BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nisa Nur Aeni, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Amellya Nisfiatin Barroroh, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, budaya serta nilai-nilai yang positif yang ada dari satu generasi ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pratiwi Tristiyani, 2014 Pendapat peserta didik tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam perkembangan karir individu. Melalui pendidikan individu dapat mewujudkan cita-cita dan mencapai kehidupan yang bermakna, baik bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 2). Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya terbatas pada jumlah peserta didik atau personel yang terlibat, tetapi juga pada proses penyelenggaraannya dalam membangun pribadi yang kompeten dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Demi terciptanya tujuan pendidikan nasional, maka peserta didik harus mendapatkan pembinaan, yakni bimbingan dan konseling. Tujuan dari pembinaan ini yaitu untuk menghasilkan perkembangan yang optimum dari setiap individu (peserta didik) sesuai dengan kemampuan, minat, dan nilai-nilai yang dianutnya masing-masing agar dapat menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Kartadinata (1998: 3) mengartikan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Implementasi bimbingan dan konseling di sekolah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang dapat diklasifikasikan menjadi empat bidang, yaitu (1) bimbingan dan konseling akademik, (2) bimbingan dan konseling pribadi, (3) bimbingan dan konseling sosial, dan (4) bimbingan dan konseling karir (Yusuf, 2009: 51).

2 Uraian di atas menunjukkan bahwa bimbingan karir merupakan salah satu layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik sebagai bagian integral dari program pendidikan, maka bimbingan karir wajib diberikan di sekolah karena bimbingan karir ini terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan peserta didik dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus berubah (Winkel dan Hastuti, 2012). Secara teori, apabila dilihat dari segi usianya, peserta didik sekolah menengah pertama (SMP) adalah individu-individu dalam masa awal remaja yang berusia kira-kira 13-16 tahun (Hurlock, 1991: 206). Hurlock (1991: 220) menyebutkan bahwa pada umumnya remaja muda suka mengeluh tentang sekolah. Namun, ada sebagian besar remaja muda dapat menyesuaikan diri dengan baik di sekolah, baik dengan masalah akademik maupun sosial dan diamdiam mereka menyukainya. Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan. Para remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya mereka lebih menaruh minat pada pelajaranpelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya. Jika dilihat dari teori perkembangan karir menurut Super, maka peserta didik SMP berada pada tahap perkembangan (growth). Tahap ini dimulai dari lahir sampai usia kurang lebih 15 tahun, di mana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan kebutuhan yang dipadukan dalam struktur konsep diri (self concept structure) (Winkel dan Hastuti, 2012: 632). Konsep diri tersebut berkembang melalui proses identifikasi terhadap sosok kunci (key figures) dilingkungan keluarga dan sekolah. Pada perkembangan ini terdapat tahap kapasitas (13 14 tahun) yang ditandai dengan pertimbangan bertambahnya bobot kemampuan, persyaratan, dan latihan karir (Sharf, 1992: 122-123). Oleh sebab itu, maka kompetensi karir seorang anak dapat dikatakan penting.

3 Oleh sebab itu, pengenalan karir di usia remaja SMP amatlah penting karena dapat memberikan kontribusi besar dalam perjalanan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mengetahui kompetensi karirnya guna menentukan karir yang dipilihnya kelak. Namun, pada umumnya persiapan menentukan karir baru dilakukan setelah lulus sekolah menengah atas (SMA) atau bahkan setelah kuliah. Padahal sejak peserta didik lulus SMP sudah dihadapkan pada pilihan sekolah untuk masuk ke satuan SMA atau sekolah menengah kejuruan (SMK) yang mengarahkan pada bidang tertentu. Artinya, jika terjadi salah pilih jurusan maka akibatnya fatal. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pilihan yang dibuat peserta didik SMP saat memilih jenjang pendidikan mempunyai hubungan yang sangat kuat atau memberikan dampak jangka panjang dalam perkembangan pendidikan dan karir dikemudian hari. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Fathonah (2011) tentang kemampuan pembuatan keputusan karir peserta didik kelas XI di SMA Pasundan 8 menunjukkan bahwa profil kemampuan pembuatan keputusan karir peserta didik secara umum berada pada kategori sedang/cukup mampu pada setiap aspeknya (34-66%). Hasil penelitian Budiamin (2006) terhadap peserta didik SMA di Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa sebanyak 90% peserta didik menyatakan bingung memilih karir masa depan dan 70% peserta didik menyatakan rencana masa depan tergantung pada orang tua. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam mempersiapkan karirnya masih rendah, hal tersebut tampak dalam berbagai masalah baik yang berkaitan dalam pemilihan jenis studi lanjutan, pemilihan rencana pekerjaan, maupun yang berkaitan dengan ketidaksiapan para lulusan SMA dalam memasuki pendidikan lanjutan atau dunia kerja. Sedangkan, kompetensi atau kemampuan dipertimbangkan dalam keputusan pilihan karir. Hasil penelitian Lestari (2012) tentang profil merupakan hal yang perlu dan penting untuk umum kompetensi karir peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Bandung menunjukkan bahwa 33 peserta didik (21%) berada pada katagori kompeten, sebanyak 100 peserta didik (64%)

4 berada pada katagori cukup kompeten, sebanyak 21 peserta didik (13%) berada pada katagori kurang kompeten. Hasil ini dapat dimaknai bahwa peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012 berada pada katagori cukup kompeten, dimana peserta didik cukup mampu dalam memahami diri, mengenal lingkungan, mempertimbangkan atas peluang, melakukan eksplorasi sumber informasi dan membuat perencanaan untuk memilih pendidikan lanjutan atau pekerjaan. Paparan di atas mengandung makna bahwa masa remaja adalah masa yang penting dan berpengaruh pada karir masa depan. Akan tetapi, kenyataannya masih banyak remaja yang mengalami kebingungan, ketidakpastian, dan stres dalam melakukan eksplorasi dan pemilihan karir (Santrock, 2003: 485). Berdasarkan fenomena dan hasil-hasil penelitian di atas terdapat kesamaan yaitu menggambarkan bahwa masih banyak remaja (SMA) yang mengalami kesulitan dalam mewujudkan karir masa depannya, dikarenakan kurangnya kemampuan atau kompetensi dalam karir. Jika kondisi ini dibiarkan tanpa tindakan yang tepat, maka peserta didik lulusan SMA akan semakin banyak lagi yang menjadi pengangguran dan pada saat bekerja tidak membuat dirinya berkembang, bahkan tidak ada bedanya dengan dengan lulusan SD atau SMP. Kasus di atas dapat dihindari atau diminimalisir apabila peserta didik memiliki kompetensi yang memadai dalam dunia karir. Maka dari itu, mereka sebaiknya mendapatkan bimbingan, terutama dalam bimbingan karir agar memperoleh pemahaman memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik tentang bakat, minat, cita-cita, berbagai kelebihan, serta kelemahan yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini tentu tidak cukup hanya dengan memahami diri. Namun, juga harus disertai dengan pemahaman akan kondisi yang ada di lingkungannya yang bertautan dengan dunia karir. Sehingga pada saatnya peserta didik dapat mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karir yang akan ditempuhnya nanti. Oleh karena itu, bimbingan karir sangat penting diberikan di jenjang menengah, yakni SMP. Bimbingan karir diperlukan di jenjang menengah, dengan asumsi bahwa perkembangan dan wawasan karir pada masa tersebut akan

5 berpengaruh pada perkembangan karir di masa selanjutnya. Di usia remaja awal seperti usia anak SMP, bimbingan karir harus telah diberikan agar peserta didik memiliki kompetensi pribadi baik dalam bidang akademik, pribadi-sosial, maupun karir yang berguna bagi pengembangan diri menuju masa selanjutnya. Jadi, pelaksanaan bimbingan karir hendaknya dilaksanakan secara berkelanjutan secara formal mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, namun orientasi bimbingan karir di sekolah dasar bukan pemilihan karir akan tetapi lebih berfokus pada diri dan kesadaran karir. B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Latar belakang di atas menggambarkan kurangnya kompetensi karir peserta didik sejak SMP yang ditunjukkan dengan kurangnya pemahaman diri, kurangnya sumber informasi, dan kurangnya perencanaan masa depan sehingga peserta didik kebingungan memilih karir, kurangnya kesiapan karir, dan tidak mempunyai keterampilan untuk bekerja, sehingga tidak siap dalam memutuskan karir. Fenomena tersebut mengisyaratkan bahwa bimbingan karir penting dilaksanakan. Program bimbingan sebagai bagian integral dari bimbingan dan konseling dapat membantu peserta didik SMP mengatasi permasalahan-permasalahan karir sehingga peserta didik memiliki kompetensi karir yang jelas dalam pemilihan karir dimasa depan. Berdasarkan paparan di atas, masalah utama penelitian ini adalah Bagaimana program bimbingan karir berdasarkan profil kompetensi karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Lembang? Rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Seperti apa profil kompetensi karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Lembang Tahun Ajaran 2012/2013? 2. Bagaimana rumusan program bimbingan karir berdasarkan profil kompetensi karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Lembang Tahun Ajaran 2012/2013 yang layak untuk diterapkan menurut pertimbangan pakar dan praktisi bimbingan dan konseling?

6 C. Penjelasan Istilah Pada rumusan masalah di atas, terdapat dua konsep utama yang harus dibatasi dan dijelaskan secara operasional, yaitu profil kompetensi karir peserta didik dan program bimbingan karir. 1. Kompetensi Karir McClelland & Boyatizis (1980) menyebutkan kompetensi ada dua jenis, yaitu essential competence dan differentiating competence. Essential competence merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang mudah untuk dikembangkan melalui latihan, sedangkan differentiating competence merupakan konsep diri, sifat, dan motif yg sulit untuk dikembangkan. Dengan demikian, kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, motif, sifat, citra diri, peran sosial, dan keterampilan yang menghasilkan kinerja yang unggul dalam pekerjaan (Azmi et al., 2009: 99). Greenhaus et al. (2000) menjelaskan bahwa kompetensi karir adalah pengetahuan dan sikap individu untuk memahami jenis pekerjaan yang diinginkan dalam membuat keputusan karir yang tepat. Greenhaus pun membagi lima kemampuan utama seorang individu dalam menentukan kesuksesan karir, yaitu 1) mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan dirinya dan dunia kerja; 2) mengembangkan minat, bakat, nilai-nilai dan gaya hidup yang disukai, serta pilihan pekerjaan, jabatan dan organisasi; 3) mengembangkan tujuan karir yang berdasarkan informasi; 4) mengembangkan dan menerapkan strategi yang dirancang untuk mencapai tujuan; dan 5) memperoleh hasil dari efektivitas strategi dan relevansi tujuan (Tubutiene, Vilma: 2010: 165). Kuijpers et al. (2006: 170) menjelaskan bahwa kompetensi karir terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1). kemampuan aktualisasi karir, realisasi karir secara nyata yang tercermin dalam peningkatan gaji dan kenaikan jabatan; 2). refleksi karir, meninjau kompetensi diri sendiri sehubungan dengan karir seseorang; 3). refleksi motivasi, meninjau diri dan nilai-nilai yang berhubungan dengan karir seseorang; 4). eksplorasi, orientasi terhadap pencocokan identitas diri dan kompetensi dengan nilai-nilai yang diperlukan dan kompetensi dalam situasi kerja

7 tertentu; 5). kontrol karir, kemampuan yang mengarahkan diri sendiri (mandiri) dalam proses belajar dan hasil kerja; dan 6). jaringan, menjalin hubungan dengan orang lain untuk membantu seseorang mencapai kesuksesan karir secara internal maupun eksternal dan dapat membantu memahami berbagai jalur karir. Haase (2007: 59) mendefinisikan kompetensi karir sebagai perilaku dan pengetahuan yang sangat penting dalam upaya mencapai karir yang diharapkan. Kompetensi-kompetensi itu adalah kemampuan yang bisa dipelajari dan menghasilkan kinerja yang efektif dalam manajemen karir seseorang. Kompetensi karir tidak bergantung pada kepribadian, dengan kata lain tidak menyertakan sifatsifat seperti motif, sifat, dan gambaran diri seseorang. Sebenarnya mereka lebih terfokus pada berapa banyak potensi yang seseorang sadari, menggambarkan perilaku dan pengetahuan yang ada. Supriatna (2010: 55) mengungkapkan bahwa kompetentesi karir merupakan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, kesiapan, dan keterampilan peserta didik dalam membuat keputusan karir. Pengetahuan yang menjadi dasar dalam membuat keputusan karir adalah pengetahuan mengenai tujuan hidup, diri sendiri, lingkungan, nilai-nilai, dunia kerja, dan pengetahuan tentang keputusan karir. Kesiapan membuat keputusan karir adalah kesanggupan individu untuk menentukan pilihan karir yang didasari oleh keyakinan dan keinginan. Keterampilan membuat keputusan karir merupakan alam tindakan nyata atau in action dalam membuat keuputusan karir. Jadi, pengetahuan dan kesiapan merupakan kemampuan potensial untuk membuat keputusan karir, sedangkan kemampuan aktualnya menjadikan peserta didik terampil membuat keputusan karir, sehingga peserta didik yang memiliki keterampilan dalam membuat keputusan karir akan menjadi individu yang lebih mandiri, luwes, kreatif, dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan karir. Berdasarkan beberapa pendapat di muka, yang dimaksud kompetensi karir adalah kemampuan individu dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Aspek pengetahuan ditunjukkan dengan pemahaman diri, pengenalan lingkungan, dan pertimbangan atas peluang dalam memilih pendidikan lanjutan dan pekerjaan.

8 Aspek sikap ditunjukkan dengan eksplorasi sumber informasi, perencanaan masa depan, keyakinan, dan tanggung jawab. Aspek keterampilan ditunjukkan dengan realisasi karir, pengelolaan diri dalam mengambil keputusan karir, dan menjalin hubungan dengan orang lain untuk mencapai kesuksesan karir. 2. Program Bimbingan Karir Program bimbingan karir merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling di sekolah (Winkel dan Hastuti, 2012). Maka untuk menjelaskan konsep program bimbingan karir, dijelaskan terlebih dahulu konsep program bimbingan dan konseling di sekolah. Program bimbingan dan konseling sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya (Suherman, 2007: 59). Menurut Suherman dan Sudrajat (1989), program merupakan rencana kegiatan yang disusun secara operasional dengan mempertimbangkan faktorfaktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya. Faktor-faktor itu berupa masukan yang terdiri atas aspek-aspek tujuan, jenis kegiatan, personel, waktu, teknik atau strategi, pelaksanaan, dan fasilitas lainnya. Winkel dan Hastuti (2012: 809) mengungkapkan bahwa program bimbingan ialah rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Para ahli di bidang bimbingan dan konseling, seperti Super (1951), Surya (1988), dan Gani (1996) menjelaskan bimbingan karir sebagai berikut. Super pada tahun 1951 (Supriatna, 2010: 10) mengungkapkan bimbingan karir sebagai suatu proses bantuan terhadap individu untuk menerima dan mengembangkan diri dan peranannya secara terpadu dalam dunia kerja, menguji konsepnya dengan realitas dan kepuasan bagi dirinya dan masyarakat. Surya (1988) menyatakan bahwa bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu untuk memecahkan masalah karir, memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya antara kemampuan dan

9 lingkungan hidupnya, memperoleh keberhasilan dan perwujudan diri dalam perjalanan hidup. Menurut Gani (1996: 11) bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap individu (peserta didik/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja. Merencanakan masa depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan atau karir yang dipilihnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa esensi dari program bimbingan karir adalah serangkaian kegiatan layanan bimbingan terhadap peserta didik agar dapat memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, menyesuaikan diri dengan lingkungannya (sekolah dan masyarakat), serta mampu menentukan pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan secara tepat dan bertanggungjawab. D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan program bimbingan karir berdasarkan profil kompetensi karir peserta didik SMP yang layak untuk diterapkan menurut pertimbangan pakar dan praktisi. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu mendeskripsikan : 1. Profil kompetensi karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Lembang Tahun Ajaran 2012/2013 2. Program bimbingan karir berdasarkan profil kompetensi karir peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Lembang Tahun Ajaran 2012/2013 yang layak untuk diterapkan menurut pertimbangan pakar dan praktisi.

10 E. Manfaat Penelitian Secara teoretis, hasil penelitian dapat memperkaya pengetahuan dalam mengembangkan program bimbingan karir di SMP sebagai dasar dalam membantu peserta didik untuk mengembangkan kompetensi karirnya. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 3 Lembang. Program bimbingan karir berdasarkan profil kompetensi karir pada peserta didik SMP dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan program bimbingan, sehingga layanan yang diberikan sesuai kondisi dan kebutuhan peserta didik. Instrumen kompetensi karir peserta didik dapat digunakan untuk menggambarkan kompetensi karir peserta didik SMP dalam melaksanakan analisis kebutuhan peserta didik. 2. Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Data kompetensi karir pada peserta didik SMP yang dihasilkan dapat menambah data empiris mengenai kompetensi karir peserta didik SMP dan program bimbingan yang dihasilkan dapat menambah referensi tentang program bimbingan untuk mengembangkan kompetensi karir peserta didik SMP. 3. Bagi peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian yang lebih dalam tentang kompetensi karir. Misalnya, dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi karir peserta didik. F. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang didasari oleh filsafat positivism yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol (Sukmadinata, N. S., 2007: 53). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini

11 atau saat yang lampau (Sukmadinata, N. S., 2007: 54). Metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan profil kompetensi karir peserta didik SMP sebagai dasar merumuskan program bimbingan karir. Kerangka alur penelitian ini divisualisasikan dalam Gambar 1.1. Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Studi Pendahuluan Perumusan Instrumen 1. Judgement kepada ahli & praktisi BK 2. Uji keterbacaan 3. Uji validitas & reliabilitas Penyebaran Instrumen Instrumen Terstandar Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Kompetensi Karir Peserta Didik SMP yang Layak untuk Diterapkan Judgement Rancangan Program Bimbingan Berdasarkan Profil Kompetensi Karir Peserta didik SMP Rancangan Program Bimbingan Berdasarkan Profil Kompetensi Karir Peserta Didik SMP Profil Kompetensi Karir Gambar 1.1 Kerangka Operasional Penelitian tentang Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Kompetensi Karir Peserta didik SMP