BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk ungkapan kehidupan atau pernyataan diri masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekarangaman warisan

2015 TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Gembyung merupakan salah satu kesenian yang bernuansa

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

2015 PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Ayu Yunuarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ARIF RAMDAN, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusumah Dwi Prasetya, 2014

1 BAB I PENDAHULUAN. dilestarikan dan diperkenalkan sejak dini. Tari sendiri memiliki nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

UJI KOMPETENSI SEMESTER II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

A. LATAR BELAKANG MASALAH

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya serta merupakan sarana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

TARI RAHWANA GANDRUNG DI SANGGAR NYIMAS SEKAR PUJI ASMARA DESA CANGKOL KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam buku

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Proyek-proyek perumahan, gedung-gedung bertingkat dan pembenahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sebagaimana kita maklumi diera globalisasi pada saat ini budaya asing senantiasa masuk dan mempengaruhi masyarakat kita. Mulai dari gaya hidup dan tingkah laku. Tentu ini sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat pada saat ini. Namun respon masyarakat terhadap budaya asing tersebut ada yang menerima dan ada pula yang tidak menerima. Bagi masyarakat yang menerima akan bersikap terbuka dan mengikuti trend yang ada. Adapun masyarakat yang tidak menerima akan bersikap tertutup terhadap budaya lain dan akan memegang teguh budaya yang telah ada. Masuknya budaya asing ini biasanya mudah diserap atau ditiru oleh masyarakat, sehingga masyarakat yang terpengaruh oleh budaya asing akan cenderung menyerap atau meniru perilaku budaya asing yang masuk. Pengaruh budaya asing ini mempengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia, mulai dari cara berpakaian, cara bergaul yang terlalu bebas yang pada saat ini banyak diadopsi oleh para remaja kita, seperti perilakuperilaku remaja yang menyimpang. Perilaku remaja yang mulai menyimpang inilah yang mengakibatkan banyak penyimpangan sosial dikalangan remaja pada saat ini. Salah satunya adalah penyimpangan moral. Penyimpangan moral ini sering menimbulkan kegelisahan dan permasalahan terhadap orang lain sehingga penyimpangan tersebut menimbulkan kenakalan dan kejahatan remaja seperti: pergaulan bebas, penggunaan narkoba, mabuk-mabukan, serta kurangnya minat remaja terhadap kesenian lokal atau seni tradisional. Padahal remaja merupakan generasi muda penerus bangsa. Faktor penyebab penyimpangan moral dapat disebabkan oleh adanya media internet, tv dan media massa, serta lingkungan yang kurang baik. Hal ini menyebabkan rusaknya moral generasi muda pada saat ini, serta kurangnya pengawasan orang tua yang terlalu memberikan kebebasan terhadap anak-anaknya, sehingga para generasi muda sekarang 1

2 tidak dapat terkontrol dalam hal pergaulan dan ketidakakraban generasi muda terhadap seni tradisi yang ada mulai terabaikan dan kurang di perhatikan. Padahal generasi muda merupakan cikal bakal penerus bangsa di masa depan, maka perlunya mengenalkan seni tradisi pada generasi muda baik dalam pendidikan formal maupun non formal agar para generasi muda dapat mengenal dan mencintai budaya tradisi. Menurut Murgiyanto (2004, hlm. 69) sifat-sifat yang dimiliki oleh generasi muda: 1. Memiliki potensi yang tinggi: segar, kuat, dan penuh energi; 2. Suka pada hal-hal yang baru; 3. Kurang pengalaman dan keterampilan; dan 4. Sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh. Sifat-sifat tersebut, memaparkan bagaimana generasi muda dengan potensi mereka serta sifat suka terhadap hal-hal baru dengan segala kecanggihan teknologi yang ada pada saat ini sehingga generasi muda banyak menemukan hal-hal baru disekitar mereka. Dengan kurangnya pengalaman dan keterampilan di sekolah maupun di lingkungan ini mengakibatkan kurangnya kwalitas yang dimiliki generasi muda sekarang yang keinginannya hanya dengan instan, serta mudahnya terpengaruh dengan hal-hal baru ini dapat melupakan budayanya sendiri. Budaya sendiri yang dianggap kurang mengikuti perkembangan jaman dan memilih untuk menganut budaya asing, sehingga menyebabkan seni tradisi dikalangan generasi muda tidak menguntungkan yang mengakibatkan ketidak akraban terhadap kesenian di Indonesia. Kesenian di Indonesia sangat beragam mulai dari seni musik, berbagai alat musik tradisional yang dimiliki disetiap daerahnya mulai dari alat musik tiup yaitu, serunai dan suling, alat musik tabuh gamelan, kendang dan marwas, alat musik gesek yaitu rebab, alat musik petik yaitu kecapi. Adapun seni teater/drama seperti ketoprak, ludruk, lenong, wayang. Serta seni tari daerah yang memiliki keberagaman yang sangat banyak mulai dari tari Bali, tari Melayu, tari Aceh, tari Kalimantan, tari Sulawesi, tari Papua, dan tari Jawa. Seni tari di Indonesia digolongkan kedalam berbagai kategori seperti tari Keraton (tari yang tumbuh di istana) yang tumbuh dikalangan istana dan bangsawan serta tari Rakyat yang tumbuh dan berkembang dikalangan

3 rakyat. Tidak hanya dari golongan asal lahirnya tarian tersebut tetapi pertunjukan tari memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti: untuk Upacara, hiburan, dan tontonan. Pandangan generasi muda terhadap tari tradisi hanya sebagai rekreasi semata tidak melihat bahwa seni tradisi merupakan salah satu ekspresi seni. Menurut Brann, Eva H dalam Murgiyanto (2004, hlm. 11) mengungkapkan: Tradisi, yang berasal dari bahasa latin traditum, sebenarnya sekaligus berarti handling down mewariskan dan bethayal mengkhianati. Maka seni tradisi biasanya merupakan sebuah warisan yang diciptakan, dijaga dengan memegang teguh nilai-nilai yang ada pada seni tradisi tersebut. Menjaga kemurnian tradisi tersebut, agar tidak ternodai oleh pengaruhpengaruh luar, tetapi seni tradisi pada saat ini dirasa sudah tidak bisa mengikuti perkembangan jaman, kebanyakan generasi muda lebih antusias terhadap kebudayaan baru yang pada saat ini sedang berada di abad dimana informasi dan teknologi sedang berkembang pesat. Perkembangan itu menandakan pesatnya kemajuan jaman, tetapi hal tersebut tidak sejalan dengan kesenian yang ada di Indonesia pada saat ini. Kekayaan kesenian di Indonesia merupakan warisan yang harus kita syukuri dan lestarikan, karena ini yang menjadikan Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan negara lain. Walaupun kebanyakan kesenian merupakan pewarisan budaya dari masalalu, maka sebagai warga negara yang peduli terhadap budaya sendiri sudah sepatutnya untuk menjaga dan melestarikan. Tetapi pada saat ini mayoritas masyarakat sudah mulai mengabaikan bahkan tidak sedikit melupakan kesenian tradisional. Hal ini menyebabkan keberadaan kesenian tradisional tidak bisa mengikuti perkembangan jaman, sehingga kurangnya minat masyarakat terhadap seni tradisi menjadi salah satu penyebab kesenian tersebut tidak bisa terpelihara kembali. Semua itu menjadi keprihatinan kita semua apabila kesenian itu punah begitu saja, maka perlunya rasa kepedulian ditanamkan kepada masyarakat terutama pada generasi muda terhadap seni tradisi. Kepedulian kita terhadap kesenian tradisi sangat diperlukan untuk menjaga dan

4 memelihara kesenian tradisi agar kesenian tradisi tetap hidup. Hidupnya kembali seni tradisi maka budaya Indonesia pun akan terpelihara kembali. Perlunya penanaman rasa peduli terhadap seni tradisi pada generasi muda agar generasi muda senantiasa menjaga kesenian tradisi sebagai identitas bangsa. Dari sekian banyak daerah yang ada di Indonesia, terdapat salah satu daerah yang kaya akan keseniannya yaitu Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang banyak. Provinsi Jawa Barat memiliki 18 Kabupaten dan 9 Kota. Wilayah provinsi Jawa Barat perbatasan dengan sebelelah utara laut Jawa, sebelah timur Jawa Tengah, sebelah selatan Banten, sebelah timur Jawa tengah, sebelah barat DKI Jakarta Banten. Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi yang beragam karena letak geografis Jawa Barat yang strategis dan sangat menguntungkan disetiap wilayahnya. Terdapat keberanekaragaman bahasa mulai dari bahasa Sunda, bahasa Cirebon, bahasa Cirebon alek Indramayu, dan bahasa melayu alek Betawi. Selain bahasa yang sangat beranekaragam lainnya adalah kesenian. Kesenian yang dimiliki oleh Jawa Barat sangatlah beragam di setiap daerahnya. Setiap daerah pastinya memiliki kesenian yang khas seperti Tarling, Pencak Silat, Gamelan, Wayang Golek, Calung, Kuda Renggong, Sisingaan, Kuda lumping dan Tari-tarian. Tari-tarian dari Jawa Barat sudah sangat terkenal sampai ke Mancanegara seperti, Jaipong, tari Ronggeng Gunung, tari Topeng Cirebon. Karena di Jawa Barat terdapat lima rumpun tari yaitu, tari Keurses, tari Wayang, tari Rakyat, tari Kreasi baru, dan tari Topeng. Dari lima rumpun tari tersebut salah satunya adalah tari Topeng. Tari topeng merupakan tari yang penarinya mengenakan topeng/kedok. Salah satu tari topeng yang sangat terkenal adalah tari topeng Cirebon. Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu tari yang berkembang di daerah keraton yang berada di Cirebon. Adapun pernyataan Amsar (2009, hlm. 19) tentang wilayah persebaran tari Topeng bahwa: Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu genre tari yang berkembang di daerah pantai utara Jawa barat, seperti: Kuningan,

5 Majalengka, dan Indramayu. Maka persebaran tarian ini sangatlah pesat tidak hanya di daerah Cirebon, tari ini pun telah berkembang dan menetap di luar wilayah Cirebon sebagai kesenian resapan budaya. Tari topeng Cirebon biasanya dibawakan oleh seorang penari atau sering disebut dalang topeng, disebut dalang topeng karena mereka memainkan karakter-karakter dalam setiap tarian topeng. Tari Topeng Cirebon ini diyakini merupakan Ciptaan Sunan Kalijaga yaitu, salah satu Waliluyah penyebar agama islam. Menurut Murgiyanto (2004, hlm. 20) mengungkapkan bahwa: Ketika pusat pemerintahan berpindah dari Jawa Timur ke Jawa Tengah dan para raja memeluk agama Islam, pertunjukan topeng terlempar dari dalam istana dan kembali dipelihara oleh rakyat jelata yang belum sepenuhnya melepaskan kepercayaan asli mereka. Dengan melihat kenyataan ini, Sunan Kalijaga memanfaatkan pertunjukan topeng - dan wayang kulit yang digemari rakyat sebagai alat penerapan dan penyebaran agama Islam kepada Rakyat. Dari pemaparan diatas menjelaskan bahwa berpindahnya pusat pemerintahan yang terjadi dari jawa Timur dengan menyebarkan agama Islam dikalangan raja, maka untuk mengajak para rakyatnya memeluk Islam Sunan Kalijaga menggunakan sarana pertunjukan topeng dan wayang kulit untuk menarik masyarakat agar mau memeluk Islam. Berhasilnya Sunan Kalijaga mengislamkan wilayah Jawa khususnya pada kekuasaan kesultanan Cirebon dan sekitarnya. Kini tari topeng Cirebon yang asalnya merupakan kesenian keraton beralih dan banyak dipelihara oleh rakyat, sehingga tari topeng ini tumbuh subur dikalangan rakyat. Dengan bergantinya waktu kesenian topeng ini pun beralih fungsi sebagai hiburan dan kepentingan sarana upacara. Untuk sarana hiburan dilihat pada acara pertunjukan, yang biasa dilaksanakan pada acara hajatan seperti khitanan dan pernikahan. Tetapi untuk tari topeng sebagai sarana upacara biasanya ada dan ditampilkan dari berbagai acara-acara upacara ngunjung, mapag sri, bersih desa, sedekah bumi,dan ngarot. Tari Topeng sebagai upacara ini dapat kita temukan disebagian daerah wilayah di Cirebon seperti: Di Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, dan Kabupataen Majalengka.

6 Salah satu daerah topeng persebaran tari topeng adalah di Kabupaten Majalengka. Kabupaten Majalengka merupakan salah satu daerah di tatar Sunda di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten Majalengka terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat, sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Indramayu, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, sebelah barat dengan Kabupaten Sumedang, dan sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Cirebon dan Kuningan. Mayoritas masyarakat di Majalengka berasal dari etnis Sunda, akan tetapi memiliki beberapa perbedaan dan arti kosakata dengan bahasa Sunda di wilayah Priangan. Serta beberapa wilayah Majalengka merupakan masyarakat etnis Cirebon/ Wong Cirebon dan menggunakan bahasa Cirebon. Sebagai wilayah yang dilalui oleh kedua kebudayaan besar yaitu Priangan dan Cirebonan, maka tidak heran jika kesenian yang ada di Majalengkan merupakan pencampuran antara kesenian Priangan dan Cirebonan. Cirebonan merupakan istilah campuran budaya antara Sunda dan Cirebon bisa berupa bahasa, ataupun kesenian. Daerah yang termasuk kedalam wilayah cirebonan adalah Kuningan, Subang, Indramayu dan majalengka. Terdapat beragam kesenian di Majalengka seperti: Sandiwara Sunda, Wayang Kulit, Wayang Golek, Pantun, Seni Gaok, Seni Sampyong, Sintren, Seni Degung, seni Calung, Tari kedempling, Tari Jaipong, dan Tari Topeng. Tari Topeng yang ada di Kabupaten Majalengka merupakan kesenian asli dari daerah Cirebon, bentuk penyajian dan pertunjukannya tari topeng pun sama dengan tari topeng yang ada di daerah asalnya. Keberadaan tari topeng di Majalengka tidak lepas dari keberadaan wayang kulit, karena masyarakat penggemar wayang kulit adalah penggemar tari topeng. Menurut RI Maman Surya Atmaja (1990, hlm. 39) mengungkapkan: Topeng yang dijadikan media penyebaran agama Islam yang dilaksanakan pada siang hari, dan malam harinya secara otomatis dilaksanakan pergelaran wayang kulit untuk memaparkarkan arti dan makna pertunjukan topeng di siang hari. Maka dapat dilihat bahwa pertunjukan tari topeng erat kaitannya dengan kesenian wayang kulit karena dari segi penyajian pertunjukannya

7 biasanya pada siang hari tari topeng dan pada malam hari pertunjukan wayang kulit. Tari Topeng di Majalengka berkembang di daerah Bongas kecamatan Sumberjaya, Beber Kecamatan Ligung, dan Randegan kulon Kecamatan Jatitujuh. Penyebaran topeng ini tidak lepas dari senimanseniman topeng dari Cirebon. Begitupun sejalan dengan pendapat Amsar (2009, hlm. 72): Aspek penting penyebarannya adalah pertama karena wong bebarang, kedua urbanisasi dan perkawinan, ketiga: hal yang menyebabkan tersosialisasinya seni pertunjukan itu dari daerah asalnya. Dapat diketahui bahwa banyak aspek yang mempengaruhi tersebarnya kesenian tari topeng Cirebon masuk ke Majalengka, salah satu menjadi kesenian resapan budaya dari Cirebon. Menurut Suanda dalam Masunah (2000, hlm. 13) berpendapat bahwa: Wilayah budaya Cirebon meliputi Tegal, Banyumas, Kabupaten Indramayu, sebagian Kabupaten Majalengka, Karawang, Banten. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat kita ketahui, bahwa keberadaan kesenian yang ada disuatu wilayah yang berdekatan dengan wilayah lain kesenian khas dari daerah Cirebon dapat tersebar kewilayah-wilayah sekitar maka kesenian itu akan sama atau memiliki kemiripan dengan kesenian asalanya. Dari tari Topeng Cirebon yang kesenian itu berkembang sebagian wilayah di Kabupaten Majalengka salahsatunya adalah desa Randegan Kulon. Desa Randegan Kulon merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Jatitujuh, desa Randegan Kulon adalah tempat berkembangnya tari Topeng Cirebon sampai pada saat ini. Tari Topeng Randegan ini terdapat di sanggar Setia Mawar Pimpinan Bapak Ita Rawita. Nama Randegan diambil dari nama desa tempat berkembangnya tari topeng tersebut. Sesuai dengan nama aslinya tari topeng Cirebon. Pertunjukan tari topeng itu adalah pertunjukan orang menari dengan mempergunakan kedok/topeng yang dilaksanakan di desa kesenian itu berasal, seperti jika ada yang mengatakan tari topeng Selangit maka tari topeng tersebut berasal dari desa Selangit, begitu pula jika ada yang mengatakan tari topeng Losari maka tari topeng tersebut berasal dari Losari. Dengan demikian yang peneliti teliti adalah tari topeng pimpinan Bapak Ita Rawita yang

8 berdomisili di desa Randegan Kulon, maka tidak aneh apabila tari topeng tersebut dikatakan sebagai tari topeng Randegan. Tari topeng Randegan merupakan pewarisan dari orang tuanya yaitu Bapak Karma kedalam sebuah grup tari topeng yang bernama Setia Mawar. Grup tari topeng ini pun kemudian di lanjutkan oleh bapak Ita. Sejak kecil bapak Ita mulai mempelajari tari topeng dari orang tuanya, sampai ia resmi menjadi pewaris dari tari topeng Randegan sampai berkembang dan mencapai kejayaannya. Namun pada saat ini tari topeng Randegan keberadaannya sangat memprihatinkan. Hanya beberapa saja yang meneruskan dan memelihara kesenian ini, serta tidak banyak orang mengetahui tentang keberadaan tari topeng Randegan pada saat sekarang. Hal tersebut dikarenakan sudah semakin tidak diminatinya kesenian tersebut karena dirasa tidak dapat mengikuti perkembangan jaman. Selain dari pada itu sudah semakin berkurang generasi penerus baik penari maupun wiaga yang menabuh gamelan yang mengiringi tari topeng. Maka perlunya sebuah pewarisan dalam kesenian topeng Randegan. Menurut Anton M. Moelyono dalam Rusliana, Iyus (2002, hlm. 86) mengungkapkan bahwa: Pewarisan berasal dari kata waris, artinya orang yang berhak menerima harta pustaka; dan pewarisan artinya proses, pembuatan, cara mewarisi, atau mewariskan. Hal itu senada dengan ungkapan Rusliana, Iyus (2002, hlm. 86) bahwa Pewarisan kesenian yang dimaksud adalah proses mewariskan atau cara menurunkan kemampuan seni kepada individu-individu yang berhak menerima atau mempelajari dari generasi ke generasi. Berdasarkan pemaparan di atas, sangatlah jelas perlunya pewarisan dalam suatu kesenian, agar kesenian tersebut dapat terpelihara dengan baik serta dengan diwariskannya kesenian tersebut pada generasi penerus diharapkan kesenian itu bisa terus eksis dan berkembang dimasyarakat. Salah satu upaya untuk mempertahankan tari topeng yang terdapat di desa Randegan dengan dalang topeng Ita Rawita adalah dengan melakukan pewarisan. Oleh karena itu topeng Randegan yang ada di sanggar setia mawar pimpinan dalang Ita Rawita yang kini berusia 79 tahun, telah

9 diwariskan secara keterampilan kepada cucunya yang bernama Willya Nurropi yang berusia 17 tahun. Lemahnya pengetahuan masyarakat mengenai adanya pewarisan tari Topeng Randegan ini mengakibatkan masyarakat kurang mengetahui bagaimana proses itu terjadi. Proses pewarisan tari topeng Randegan melaui beberapa tahapan, yaitu berdasarkan kepada aturan atau tradisi pewarisan pada turunan dalang topeng Randegan tersebut. Maka dari itu peneliti, ingin mengkaji tentang bagaimana pewarisan tari topeng Randegan terhadap turunannya yang ada di sanggar Setia Mawar Pimpinan Bapak Ita Rawita, di Desa Randegan Kulon Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka. Peneliti tertarik kepada latar belakang dan proses pewaris. Dari latar belakang, proses pewarisan serta tahapan-tahapannya, maka peneliti menyimpulkan dengan mengambil judul: Pewarisan Tari Topeng Randegan di Sanggar Setia Mawar Desa Randegan Kulon Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pewarisan seni tari topeng Randegan di Sanggar Setia Mawar Desa Randegan Kulon Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka? Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang tari topeng randegan di sanggar Setia Mawar? 2. Bagaimana proses pewarisan tari topeng Randegan dari Bapak Ita Rawita ke Willya Nurropi? 3. Adakah faktor pendukung dan penghambat pada pewarisan tari topeng Randegan terhadap turunannya?

10 C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di lapangan, mencari jawaban dari berbagai sumber yang diterima berupa deskripsi dari permasalahan. Selain itu bertujuan sebagai upaya penggalian dan pelestarian budaya, khususnya di daerah Kabupaten Majalengka. Serta sebagai bahan apresiasi bagi pelaku seni, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan latar belakang tari Topeng Randegan b. Mendeskripsikan proses pewarisan tari Topeng Randegan dari bapak Ita Rawita kepada Willya Nurropi c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat penghambat pewarisan turunan dari tari Topeng Randegan. D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembang ilmu pengetahuan, masyarakat, para pelaku, khususnya bagi peneliti sendiri, manfaat yang dapat diambil meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat penelitian secara teoritis: a. Sebagai sarana pengetahuan untuk mengetahui latar belakang tari topeng Randegan b. Mewariskan seni tari topeng Randegan dari pewaris kepada generasi penerus c. Sebagai sarana pengetahuan untuk mengetahui tentang pewarisan tari topeng Randegan dari bapak Ita Rawita kepada Willya Nurropi di Sanggar Setia mawar desa Randegan Kulon kecamata Jatitujuh kabupaten Majalengka d. Sebagai sarana pengetahuan untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pewarisan turunan tari topeng Randegan.

11 e. Meningkatkan potensi interaksi sosial budaya masyarakat Kabupaten Majalengka dalam melestarikan budayanya sendiri. 2. Manfaat penelitian secara praktis a. Bagi peneliti Mendapatkan pengalaman yang berharga untuk memperdalam ilmu pengetahuan seni dan wawasan pengetahuan tentang ilmu seni, sosial, budaya dan kesenian daerah khususnya pada seni tari topeng Randegan, baik dalam hal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis teliti. b. Bagi pelaku Dapat memberiakan kesempatan untuk seniman tari Topeng Randegan dalam menyalurkan bakat, keterampilan dan pengetahuan kepada calon pewaris dan yang mewariskan. c. Bagi masyarakat Dapat mengetahui dan mempelajari nilai-nilai luhur daerah dan budaya lokal yang tercermin dalam seni topeng Randegan yang ada dan tumbuh di Kabupaten Majalengka. memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berapresiasi, berekreasi dan mengembangkan bakat dibidang seni topeng. d. Departemen Pendidikan Seni Tari Menambah daftar pustaka atau referensi pada perpustakaan si Departemen pendidikan Seni Tari mengenai budaya. E. STRUKTUR ORGANISASI PENULISAN 1. BAB 1 PENDAHULUAN a. Latar Belakang Penelitian b. Rumusan Masalah Penelitian c. Tujuan Penelitian d. Manfaat Penelitian e. Struktur Organisasi Penulisan 2. BAB II KAJIAN PUSTAKA 3. BAB III METODE PENELITIAN

12 a. Desain Penelitian b. Partisipan dan Tempat Penelitian c. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data d. Prosedur Penelitian e. Analisis Data f. Jadwal Penelitian 4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI a. Kesimpulan b. Implikasi c. Rekomendasi 6. DAFTAR PUSTAKA 7. LAMPIRAN-LAMPIRAN 8. RIWAYAT HIDUP PENELITI