calon yang baru, selambatlambatnya 2 (dua) bulan sebelum persidangan sinode. (13) Panitia menyelenggarakan pertemuan pastoral bagi para calon sementara sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (8) peraturan ini untuk mengidentifikasi kesiapan masing-masing calon sementara bagi penugasan dalam pelayanan sebagai anggota majelis sinode. (14) Panitia menyerahkan daftar nama calon sementara kepada persidangan sinode untuk ditetapkan menjadi calon tetap. (15) Proses pencalonan dan pemilihan anggota majelis sinode harus berlangsung dalam terang takut akan Tuhan dan menghindari ketidakjujuran serta pementingan diri atau kelompok. Pasal 11 Pernyataan Keberatan (1) Majelis jemaat atau majelis klasis dapat menyampaikan pernyataan keberatan secara tertulis terhadap calon sementara anggota majelis sinode. Pernyataan keberatan tersebut harus disertai alasan yang kuat dan bukti-bukti, serta ditandatangani oleh ketua dan sekretaris majelis jemaat atau majelis klasis. (2) Pernyataan keberatan disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pengumuman daftar nama-nama calon sementara. (3) Setiap bentuk pernyataan keberatan harus diselesaikan secara pastoral oleh panitia dalam koordinasi dengan majelis sinode. (4) Panitia dapat mempertahankan atau menggugurkan pencalonan yang bersangkutan setelah mendapatkan pertimbangan dari majelis sinode dalam koordinasi dengan badan pembantu pelayanan sinode yang dipandang perlu. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 74

(5) Setelah masa pengajuan keberatan berakhir dan berdasarkan hasil penelitian terhadap calon sementara, panitia menyusun ulang daftar nama-nama calon sementara dan mengumumkan kepada jemaatjemaat, serta mengirimkan pemberitahuan tertulis kepada para calon sementara anggota majelis sinode. BAB VI PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS SINODE Pasal 12 Waktu dan Tempat Pemilihan (1) Penetapan calon tetap dan pemilihan anggota majelis sinode dilaksanakan dalam persidangan sinode. (2) Tempat pemilihan anggota majelis sinode adalah dalam persidangan sinode. Pasal 13 Pemilih (1) Pemilih adalah peserta persidangan sinode yang mempunyai hak suara. (2) Peserta persidangan sinode yang mempunyai hak suara adalah: a. para anggota majelis sinode; b. perutusan jemaat-jemaat setiap klasis, terdiri dari 2 (dua) pendeta, 1 (satu) penatua, 1 (satu) diaken, dan 1 (satu) pengajar, dengan sistem 1 (satu) orang 1 (satu) suara. Pasal 14 Tata Cara Pemilihan (1) Pemilihan anggota majelis sinode dilaksanakan dalam persidangan sinode dan menggunakan peraturan persidangan sinode yang berlaku. (2) Proses pemilihan anggota majelis sinode dilaksanakan sebagai berikut: a. pimpinan persidangan memanggil nama-nama pemilih yang memiliki hak suara untuk memasuki ruang persidangan dan masing-masing pemilih mengisi daftar hadir yang disiapkan oleh panitia; Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 75

b. pimpinan persidangan membacakan nama-nama calon sementara anggota majelis sinode untuk ditetapkan menjadi calon tetap. Calon tetap tidak diperkenankan menarik diri dengan alasan apapun kecuali meninggal dunia atau sakit permanen atau pindah tugas keluar wilayah pelayanan GMIT. c. pimpinan persidangan memberikan arahan dan memberikan kesempatan kepada panitia untuk menjelaskan hal-hal penting berkaitan dengan proses pemilihan berdasarkan prinsip Alkitab tentang pemilihan pejabat gereja; d. pimpinan persidangan mengajak seluruh peserta masuk dalam perenungan untuk memahami bahwa Allah yang memilih hamba-hamba-nya menjadi pemimpin gereja dan melibatkan umat-nya dalam pemilihan itu. e. panitia mengedarkan formulir pemilihan, serta daftar nama dan data para calon tetap, dilampirkan dengan keterangan cara pengisian formulir pemilihan, sesuai jumlah pemilih yang hadir. Apabila terdapat pemilih yang tidak dapat membaca dan menulis, yang bersangkutan dapat menyebutkan pilihannya kepada panitia untuk dicatat dalam formulir pemilihan, disaksikan oleh 2 (dua) orang pemilih; f. formulir pemilihan dinyatakan batal, apabila: 1) tidak terdapat tanda/kode panitia; 2) terdapat nama lain di luar nama calon yang tercantum dalam daftar calon tetap; 3) tercantum jumlah nama calon berbeda dari jumlah yang disyaratkan. g. pemilihan dilakukan sekaligus untuk semua jabatan, dengan sistem 1 (satu) nama calon untuk 1 (satu) jabatan; h. para pemilih yang telah mengisi formulir pemilihan segera memasukkan formulir tersebut ke dalam kotak pemilihan secara tertib; i. setelah seluruh pemilih memasukkan formulir pemilihan ke dalam kotak pemilihan, pimpinan persidangan menyatakan bahwa pemungutan suara ditutup dan selanjutnya memberikan kesempatan kepada panitia mengadakan penelitian dan penghitungan suara secara terbuka di hadapan seluruh peserta persidangan dan disaksikan oleh 2 (dua) orang wakil peserta yang ditunjuk oleh pimpinan persidangan yang disetujui oleh seluruh peserta; Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 76

j. apabila hasil penghitungan suara menunjukkan bahwa ada 2 (dua) calon atau lebih memperoleh jumlah suara terbanyak yang sama, maka pemilihan diulangi khusus untuk calon yang mempunyai jumlah suara terbanyak yang sama tersebut. Apabila hasil pemilihan itu tetap sama, maka dilakukan undi yang didahului dengan doa. k. setelah penghitungan suara selesai, panitia membuat berita acara yang berisi: 1) jumlah pemilih yang memiliki hak suara dan yang telah menggunakan hak pilihnya; 2) daftar nama calon tetap anggota majelis sinode; 3) daftar nama anggota majelis sinode terpilih; 4) jalannya proses pemilihan. l. berita acara pemilihan ditandatangani oleh ketua dan sekretaris panitia dan 2 (dua) orang saksi. Berita acara pemilihan tersebut diserahkan kepada pimpinan persidangan untuk ditetapkan. m. acara pemilihan ditutup dengan puji-pujian dan doa. BAB VII PEMBERHENTIAN, PERHADAPAN, DAN SERAH TERIMA MAJELIS SINODE Pasal 15 Tata Cara Pemberhentian dan Perhadapan (1) Perhadapan anggota majelis sinode periode yang baru dan pemberhentian anggota majelis sinode periode yang lama dilaksanakan dalam kebaktian khusus di akhir persidangan sinode. (2) Kebaktian perhadapan dan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas didahului dengan penggembalaan yang diikuti oleh anggota majelis sinode periode yang lama, anggota majelis sinode periode yang baru, beserta keluarga, dan panitia pemilihan. (3) Majelis sinode yang baru diangkat dan majelis sinode periode yang lama diberhentikan dengan ketetapan sinode yang ditandatangani oleh majelis ketua persidangan sinode. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 77

Pasal 16 Serah Terima (1) Majelis sinode harian periode yang lama mempersiapkan serah terima jabatan dari majelis sinode yang berakhir masa jabatannya kepada majelis sinode yang baru. (2) Serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas mencakup dokumen-dokumen pelayanan, dokumen-dokumen organisasi/administrasi, dan perbendaharaan GMIT yang dikelola oleh majelis sinode. (3) Serah terima dilaksanakan setelah laporan pertanggungjawaban majelis sinode secara periodik diterima oleh persidangan sinode dan/atau disertai rekomendasi badan pertimbangan dan pengawasan pelayanan sinode. (4) Serah terima dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah perhadapan anggota majelis sinode yang baru. BAB VIII ANGGOTA MAJELIS SINODE ANTAR WAKTU Pasal 17 (1) Apabila dalam periode pelayanan yang berjalan ada anggota majelis sinode yang berhalangan, maka demi menjawab kebutuhan pelayanan, majelis sinode dapat mengangkat anggota majelis sinode antar waktu. Anggota majelis sinode antar waktu yang dimaksudkan adalah anggota majelis sinode yang bukan ketua majelis klasis ex-officio. (2) Pemilihan anggota majelis sinode antar waktu dilaksanakan dalam persidangan majelis sinode, yang didahului proses pengusulan nama-nama calon anggota majelis sinode antar waktu oleh para anggota majelis sinode. (3) Para calon anggota majelis sinode antar waktu diutamakan bagi mereka yang telah terlibat dalam proses pencalonan (terjaring) dan telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam pasal 9 peraturan ini. (4) Majelis sinode mengumumkan nama-nama calon anggota majelis sinode antar waktu kepada jemaat-jemaat melalui warta jemaat selama 2 (dua) hari Minggu berturut-turut; selanjutnya menetapkan anggota majelis sinode antar waktu dengan memperhatikan Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 78

pernyataan kesediaan calon yang bersangkutan, tanggapan jemaatjemaat, dan badan pertimbangan dan pengawasan pelayanan sinode. (5) Perhadapan anggota majelis sinode antar waktu dilaksanakan dalam kebaktian di akhir persidangan majelis sinode. (6) Anggota majelis sinode antar waktu diangkat dengan surat keputusan majelis sinode dan menjalankan masa tugasnya sesuai periode kemajelisan yang sedang berjalan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini, diserahkan pelaksanaannya kepada majelis sinode dengan ketentuan bahwa segala sesuatu harus dijalankan sesuai dengan kesaksian Alkitab, tidak bertentangan dengan Tata GMIT, serta maksud dan tujuan tiap pasal dalam peraturan ini, dan dipertanggung-jawabkan kepada persidangan sinode. Pasal 19 Dengan diberlakukannya peraturan ini, maka Ketetapan Sinode GMIT No. 6/TAP/SSI-GMIT/II/2010 tentang Peraturan Pemilihan Majelis Sinode, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 20 Peraturan pemilihan ini berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Kupang Oleh : Majelis Sinode GMIT Pada : Persidangan Majelis Sinode GMIT XLII Tanggal : 8 Februari 2018 KETUA SEKRETARIS, PDT. DR. MERY L. Y. KOLIMON, PDT. YUSUF NAKMOFA, M.TH. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 79

G E R E J A M A S E H I I N J I L I D I T I M O R (GBM GPI dan Anggota PGI) PERSIDANGAN MAJELIS SINODE PENJELASAN PASAL DEMI PASAL PERATURAN PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS SINODE Pasal 1 ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas ayat (4) : Cukup jelas Pasal 2 ayat (2) : Yang dimaksudkan dengan iman yaitu bahwa seluruh proses pelaksanaan pemilihan dilaksanakan sebagai bentuk respon iman kepada Allah yang melibatkan umat-nya dalam pelaksanaan pemilihan. Harapan artinya tindakan pemilihan didasarkan kepada harapan akan pimpinan Allah agar pelaksanaan pemilihan berjalan sesuai dengan kehendak-nya dan dapat memilih para pemimpin yang takut akan Tuhan. Kasih artinya dalam melaksanakan pemilihan, para pemilih dan para calon saling menghargai dan menjaga persekutuan gereja dan pelayanannya. Pasal 3 ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas ayat (4) : Cukup jelas ayat (5) : Cukup jelas ayat (6) : Persidangan sinode dilaksanakan sesuai ketentuan pasal 34 dan 35 atau 36 dan 37 Peraturan Pokok Sinode. ayat (7) : Cukup jelas ayat (8) : Cukup jelas Pasal 4 ayat (2) : Cukupjelas Pasal 5 : Sedapat mungkin anggota Panitia Pemilihan berasal dari jemaat yang berada di sekitar Kota Kupang demi Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 80

efektivitas komunikasi dan koordinasi. Formulir kesediaan menjadi anggota Panitia terlampir. Pasal 6 ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas Pasal 7 ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas ayat (4) : Anggaran yang dimaksudkan adalah sebagaimana yang telah diputuskan dalam Persidangan Majelis Sinode dalam tahun berjalan. ayat (5) : Cukup jelas ayat (6) : Cukup jelas ayat (7) : Cukup jelas ayat (8) : Panitia dapat membentuk Tim Pastoral dalam rangka menyelenggarakan pastoral yang dimaksud ditujukan kepada semua calon sementara. Materi bersumber dari Pokok-pokok Eklesiologi GMIT, Tata Dasar, dan Peraturan Pokok yang menjelaskan tentang prinsip jabatan. ayat (9) : - Yang dimaksudkan dengan tidak dapat dibatalkan, kecuali oleh persidangan sinode adalah setelah melewati proses pengumuman nama-nama calon sementara melalui warta jemaat dan penyelesaian masalah keberatan. - Calon yang telah ditetapkan dapat dibatalkan pencalonannya dalam persidangan sinode jika yang bersangkutan terbukti secara sah dan meyakinkan tidak memenuhi persyaratan pencalonan sebagaimana disyaratkan. ayat (10) : Cukup jelas ayat (11) : Cukup jelas ayat (12) : Cukup jelas Pasal 8 Huruf f: yang dimaksudkan dengan profesionalitas dan kepakaran adalah sesuai kebutuhan pelayanan GMIT yaitu bidang pendidikan, bidang politik, bidang ekonomi, dan bidang hukum. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 81

ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Bendahara Majelis Sinode dipilih berdasarkan profesionalitas di bidang keuangan. ayat (4) : Cukup jelas Pasal 9 ayat (2) huruf f : Kesehatan jasmani yang dimaksudkan dibuktikan dengan keterangan dokter yang ditentukan oleh Panitia. huruf j : Para pendeta GMIT itu harus pernah menjadi Ketua Majelis Jemaat atau Ketua Majelis Klasis, dengan memperhatikan lamanya yang bersangkutan menjadi pendeta jemaat sekurang-kurangnya delapan tahun. ayat (2) huruf m : Yang dimaksud dengan jabatan struktural lain adalah jabatan struktural gerejawi yaitu jabatan organisasi di lingkup jemaat dan lingkup klasis. Pasal 10 ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas ayat (4) : Cukup jelas ayat (5) : Cukup jelas ayat (6) : Cukup jelas ayat (7) : Panitia dapat membentuk tim pastoral untuk pertemuan tersebut. ayat (8) : Cukup jelas ayat (9) : Cukup jelas ayat (10) : Cukup jelas ayat (11) : Cukup jelas ayat (12) : Cukup jelas ayat (13) : Panitia dapat membentuk Tim Pastoral untuk menyampaikan materi dimaksud. ayat (14) : Cukup jela ayat (15) : Cukup jelas Pasal 11 ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas ayat (4) : Cukup jelas ayat (5) : Cukup jelas Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 82

Pasal 12 ayat (2) : Cukup jelas Pasal 13 ayat (2) : Yang dimaksud dengan para perutusan jemaat adalah para presbiter yang membawa surat kredensi dari masing-masing klasis. Pasal 14 ayat (2) : Cukup jelas Pasal 15 ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas Pasal 16 ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas ayat (4) : Cukup jelas Pasal 17 ayat (1) : Yang dimaksud dengan berhalangan adalah berhalangan tetap dan tidak tetap. Berhalangan tetap adalah jika yang bersangkutan sakit permanen atau meninggal dunia; berhalangan tidak tetap artinya yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugas lebih dari satu tahun. ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas ayat (4) : Cukup jelas ayat (5) : Cukup jelas ayat (6) : Cukup jelas Pasal 18 : Cukup jelas Pasal 19 : Cukup jelas Pasal 20 : Cukup jelas Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 83

Lampiran Peraturan 1: FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI ANGGOTA PANITIA PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS SINODE Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama Lengkap : Umur : Anggota Jemaat : Jabatan dalam : Pendeta/Pendeta Emeritus, Jemaat (periode Penatua/Diaken/Pengajar, sedang berjalan) BPP/UPPM: (sebutkan) Pengurus Kat/Fung: (sebutkan) Anggota Sidi Jemaat. Pengalaman Jabatan (Periode sebelumnya) Dengan ini menyatakan : Pendeta/Pendeta Emeritus, Penatua/Diaken/Pengajar, BPPJ/UPPMJ: (sebutkan) Pengurus Kat/Fung: (sebutkan) Anggota Sidi Jemaat. : Bersedia Tidak Bersedia menjadi anggota Panitia Pemilihan Anggota Majelis Sinode di Klasis. Demikian pernyataan ini saya tandatangani dengan sukacita, dalam kesadaran, dan tanggung jawab iman, tanpa paksaan dan tekanan dari pihak mana pun, dan kiranya surat pernyataan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tuhan Yesus Memberkati., (tanggal, bulan, tahun) Pembuat Pernyataan (nama lengkap dan tanda tangan) Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 84

Lampiran Peraturan 2: FORMULIR KESEDIAAN PENCALONAN ANGGOTA MAJELIS SINODE Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama Lengkap : Umur : Anggota Jemaat : Jabatan dalam Jemaat (periode sedang berjalan) : Pendeta, Penatua/Diaken/Pengajar, BPPJ/UPPMJ: (sebutkan) Pengurus Kat/Fung: (sebutkan) Anggota Sidi Jemaat. Pengalaman Jabatan (Periode sebelumnya) Dengan ini menyatakan : Pendeta, Penatua/Diaken/Pengajar, BPPJ/UPPMJ: (sebutkan) Pengurus Kat/Fung: (sebutkan) Anggota Sidi Jemaat. : Bersedia Tidak Bersedia Dicalonkan sebagai Anggota Majelis Sinode untuk Jabatan. Demikian pernyataan ini saya tandatangani dengan sukacita, dalam kesadaran, dan tanggung jawab iman, tanpa paksaan dan tekanan dari pihak mana pun, dan kiranya surat pernyataan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tuhan Yesus Memberkati., (tanggal, bulan, tahun) Pembuat Pernyataan (nama lengkap dan tanda tangan) Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 85

Lampiran Peraturan 3 FORMULIR PENJARINGAN BAKAL CALON ANGGOTA MAJELIS SINODE Persidangan Klasis (nama klasis) berdasarkan Keputusan Persidangan Klasis Nomor: /KEP/PK-GMIT/., yang dilaksanakan pada Hari/tanggal:, memutuskan usulan bakal calon anggota majelis sinode adalah sebagai berikut: Usulan Bakal Calon Anggota Majelis Sinode (satu nama untuk setiap jabatan) 1. Ketua : 2. Wakil Ketua : 3. Sekretaris : 4. Wakil Sekretaris 5. Bendahara : 6. Anggota Bidang Politik : Bidang Pendidikan : Bidang Hukum : Bidang Ekonomi : Demikian surat keputusan pengusulan bakal calon anggota majelis sinode ini diputuskan dan ditandatangani dengan sukacita, dalam kesadaran, dan tanggung jawab iman, tanpa paksaan dan tekanan dari pihak mana pun, dan kiranya surat pengusulan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tuhan Yesus Memberkati. MAJELIS KETUA PERSIDANGAN (nama lengkap dan tanda tangan) (nama lengkap dan tanda tangan) SEKRETARIS (nama lengkap dan tanda tangan) (nama lengkap dan tanda tangan) Catatan: Formulir ini dilampirkan dengan lembaran Persyaratan Calon Anggota Majelis Sinode. Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 86

Peraturan Pemilihan Anggota Majelis Sinode 87