BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Like Monisa (2012) Menurut Tri & Ferry (2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. perusahaan. Kinerja keuangan merupakan suatu hasil pelaporan yang menunjukkan kondisi serta

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sedangkan tujuan jangka panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pesatnya perkembangan dunia bisnis menyebabkan perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya (Fenandar, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari sebuah kegiatan manajemen di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut harus menerapkan prinsip good corporate. governance. Prabaningrat dan Widanaputra (2015) dalam Luhwulan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

8 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang terjadi dalam sebuah perusahaan. Di dalam laporan keuangan setiap transaksi yang terjadi di perusahaan dicatat, dikasifikasikan, diikhtisarkan yang pada akhirnya laporan keuangan ini dapat memberikan informasi mengenai profitabilitas dan risiko dari aliran kas yang dihasilkan perusahaan. Informasi tersebut akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan seperti manajemen dan pemegang saham. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan, berikut pengertian laporan keuangan menurut Harahap (2013 :105) yaitu : Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil suatu usaha perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan diharapkan memberikan informasi mengenai profitabilitas yang dibutuhkan oleh banyak pihak yang berkepentingan mulai dari investor, pemegang saham, dan manajemen perusahaan itu sendiri. 2.1.2 Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan dibuat untuk memaksimalkan informasi yang masih relatif sedikit menjadi informasi yang lebih luas dan akurat. Menurut Harahap (2013:190) pengertian analisis laporan keuangan adalah : Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Informasi yang diperoleh dari hubungan-hubungan ini memperdalam informasi dari data yang terdapat dalam laporan keuangan konvensional, sehingga lebih

9 bermanfaat bagi para pengambil keputusan. Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu. 2.2 Kinerja Keuangan perusahaan 2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan perusahaan disebut juga suatu penentuan yang mengukur mengenai baik buruknya perusahaan dalam prestasi kerja dapat dilihat dari kondisi keuangannya pada periode tertentu. Kondisi keuangan dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan. Menurut Fahmi (2012:2) pengertian kinerja keuangan adalah sebagai berikut: Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil atau prestasi yang dicapai perusahaan mengenai posisi keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan digunakan untuk melihat seberapa jauh hasil kerja dari pihak manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan yang dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. 2.3 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda, dimana pemilik modal menghendaki bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal, sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Dengan demikian, muncullah konflik kepentingan antara pemilik ( investor) dengan manajer (agent). Dimana, pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan kompensasinya.teori

10 keagenan (agency theory) memunculkan argumentasi terhadap adanya konflik antara pemilik yaitu pemegang saham dengan para manajer. Kepemilikan diwakili oleh investor mendelegasikan kewenangan kepada agen dalam hal ini manajer untuk mengelola kekayaan investor. Investor mempunyai harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor. Agency theory muncul berdasarkan adanya fenomena pemisahan antara pemilik perusahaan (pemegang saham/owner) dengan para manajer yang mengelola perusahaan. Sehubungan dengan teori keagenan, maka pihak yang paling berkepentingan terhadap kinerja manajemen adalah pemilik (shareholders). Maka dari itu dibentuklah dewan komisaris independen yang berfungsi untuk melakukan pengawasan dan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemilik untuk memastikan bahwa manajemen mengelola perusahaan dengan baik adalah dengan mekanisme corporate governance yang tepat. Dengan mekanisme corporate governance yang tepat diharapkan manajemen akan dapat memenuhi tanggung-jawabnya sehubungan dengan kepentingan pemilik. 2.4 Good Corporate Governance (GCG) 2.4.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) Perusahaan sebaiknya menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan perlu dipertahankan, salah satunya melalui tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance. Perusahaan yang go public sudah seharusnya menetapkan tata kelola yang baik untuk bisa bersaing dengan perusahaan luar negeri yang sudah lebih dulu menetapkan GCG. Good Corporate Governance merupakan serangkaian mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). Secara umum istilah Good Corporate Governance merupakan sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan, maupun ditinjau dari

11 nilai-nilai yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri (http://www.bpkp.go.id/dan/konten/229/good-corporate.bpkp). pengertian Good Corporate Governance menurut ( IICG,2013) menyatakan bahwa: Good Corporate Governance (GCG) merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberi nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan moral, etika, budaya dan aturan yang berlaku lainya. Sedangkan menurut Adrian Sutedi (2012:2) Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai berikut : Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholders. Dengan demikian dari beberapa definisi mengenai Good Corporate Governance diatas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan pihak stakeholders. 2.4.2 Aspek Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) Dalam penelitian ini aspek mekanisme Good Gorporate Governance terdiri dari tiga yaitu sebagai berikut : 1. Komisaris Independen Dewan komisaris merupakan dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepeda direktur Perseoran Terbatas (PT). Dalam dewan komisaris terdapat jabatan komisaris independen yaitu anggota dewan komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung dengan organisasi tersebut, dan tidak mewakili pemegang saham. Dewan komisaris sebagai puncak sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama

12 dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), perusahaan yang tercatat wajib memiliki komisaris independen. Pasal 1 Peraturan Bank Indonesia tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia nomor 11/3/PBI/2009 tentang Good Corporate Governance menyatakan bahwa komisaris independen adalah sebagai berikut : Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, saham, dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi, dan/atau PSP atau hubungan dengan Bank, yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. komisaris independen dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut : Komisaris independen = x 100 % 2. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan. Manajer dalam hal ini memegang peranan penting karena manajer melasanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan serta pengambilan keputusan. Untuk gambaran lebih jelas berikut pengertian manajerial menurut (Diyah dan Eman,2009) sebagai berikut : Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Biasanya manajer lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi tersebut. Dengan adanya manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa kinerja perusahaan meningkat

13 sebagai akibat manajemen meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan. Menurut Herman Darwis (2009) pengertian manajerial adalah sebagai barikut : Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Menurut Herman Darwis (2009) manajerial dapat diukur sebagai berikut : Kepemilikan Manajerial = x 100 % 3. Kepemilikan Institusional Dalam hubungannya dengan fungsi monitoring, investor intitusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Kepemilikan institusional mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Pengertian institusional yang dikemukaan oleh Herman Darwis (2009) bahwa : Pemegang saham dari pihak institusi seperti bank, lembaga asuransi, perusahaan investasi dan institusi lainnya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa institusional adalah saham perusahaan oleh institusi lain. Menurut Herman Darwis (2012) institusional dapat diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh institusi. Kepemilikan Institusional = x 100 %

14 2.4.3 Unsur-unsur Good Corporate Governace (GCG) Menurut Adrian Sutedi (2012:4) Unsur-unsur Good Corporate Governance secara umum adalah sebagai berikut : 1) Fairness (keadilan), menjamin perlindungan hak para pemegang saham dan menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. 2) Transparancy (transparansi), mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan, yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan perusahaan. 3) Accountability (akuntabilitas), menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbang kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris. Responsibility (pertanggungjawaban), memastikan dipatuhinya peraturanperaturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya nilai-nilai sosial. 2.5 Analisis Rasio Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Misalnya antara utang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Tujuannya kita dapat melihat secara cepat dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

15 2.5.1 Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Informasi ini diperlukan untuk mengevaluasi kinerja yang dicapai manajemen perusahaan di masa yang lalu, dan juga untuk bahan pertimbangan dalam menyusun rencana perusahaan ke depan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Menurut Hanafi (2012 :36) ada lima jenis rasio keuangan yang sering digunakan: 1) Rasio likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. 2) Rasio aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya dengan efisien. 3) Rasio utang/leverage Rasio utang/ leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi total kewajibannya. 4) Rasio keuntungan/profitabilitas Rasio keuntungan/profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit atau laba. 5) Rasio pasar Rasio pasar adalah rasio yang mengukur prestasi pasar relative terhadap nilai buku, pendapatan, atau dividen. 2.5.2 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mencapai laba. Profit merupakan hasil kebijakan manajemen, maka

16 kinerja perusahaan dapat dilihat dari profit perusahaan. Adapun pengertian rasio profitabilitas yaitu, adalah : Menurut Harahap (2013: 304) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan. Alat-alat analisis yang sering digunakan untuk analisis profitabilitas adalah rasio profitabilitas Return on Asset (ROA). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari laba atau keuntungan. 2.5.3 Return on Asset (ROA) Menurut Sudana (2011:21) Return on Asset (ROA) menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya. Sedangkan menurut Harahap (2013:305) semakin besar ROA, berarti bahwa aktiva lebih cepat berputar untuk meraih laba. Dalam penelitian ini penulis menggunakan ukuran kinerja profitabilitas berupa Return on Assets (ROA). Berikut ini rumus untuk menghitung beberapa ukuran kinerja tersebut diatas menurut Sudana (2011:21) : Return on Asset (ROA) = x100%

17 2.6 Hubungan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional dengan Return on Asset (ROA) Dalam implementasi Good Corporate Governance keberadaan komisaris independen diharapkan tidak hanya menjadi pelengkap, karena lemahnya pengawasan terhadap manajemen diindikasikan sebagai salah satu penyebab buruknya kinerja keuangan suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan, karena dengan meningkatkan manajerial maka kedudukan manajer dan pemegang saham akan sejajar sehingga manajemen akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Sama halnya dengan institusional yang juga dianggap meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena memberikan pengawasan aktif karena pihak institusi memiliki proporsi saham yang cukup tinggi. Kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari profitabilitas dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Untuk menentukan baik atau buruknya suatu kinerja perusahaan, diperlukan suatu pengukuran terhadap kinerja keuangan. Salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan adalah dengan menggunakan Return On Assets (ROA). Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik kinerja suatu perusahaan. Hal tersebut dikarenakan Return On Assets (ROA) yang tinggi membuat perusahaan berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Selain itu, alasan penggunaan Return On Assets (ROA) sebagai alat ukur kinerja dalam penelitian ini adalah karena menurut Darmawati (2005) perusahaan yang memiliki aktiva yang besar cenderung lebih ketat dalam menerapkan Good Corporate Governance. 2.7 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Return on Asset (ROA) Perusahaan Menurut Rachmad (2012), Dewan komisaris independen merupakan komisaris yang tidak ada hubungan keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun pemegang saham. Perusahaan yang sudah melakukan GCG diwajibkan untuk

18 mempunyai dewan komisaris independen. Hubungan antara komisaris independen dengan profitabilitas juga didukung oleh perspektif bahwa dengan adanya komisaris independen diharapkan dapat memberikan fungsi pengawasan terhadap perusahaan secara objektif dan independen, menjamin pengelolaan yang bersih dan sehatnya operasi perusahaan sehingga dapat mendukung kinerja perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimum. Tetty Sulestiyo (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi Komisaris Independen akan semakin meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan. Dewan Komisaris independen memegang peranan penting karena dewan komisaris independen merupakan inti dari corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Maka dengan semakin tingginya persentase dewan komisaris independen tentunya akan semakin meningkatkan kinerja dan profit (ROA) perusahaan yang bersangkutan. 2.8 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Return on Asset (ROA) Perusahaan Melalui manajerial, pemilik atau pemegang saham mengharapkan agar manajer bekerja dengan hati-hati dalam mengelola perusahaan untuk mencapai kinerja perusahaan yang baik. Bagi pemilik atau pemegang saham dengan manajerial maka manajer dapat dikontrol agar mereka tidak mengambil kebijkan dengan risiko yang tinggi yang dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Semakin besar proporsi manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Mirawati (2013) menyatakan bahwa Semakin besar saham manajerial dalam perusahaan akan memotivasi manajemen agar berusaha meningkatkan kinerja dan meningkatkan laba atau profitabilitas (ROA) perusahaan untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri.

19 2.9 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Return on Asset (ROA) Perusahaan Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Institusional ownership berfungsi sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar. Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih hati-hati dalam menjalankan aktifitas perusahaan. Hal ini berarti bahwa manajer dituntut untuk selalu menunjukkan kinerja yang baik kepada para pemegang saham. Semakin tinggi institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Arum dan Komala (2010) menyatakan bahwa dengan adanya institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan. Selain itu pengawasan yang baik dari pihak institusi akan mengurangi biaya agensi sehingga tidak akan mengurangi laba bersih (ROA) perusahaan. 2.10 Kerangkan Pemikiran Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kinerja perusahaan dan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Menurut Windah (2013) kinerja perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain terkonsentrasinya serta pengungkapan laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Laporan keuangan tersebut bermanfaat untuk membantu investor, kreditor, dan calon investor dalam rangka membuat keputusan investasi, analisis saham serta menentukan prospek perusahaan di masa yang akan datang.

20 Good Corporate Governance (GCG) dikatakan dapat menciptakan nilai tambah karena dengan menerapkan Good Corporate Governance, diharapkan perusahaan akan memiliki kinerja yang baik sehingga dapat menciptakan nilai tambah dan dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham. Kesuksesan suatu perusahaan banyak ditentukan oleh karakteristik strategis dan manajerial perusahaan tersebut. Strategi tersebut diantaranya juga mencakup strategi penerapan sistem Good Corporate Governance dalam perusahaan. Mekanisme corporate governance meliputi komisaris independen, manajerial, dan institusional. Mekanisme corporate governance ini akan meningkatkan pengawasan bagi perusahaan, sehingga melalui pengawasan tersebut diharapkan kinerja perusahaan akan lebih baik dan dapat menghasilkan laba yang tinggi. Dengan meningkatnya kinerja perusahaan maka investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini mekanisme Good Corporate Governance diproksikan dengan komisaris independen, manajerial dan institusional diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Selanjutnya adalah hubungan antara komposisi komisaris independen, manajerial dan institusional terhadap profitabilitas perusahaan. Dalam dewan komisaris terdapat jabatan komisaris independen yaitu merupakan proporsi anggota dewan komisaris independen yang ada di dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris independen yang semakin banyak menandakan bahwa dewan komisaris yang melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan semakin baik dan tidak mewakili pemegang saham. Jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan efisien. Kepemilikan manajerial dan proporsi dewan komisaris sebagai proksi Good Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena manajerial dapat memotivasi manajer untuk bertindak hati-hati dalam setiap pengambilan keputusan dan menciptakan kinerja perusahaan yang optimal. Menurut Melia & Yulius (2015) manajemen dalam sebuah perusahaan, dapat

21 meningkatkan motivasi manajemen untuk bekerja lebih baik dalam meningkatkan kinerja perusahaan, untuk itu manajerial dipandang sebagai alat untuk menyatukan kepentingan manajemen dengan pemilik. Dengan demikian manajemen akan mendorong manajer untuk selalu menunjukkan kinerja yang baik dihadapan para pemegang saham. Selain itu adanya oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi dan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer Arum & Komala (2010). Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Dengan meningkatnya institusional, diharapkan dapat memberikan tekanan agar perusahaan dapat terus menunjukan kinerja yang baik sesuai yang diharapkan investor institusional. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Terdapat Pengaruh yang Signifikan pada Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Return on Asset Perusahaan pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

22 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Sumber : dibuat oleh peneliti, 2014

23 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan dijelaskan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan berbeda, maka dapat dijadikan referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan penelitian terhadulu : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis 1 Pengaruh tingkat Independen : Regresi Linier pengungkapan : CSR Berganda CSR dan : Dewan komisaris Mekanisme GCG independen pada kinerja : Kepemilikan keuangan institusional perusahaan : Kepemilikan pertambangan manajerial I Wayan Dependen : Hendra & Eka Y : Kinerja keuangan Ardhani (2014) (ROA) 2 Pengaruh GCG & Independen : Regresi Linier Struktur : Proporsi Berganda komisaris independen terhadap kinerja : Kepemilikan Hasil Penelitian CSR dan manajerial terhadap kinerja keuangan (ROA) sedangkan dewan komisaris independen dan institusional tidak terhadap kinerja keuangan (ROA) Proporsi komisaris independen, institusional, dan

24 keuangan institusional perusahaan : Kepemilikan manajerial Lifinda &Widya manajerial (2014) Dependen : terhadap ROA : ROA sedangkan proporsi : ROE dewan komisaris independen dan institusional terhadap ROE tetapi manajerial tidak terhadap ROE 3 Pengaruh GCG & Independen : Regresi Dewan komisaris Leverage : Dewan direksi Berganda independen Terhadap : Dewan komisaris Profitabilitas Independen terhadap ROA Bank yang go : Kepemilikan sedangkan dewan public di Iinstitusional direksi, Indonesia periode : Kepemilikan 2009-2012 Manajerial institusional, Hamidah (2013) : Leverage Dependen : manajerial dan Y : ROA leverage tidak terhadap ROA

25 4 Pengaruh Independen : Regresi linier Komisaris mekanisme GCG : Komisaris berganda independen, terhadap kinerja independen perusahaan yang : institusional,dan terdaftar di institusional rasio hutang Jakatra Islamic : Rasio hutang Index tahun 2009- Dependen : terhadap ROA dan 2011 Faradillah : ROA ROE sedangkan Sulaiman (2013) : ROE terhadap return : Return tidak 5 Pengaruh struktur Independen : Regresi linier Kepemilikan asing : Kepemilikan asing berganda dan terhadap : Kepemilikan keluarga profitabilitas pemerintah perusahaan : terhadap ROA manufaktur di manajerial perusahaan Indonesia : sedangkan ( Yulius Ardhi institusional Wiranata,2013) : pemerintah, keluarga Dependen : manajerial dan Y : profitabilitas (ROA) institusional tidak terhadap ROA 6 Pengaruh Independen : Regresi Pemegang saham pemegang saham :pemegang saham linier institusi tidak institusi, institusi berganda

26 komisaris independen dan komite audit terhadap tingkat profitabilitas : komisaris independen : Komite Audit Dependen : Y : ROA perusahaan Tetty dan Imam (2012) 7 Pengaruh struktur Independen : & : Kepemilikan ukuran institusional perusahaan : Kepemilikan terhadap Manajerial profitabilitas pada : Ukuran perusahaan Perusahaan property & Dependen : realestate yang ROA terdaftar di BEI Mirawati (2013) Sumber : olahan peneliti 2014 Regresi linier berganda terhadap ROA sedangkan komisaris independen dan komite audit terhadap ROA Variabel institusional terhadap ROA sedangkan manajerial dan ukuran perusahaan tidak terhadap ROA