BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Miftahul Rohmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

PENGARUH LATIHAN SENAM YOGA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANJUT USIA (LANSIA)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan tingkat pendapatan semakin meningkat. Salah satu penanda

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, ada yang berlari, berjalan, bersepeda, bermain sepak bola, atau

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara duduk atau berdiri, ditambah dengan daya tarik gravitasi telah

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. dan diakhiri dengan proses persalinan (Patriasari, 2009). Ibu hamil mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

MENGATUR POLA HIDUP SEHAT DENGAN DIET

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di zaman era globalisasi ini manusia jarang memperhatikan kesehatannya, dengan banyaknya aktifitas sehari-hari yang padat khususnya jarang memperhatikan kesehatan pola tidur. Menurut Lanywati (2001) dalam Asriadi, Fajriansi, Darwis (2014, hlm. 763) Manusia setiap harinya membutuhkan kurang lebih tidur selama 6-8 jam. Masalah yang sering dialami manusia adalah gejala insomnia atau masalah susah tidur. Menurut Setiyo,P (2007) dalam Wulandari. A, Kepel. B.J, dan Rompas, S.S (2015, hlm. 2) menyatakan bahwa Tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (Natural Healing Mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga metabolisme dan biokimiaki tubuh. Hal ini membuat tubuh menjadi segar dan bugar dengan tidur yang cukup. Insomnia atau gangguan tidur sering dialami oleh manusia. Menurut Lumbantobing (2008) dalam Hermayudi (2012, hlm. 6) Insomnia adalah suatu keadaan seseorang dengan kualitas dan kuantitas tidur yang kurang. Seseorang yang mengalami insomnia tidak bisa merasakan tidur yang nyenyak. Dan keadaan ini bisa berlangsung sepanjang malam dalam tempo berhari-hari, berminggu-minggu atau lebih. Menurut Dewi Arysta dan Ayu (2013, hlm. 4) menyatakan bahwa Gangguan tidur atau insomnia dapat menyerang semua golongan usia termasuk lanjut usia (lansia). Lanjut usia (Lansia) adalah usia 60 tahun ke atas sesuai dengan devinisi World Health Organization (WHO) yang terdiri dari, usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat lanjut (very old) di atas 90 tahun. (WHO, 2009). Menurut Hurlock (1980) dalam Erliana, E., Haroen, A., Susanti, R.D (2009, hlm. 1) Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentan kehidupan seseorang, dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap. 1

2 Berdasarkan sensus penduduk diperoleh data bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia menjadi 18,2 juta jiwa (8,2%) dan pada tahun 2015 menjadi 24,4 juta jiwa (10%). Sedangkan menurut profil kesehatan Jawa Barat tahun 2001 harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi pada 1980. Maka abad 21 merupakan abad lansia (era of population egeing), karena pertumbuhan lansia di Indonesia akan lebih cepat dibandingkan dengan Negaranegara lain. Menurut Lueckenotte (1996) dalam Erliana, E., Haroen, A., Susanti, R.D (2009, hlm. 2) Kebutuhan dasar yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan oksigen dan cairan elektrolit, nutrisi, eleminasi, seksualitas, aktivitas dan olahraga, keamaan serta kebutuhan tidur dan istirahat. Menurut Kaplan dan Sadock (1997) dalam Erliana, E., Haroen, A., Susanti, R.D (2009, hlm. 2) akan tetapi kebutuhan dasar yang sering tidak disadari peranannya adalah kebutuhan tidur. Hal tersebut dikarenakan oleh akibat yang timbul dari tidak ada kuatnya kebutuhan tidur secara perlahan, yaitu baru terasa jika sudah terjadi pada kerusakan fungsi otot dan otak, oleh karena itu dalam penelitian ini akan di fokuskan pada kebutuhan tidur. Survey yang dilakukan oleh National Institut of Healt di Amerika Serikat menyebutkan bahwa pada tahun 1970, total penduduk yang mengalami insomnia 17% dari populasi, presentase penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh lansia, dimana 1dari 4 pada usia 60 tahun mengalami sulit tidur yang serius (Copra, 1994 dalam Purwanto, 2007 yang dikutip oleh Erliana, E., Haroen, A., Susanti, R.D, 2009, hlm.2) Berkenan dengan hal di atas, penyembuhan terhadap insomnia sangat dibutuhkan. Banyak cara instan dalam penyembuhan insomnia yaitu dengan mengkonsumsi obat tidur. Menurut Purwanto (2007) dalam Erliana, E., Haroen, A., Susanti, R.D (2009, hlm. 2) Pemakaian obat tidur dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping, kecanduan dan bila overdosis dapat membahayakan pemakainya. Cara instan seperti itu sangat berbahaya sekali apalagi bila lansia yang memakainya. Banyak cara lain yang mudah dan baik untuk menyembuhkan insomnia yaitu dengan cara relaksasi. Relaksasi adalah teknik yang merupakan perilaku pertama kali dikenalkan oleh Edmund Jacobson, seorang Psikologi dari Chicago,

3 Amerika Serikat yang mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan dan kecemasan. Banyak beberapa metode relaksasi bisa dengan pemanasan, senam pernapasan, yoga, dan massage atau pijat relaksasi. Dari uraian diatas peneliti tertarik meneliti tentang manfaat latihan yoga dalam mengobati insomnia khususnya terhadap lansia. Lansia dalam menjaga kesehatan tubuhnya perlu melakukan olahraga dengan olahraga yang bersifat kesehatan dan menjaga kebugaran tubuhnya. Dikatakan olahraga kesehatan adalah olahraga yang cocok untuk lansia karena pada olahraga kesehatan tidak boleh mengandung gerakan yang bersifat explosive maxsimal dan emotional sehingga tidak boleh ada unsur kompetisi didalamnya. Jenis olahraga yang sesuai bagi lansia yaitu olahraga yang sifatnya aerobik seperti jalan kaki, sepeda santai, berenang, yoga dan salah satunya ialah senam. Menurut Lebang, Erikar (2010, hlm. 1) Yoga adalah aktivitas yang secara mata mampu menggabungkan unsur psikologis-fisiologis, sementara aktivitas lainnya mayoritas lebih memiliki efek pada unsur fisik luar semata. Sedangkan Menurut Shindu, Pujiastuti (2014, hlm. 15) Yoga adalah panduan hidup menuju kesehatan, kedamaian pikiran, dan kebahagiaan. Bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Sayangnya, hal ini belum banyak disadari. Tak sedikit pula yang menganggap yoga adalah sebuah gaya hidup yang eksklusif dan hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu. Maka dari itu yoga cocok untuk siapa saja terutama terhadap lansia. Olahraga ini sangat berguna untuk melatih otot, ketangkasan dan flexibilitas serta banyak manfaat lainya dan juga bisa menyembuhkan stress, depresi, insomnia dan masih banyak lainnya. Untuk itu peneliti bertujuan untuk meneliti tingkat insomnia pada lansia dengan terapi latihan senam yoga dengan metode penelitian menggunakan ex-postfacto dan dengan design penelitian menggunakan kausal komperatif. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut, maka penulis berniat melakukan sebuah pembuktian melalui penelitian yang berjudul Pengaruh Latihan Senam Yoga Terhadap Insomnia Lansia dengan rumusan masalah sebagai berikut:

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian kali ini yaitu: 1. Bagaimana gambaran insomnia sesudah melakukan latihan yoga terhadap lansia? 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yoga dengan kelompok non yoga dalam insomnia lansia? 3. Apakah terdapat pengaruh kelompok yoga terhadap insomnia lansia? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Ingin mengetahui gambaran insomnia sesudah melakukan latihan yoga terhadap lansia. 2. Ingin mengetahui perbedaan yang signifikan antara kelompok yoga dengan kelompok non yoga dalam insomnia lansia. 3. Ingin mengetahui pengaruh kelompok yoga terhadap insomnia lansia. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini penting, diadakannya penelitian ini bermanfaat untuk memberikan data yang ilmiah mengenai Insomnia dengan menggunakan latihan Yoga. Jika penelitian ini tidak dilakukan maka masyarakat khususnya yang penderita insomnia kurang memiliki kesadaran akan pentingnya melakukan aktivitas olahraga khususnya dalam yoga. Secara praktis manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut : 1. Manfaat bagi peneliti insomnia. Memperoleh gambaran tentang pengaruh latihan yoga terhadap penderita 2. Manfaat bagi penderita insomnia a. Secara umum 1) Bagi masyarakat yang memiliki tidur yang baik maka olahraga ini diharapkan mampu meningkatkan kesehatannya dan menjaga pola tidurnya.

5 2) Bagi masyarakat yang tergolong memiliki resiko tinggi dalam insomnia olahraga ini diharapkan mampu mencegah atau mengurangi agar tidak mengalami insomnia berat. b. Secara khusus Olahraga yoga ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan bagi tubuh, pikiran dan juga pola tidur. 3. Manfaat bagi lembaga dan pihak pengambil kebijakan Membantu menjalankan program dinas kesehatan dalam proses promosi kesehatan di masyarakat umum dan khususnya penderita insomnia agar kualitas hidup dan pola tidur menjadi baik, khususnya melalui Latihan Yoga. Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984). 4. Manfaat bagi masyarakat umum Membangkitkan perhatian semua pihak yang ada hubungannya dengan perkembangan olahraga, bagi semua orang agar menjaga pola hidup aktif dan bugar untuk lebih memasyarakatkan olahraga senam, khususnya dalam bidang olahraga Yoga. E. Struktur Organisasi Skripsi 1. Bab I Pendahuluan Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisikan tentang alasan peneliti mengambil judul Pengaruh Latihan Senam Yoga Terhadap Insomnia Lansia, sehingga ditentukanlah beberapa rumusan masalah. Dijelaskan pula mengenai tujuan dilakukannya penelitian dan manfaat penelitian baik itu manfaat dalam prosesnya ataupun manfaat dari hasil akhir penelitian. Adapun urutan penulisannya adalah sebagai berikut : a) Latar belakang masalah b) Rumusan masalah penelitian c) Tujuan penelitian d) Manfaat penelitian

6 e) Stuktur organisasi skripsi 2. BAB II Kajian pustaka Bab II menjelaskan secara mendalam mengenai teori-teori, konsep-konsep dalam bidang yang dikaji ditambah dengan penelitian terdahulu yang mendukung bidang yang diteliti. 3. BAB III: Metode penelitian Bab III menjelaskan mengenai perencanaan alur penelitian. Mulai dari pendekatan seperti apa yang diterapkan dalam penelitian, instrumen apa yang digunakan, bagaimana langkah-langkah dalam menganalisis data. Adapun urutan penulisannya sebagai berikut: a) Desain penelitian b) Partisipan c) Populasi dan sampel d) Instrumen penelitian e) Prosedur penelitian f) Analisis data 4. BAB IV: Temuan dan pembahasan Bab IV berisikan mengenai temuan-temuan penelitian menurut hasil pengolahan dan analisis data. Selain itu diurakan pula mengenai pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnnya. 5. BAB V : Simpulan Dalam bab V ini berisikan simpulan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian disertai rincian implikasi beserta rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, peneliti berikutnya dan kepada pemecah masalah di lapangan dari hasil penelitian.