BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

2014 PENGARUH LAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP PEMIMPIN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Tujuan pendidikan berdasarkan di dalam tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur yang ada di sekolah dengan orang tua murid/masyarakat.

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berilmu sebagaimana termaktub dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun tentang Sistem pendidikan Nasional pada BAB 11 pasal 3 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. menengah.

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan informasi serta persaingan yang ketat di antara organisasiorganisasi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pendidikan adalah Sebagai pondasi dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya pendidikan dapat membangun potensi yang dimiliki oleh manusia dengan seutuhnya. Hal tersebut telah dirumuskan di dalam undangundang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Hal tersebut sejalan dengan visi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2010) yang tertuang dalam renstra 2005-2025, yakni Terselenggaranya layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif. Dan pada tahun 2005 mendatang, rencana strategis tersebut diarahkan kepada penguatan daya saing internasional. Ini berarti bahwa negeri ini sedang menyiapkan sumber daya manusianya agar mampu bersaing di dunia global. Pendidikan merupakan upaya untuk mempersiapkan peserta didik untuk mencapai kemanusiaannya yang mandiri bagi peranannya di masa yang akan datang (Engkoswara, 2002, hlm. 18). Dengan pendidikan dapat terjadi perubahan pada peserta didik sehingga mereka dapat mengurus diri, keluarga dan mengelola negaranya di masa yang akan datang dengan demikian pendidikan memiliki peran yang sangat penting terhadap kemajuan suatu bangsa dan negara. Bicara tentang pendidikan maka akan berbicara tentang sekolah, di mana sekolah merupakan lembaga yang melaksanakan pendidikan secara formal yang di 1

2 dalamnya terdapat fasilitas dan orang-orang yang mengelola pendidikan di sekolah diantaranya kepala sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan. Engkoswara (2002, hlm. 55) mendefinisikan sekolah sebagai berikut: Sekolah adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan dalam waktu yang sangat teratur, program yang sangat kaya dan sistematik, dilakukan oleh tenaga kependidikan yang professional dalam bidangnya dan dilengkapi fasilitas yang memadai. Sekolah pada dasarnya merupakan lembaga tempat di mana proses pembelajaran terjadi terutama dalam pemahaman konvensional, di mana belajar dilakukan oleh siswa dan guru berupaya untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai kompetensi-kompetensi yang diharapkan. Belajar dan pembelajaran siswa akan meningkat dan berkualitas apabila seluruh unsur dalam organisasi sekolah melakukan pembelajaran, sehingga kapasitas organisasi sekolah terusmenerus mengalami peningkatan dan perluasan kearah yang lebih baik dan produktif dalam konteks perubahan dewasa ini. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, sekolah menengah di hadapkan pada tantangan yang lebih serius, yakni mempersiapkan anak didiknya agar siap dan mampu bersaing dengan lingkungan global. Tuntutan tersebut mengharuskan sekolah mampu mencapai target yang diinginkan masyarakat dan pemerintah, yakni go iternasional sesuai dengan visi kementerian pendidikan dan kebudayaan 2025. Pencapaian target tersebut tentunya tak lepas dari peran kepala sekolah sebagai agen penggerak dan agen perubahan yang mampu menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi proses belajar mengajar sehingga mampu membawa sekolah pada tujuannya, atau dengan kata lain menjadi sekolah yang efektif. Efektivitas merupakan ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah dicapai. Menurut Aan dan Cepi (2005, hlm. 8) sekolah efektif adalah sekolah yang menetapkan keberhasilan pada input, proses, output, dan outcome yang ditandai dengan berkualitasnya komponen-

3 komponen sistem tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa efektivitas sekolah bukan sekedar pencapaian sasaran, tetapi berkaitan erat dengan persyaratan komponen-komponen sistem dengan mutu, dengan kata lain ditetapkan pengembangan mutu sekolah yang berkualitas. Kenyataannya yang terjadi kelulusan UN SMP di kota depok dikutip dari Koran TEMPO Sabtu, 23 Juni 2009 Bahwa kata Asep Roswanda, Kepala Dinas pendidikan Kota Depok hari ini. Menurut beliau, jumlah peserta ujian tahun ini sebanyak 14.512 siswa. Dari jumlah itu, yang tidak lulus ada 411 murid atau 3,36 persen. Peringkat tersebut naik dari tahun sebelumnya, di mana Depok berada di posisi ke-24 dari 25 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Dengan angka kelulusan 86,55 persen dari 13.507 jumlah peserta. Sedangkan dari 146 sekolah swasta ada 55 sekolah yang kelulusannya mencapai 100 persen. Dari pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok bahwa kelulusan UN sangat jauh dari apa yang diharapkan karena masih banyak sekolah yang tidak medapatkan kelulusan 100 persen khususnya di SMP Negeri yang dianggap memiliki siswa yang di atas rata-rata tetapi dari 18 sekolah hanya 4 sekolah yang lulus 100 persen. Serta menurut salah satu pengawas sekolah di depok mengatakan bahwa dalam PPDB di SMP Swasta di Depok masih menganut istilah menerima peserta didik sebanyak-banyaknya atau dengan kata lain lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas, sedangkan dalam proses belajar mengajar di SMP Swasta di depok masih banyak dilakukan di siang hari karena keterbatasan kelas, dalam satu lingkungan sekolah lebih dari satu unit sekolah sehingga tidak bisa dilaksanakan proses belajar mengajar secara bersamaan pada pagi hari, maka guru yang mengajar adalah guru yang bukan guru tetap atau guru yang mengajar lebih dari satu unit sekolah sehingga berdampak negatif pada proses belajar mengajar di siang hari. Dengan kondisi empirik tersebut maka perlu dikaji bagaimana efektivitas sekolah yang dilaksanakan. Peningkatan efektivitas sekolah sangat ditentukan oleh kinerja kepala sekolah. Dalam uraian Standar Kompetensi Kepala Sekolah (2007, hlm. 102)

4 dijelaskan bahwa kepala sekolah yang berkinerja baik diperlihatkan dalam kemampun manajemen kepala sekolah yang mampu: (a) menjabarkan sumber daya yang ada untuk menyediakan dukungan yang memadai bagi guru, bahan pelajaran, dan pemeliharaan fasilitas yang baik; (c) berkomunikasi secara teratur dengan staf, orang tua siswa, siswa dan masyarakat terkait. Dengan kata lain, bahwa efektivitas sekolah ditentukan oleh kepemimpinan manajerial kepala sekolah. Sehingga pemimpin mampu membentuk lingkungan sekolah menjadi lingkungan yang nyaman bagi seluruh warga sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan merupakan faktor yang paling penting dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola kantor, mengelola sarana dan prasarana sekolah, membina guru, atau mengelola kegiatan sekolah lainnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Apabila kepala sekolah mampu menggerakkan, memimbing, dan mengarahkan anggotanya secara tepat, segala kegiatan yang ada dalam organisasi sekolah akan bisa terlaksana secara efektif. Sebaliknya, bila tidak bisa menggerakkan anggota secara efektif, maka tidak akan bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh gambaran yang jelas, bagaimana peranan kepemimpinan dalam pengelolaan sekolah, maka perlu diuraikan tentang beberapa keterampilan utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Efektivitas sekolah dapat dilihat dari kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah yang diharapkan terdapat keterbukaan untuk mencapai keefektivitasan sekolah. Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sekolah, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi sekolah dalam mencapai keefektifitasan sekolah. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan pemimpin. Kepala sekolah sebagai pemimpin. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu

5 menimbulkan kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing serta memberikan bimbingan dan mengarahkan para bawahan serta memberikan dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan. Upaya unntuk meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan fungsi dan menjaga stabilitas iklim sekolah, diperlukan pemahaman dan penguasaan kompetensi yang diperlukan bahwa kepala sekolah memiliki kemampuan dan orientasi dalam kompetensi kepemimpinan dan manajerial di mana kepala sekolah memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengkomunikasikan, memotivasi, mengarahkan dan pengawasan serta tindak lanjut terhadap kegiatan sekolah Mencermati fenomena tersebut, penulis termotivasi untuk melakukan kajian dan penelitian untuk mencari informasi yang akurat dan objektif dalam rangka perbaikan yang lebih baik pada masa yang akan datang. Oleh karena itu judul penelitian diajukan adalah Pengaruh Perilaku kepemimpinan dan Iklim Sekolah terhadap Efektivitas Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Depok. B. Identifikasi Masalah Dengan memperhatikan uraian yang ada dalam latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dipandang perlu untuk melakukan pembatasan, baik secara operasional maupun kontekstual. Jaap Scheereens (2000. Hlm 44) merangkum 5 faktor yang sering muncul dalam SER (School Effectiveness Researchs) atau dengan kata lain 5 faktor yang mempunyai banyak kesamaan antara peneliti SER. Five factor model of school effectiveness: (1) Strong educational leadership, (2) Emphasis on the acquiring of basic skills (curriculum), (3) an orderly climate and secure environment, (4) high expectations of pupil attainment, (5) frequent assesement of pupil progress (Scheerens, 2000:44). 1) Faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Kuat. Studi mengenai kepemimpinan banyak dilakukan karena kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai

6 tujuan organisasi. Wahjosumidjo (2010, hlm. 15) menandaskan bahwa dengan amat besar sebelah seolah-olah kepemimpinan dipaksa menghadapi berbagai macam faktor seperti: struktur atau tatanan koalisi, kekuasaan dan lingkungan organisasi. Sebaliknya, kepemimpinan rasanya dapat dengan mudah menjadi atau alat penyelesaian yang luar biasa terhadap persoalan apa saja yang menimpa suatu organisasi. Dalam hal ini, kepemimpinnan dapat berperan di dalam melindungi beberapa isu pengaturan organisasi yang tidak tepat, seperti: distribusi kekuasaan yang menjadi penghalang tindakan yang efektif, kekurangan berbagai macam sumber, prosedur yang dianggap buruk (archaic procedure), dan lain sebagainya. 2) Faktor Kurikulum Komposisi pengetahuan dan atau keterampilan yang diajarkan di sekolah mampu mempengaruhi keberhasilan sekolah dengan menghasilkan outcomes yang bisa bersaing di era globalisasi (Scheerens, 2000, hlm. 50). Karena jika komposisinya tidak tepat atau bahkan kurikulumnya tidak berorientasi ke depan (ke era persaingan global), maka bisa dipastikan bahwa sekolah tersebut akan tertinggal jauh, apalagi ditambah dengan makin banyaknya sekolah-sekolah asing yang membuka sekolah di Indonesia. 3) Faktor Iklim Sekolah Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan, iklim sekolah telah terbukti memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa. Hasil tinjauan ulang yang dilakukan Anderson (Gunbayi, 2007, hlm. 2) terhadap 40 studi tentang iklim sekolah sepanjang tahun 1964 sampai dengan 1980), hampir lebih dari setengahnya menunjukkan bahwa komitmen guru yang tinggi, norma hubungan kelompok sebaya yang positif, kerjasama team, ekspektasi yang tinggi dari guru dan administrator, konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran, konsensus tentang kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran telah memberikan sumbangan yang berharga terhadap pencapaian hasil akademik siswa. 4) Faktor Ekspektasi yang tinggi terhadap prestasi siswa

7 Menurut Teddlie and Raynolds (2000, hlm. 136) Harapan yang tinggi dari para guru akan prestasi siswa mampu membuat ia berusaha keras memikirkan berbagai metode agar para siswanya dapat mencapai harapan semua pihak, terutama orang tua. Hal tersebut pada gilirannya akan memperkuat motivasi belajar siswa karena mereka belajar di bawah bimbingan seseorang yang yakin atas kemampuan mereka faktor evaluasi yang Berkelanjut. Menurut Scheerens (2000, hlm. 53), sekolah perlu mengadakan penilaian (assesement) yang berkelanjutan terhadap kemajuan para siswa agar hasilnya bisa dijadikan feedback bagi sekolah sebagai indikator sudah sejauh mana keberhasilan pengelolaannya. Dan memang hasil penilaian tersebut lah yang menjadi tolak ukur keefektifan sebuah sekolah. Jika dibuat dalam bagan mengenai faktor-faktor efektivitas yang telah disebutkan diatas dapat dilihat sebagai berikut: 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Kuat Kepala sekolah jarang melakukan supervisi Kepala sekolah jarang mengecek kehadiran guru 5. Evaluasi yang Berkelanjutan EFEKTIVITAS SEKOLAH 2. Kurikulum 4. Ekspektasi yang Tinggi Terhadap Prestasi Siswa Gambar 1.1 Faktor-faktor Efektivitas Sekolah Menurut Jaap Scheereens (2000, hlm. 44) 3. Iklim Sekolah Dengan menilik uraian identifikasi permasalahan diatas, maka secara operasional, permasalahannya dibatasi kepada faktor Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi. Pemilihan atas kedua aspek/variabel tersebut dikarenakan beberapa alasan. Pertama, perilaku seorang pemimpin kepala sekolah merupakan faktor penentu yang mempengaruhi lingkungan internal Tidak ada reward yang diberikan kepada guru Kurang adanya keteraturan dan kedisiplinan

8 sekolah yang pada gilirannya mampu menentukan keberhasilan sebuah sekolah. Kedua, proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar jika berada dalam iklim yang kondusif, dimana hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan koleganya, serta guru dengan murid terjalin harmonis (hangat) C. Rumusan Masalah Dengan latar belakang masalah sebagaimana dikemukakan tersebut, penulis dapat menguraikan rumusan masalah yaitu: Bagaimana Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Sekolah Terhadap Efektivitas Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Depok? Rumusan masalah tersebut kemudian diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? 2. Bagaimana iklim sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? 3. Bagaimana efektivitas sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? 4. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap efektivitas sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? 5. Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? 6. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan dan iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah di Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Depok. 2. Tujuan khusus

9 a. Terdeskripsikannya perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SMP swasta di Kota Depok? b. Terdeskripsikannya iklim sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? c. Teridentifikasinya efektivitas sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? d. Teranalisisnya perilaku perilaku kepemimpinan terhadap efektivitas sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? e. Teranalisisnya iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? f. Teranalisisnya perilaku kepemimpinan dan iklim sekolah terhadap efektivitas sekolah pada SMP Swasta di Kota Depok? E. Manfaat Penelitian a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pengambil kebijakan dalam merencanakan, melaksanakan, menempatkan, melakukan pengawasan serta mengevaluasi praktek perilaku kepemimpinan kepala sekolah serta bagaimana penciptaan iklim organisasi yang kondusif sehingga berkontribusi positif terhadap pembangunan sekolah efektif. b. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan juga sebagai informasi atau acuan dan sekaligus memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian khususnya dalam bidang penerapan dan pengembangan konsep sekolah efektif. F. Sistematika Penulisan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang penelitian, indentifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian

10 Kajian pustaka ini berisi tentang konsep efektivitas sekolah, kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah. Bab III Metodologi Penelitian. Metodologi penelitian ini terdiri dari metode dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, operasionalisasi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Hasil penelitian terdiri atas analisis data deskriptif keseluruhan, analisis data setiap sekolah, uji hipotesis dan interpretasi hasil analisis data. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Kesimpulan diambil berdasarkan apa yang telah dibahas pada bab IV dan rekomendasi yang berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya.