PINJAMAN DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAERAH (sumber: http://www.pikiran-rakyat.com) I. PENDAHULUAN Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat mengoptimalkan segala potensi keuangan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Pembangunan daerah sangatlah penting berkaitan dengan kemampuan pembiayaan daerah dan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah berkewajiban untuk senantiasa menyediakan anggaran untuk pembangunan daerah. Namun terkadang karena seringkali terjadi keterbatasan penerimaan daerah maka perlu dicari sumber-sumber penerimaan yang lain. Salah satu pilihan untuk mengatasi masalah keuangan adalah dengan melakukan pinjaman daerah. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah. Pinjaman daerah merupakan semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 1
(Santoso,2003:148). Pinjaman ini dapat bersumber dari dalam seperti pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank dan bukan bank, maupun masyarakat. 1 Pinjaman daerah dapat digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana yang merupakan aset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan bagi daerah, dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Pinjaman jangka panjang merupakan pinjaman daerah dengan jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dengan persyaratan bahwa pembayaran kembali pinjaman berupa pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain sebagian atau seluruhnya harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnya. Sedangkan pinjaman jangka pendek digunakan untuk membiayai belanja operasional dan pemeliharaan. Pinjaman jangka pendek merupakan pinjaman daerah dengan jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dengan persyaratan bahwa pembayaran kembali pinjaman berupa pokok pinjaman, bunga dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. 2 Pengelolaan pinjaman daerah yang baik sangat diperlukan karena pinjaman daerah merupakan alternatif pembiayaan bagi pemerintah. Pengelolaan pinjaman sangat dipengaruhi berbagai hal seperti fluktuasi belanja daerah. Pada umumnya alokasi belanja daerah akan mengikuti besarnya penerimaan daerah, sedangkan penerimaan daerah sendiri pada era otonomi daerah saat ini masih bergantung pada dana perimbangan yang diperoleh dari pemerintah pusat. Beberapa pemerintah daerah memiliki keterbatasan pembiayaan dari potensi sendiri, terutama dari Pendapatan Asli Daerah maupun sumber daya alam. Potensi pembiayaan yang berasal dari pinjaman daerah. Kegiatan-kegiatan yang dibiayai melalui pinjaman daerah merupakan investasi di bidang publik berupa perbaikan dan penambahan infrastruktur sosial ekonomi. Semakin baik infrastruktur ekonomi yang disediakan pemerintah daerah, diharapkan akan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat. Di masa yang akan datang, daerah 1 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219), Pasal 10. 2 Santoso, Rokhedi. 2003 Analisis Pinjaman sebagai Potensi Pembiayaan Pembangunan Daerah. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.8 No.2 Desember Hal. 147-158. Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 2
dapat memanfaatkan pinjaman untuk pembiayaan pembangunan daerah. Dengan demikian, pinjaman daerah dipandang sebagai salah satu pilihan pembiayaan yang potensial bagi pemerintah daerah. Konsep dasar pinjaman daerah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 pada prinsipnya diturunkan dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, untuk memberikan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman. Namun demikian, mengingat pinjaman memiliki berbagai risiko seperti risiko kesinambungan fiskal, risiko tingkat bunga, risiko pembiayaan kembali, risiko kurs, dan risiko operasional, maka Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal nasional menetapkan batas-batas dan rambu-rambu pinjaman daerah. Selain itu, dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bab V mengenai Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta Pemerintah/Lembaga Asing disebutkan bahwa selain mengalokasikan Dana Perimbangan kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah. Dengan demikian, pinjaman daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 3 II. PERMASALAHAN Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah pengertian dari pinjaman daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah? 2. Prinsip-prinsip apa saja yang terpenting dalam pengelolaan pinjaman daerah? 3 http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?page_id=328, diunduh tanggal 12 September 2018. Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 3
3. Darimana sumber pinjaman daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah? 4. Bagaimana syarat suatu daerah dapat mengajukan suatu pinjaman daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah? III. PEMBAHASAN 1. Pengertian Pinjaman Daerah Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. 4 Pengertian tentang pinjaman daerah tersebut digunakan juga dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 2. Prinsip Dasar Pengelolaan Pinjaman Daerah Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah mengatur bahwa dalam mengelola pinjaman daerah haruslah memenuhi prinsip-prinsip dasar sebagai berikut: a. Prinsip Ketaatan pada Peraturan Perundang-undangan; Pinjaman daerah dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan inisiatif dan kewenangan daerah yang bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatankegiatan tersebut tentunya harus berdasarkan pada peraturan perundangundangan. b. Prinsip Transparansi; Proses pemerolehan serta pemanfaatan pinjaman daerah dilakukan secara terbuka kepada para stakeholders termasuk masyarakat. c. Prinsip Akuntabilitas; 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126), Pasal 1 Angka 24. Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 4
Proses pemerolehan serta pemanfaatan pinjaman daerah dilakukan dengan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. d. Prinsip Efisien dan Efektif; Proses pengelolaan pinjaman daerah dilakukan sesuai dengan tujuannya dan biaya yang timbul dapat ditekan seminimal mungkin. e. Prinsip Kehati-hatian. Kehati-hatian dimaksudkan agar proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mengutamakan kehati-hatian, dengan menghindari keputusan yang bersifat spekulatif. 5 3. Sumber Pinjaman Daerah Sumber pinjaman daerah menurut Pasal 51 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah adalah: a. Pemerintah; b. Pemerintah daerah lain; c. Lembaga keuangan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. Pemerintah yang dananya berasal dari pendapatan APBN dana atau pengadaan pinjaman pemerintah dari dalam negeri maupun luar negeri; e. Masyarakat. Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah diberikan melalui menteri keuangan, sedangkan pinjaman daerah yang bersumber dari masyarakat berupa obligasi daerah diterbitkan melalui pasar modal. 5 http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/54tahun2008pppenj.htm, diunduh tanggal 12 September 2018. Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 5
4. Jenis dan jangka waktu Pinjaman Daerah Jenis pinjaman daerah menurut Pasal 52 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah antara lain: a. Pinjaman Jangka Pendek Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. 6 b. Pinjaman Jangka Menengah Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. 7 c. Pinjaman Jangka Panjang Merupakan pinjaman daerah dengan jangka waktu lebih dari satu tahun dengan persyaratan bahwa pembayaran kembali pinjaman berupa pokok pinjaman,bunga dan biaya lain sebagian atau keseluruhan harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan. 8 5. Persyaratan Pinjaman Daerah Persyaratan pinjaman daerah berdasarkan Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah adalah: 6 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah Pasal 12 ayat (1) dan (2). 7 Ibid, Pasal 13 ayat (1) dan (2). 8 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah Pasal 13 ayat (1) dan (2). Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 6
a. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun sebelumnya. Yang dimaksud dengan jumlah sisa Pinjaman Daerah adalah jumlah seluruh kewajiban pembayaran kembali pinjaman lama yang belum dibayar. Sedangkan yang dimaksud dengan jumlah pinjaman yang akan ditarik adalah jumlah rencana komitmen pinjaman yang diusulkan. Kemudian yang dimaksud dengan penerimaan umum APBD tahun sebelumnya adalah seluruh penerimaan APBD tidak termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang kegunaannya dibatasi untuk mendanai pengeluaran tertentu. b. Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah (DSCR paling sedikit 2,5); Rasio kemampuan keuangan daerah dihitung berdasarkan perbandingan antara proyeksi tahunan jumlah Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil tidak termasuk Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi, dan Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja wajib dibagi dengan proyeksi penjumlahan pinjaman pokok, bunga, dan biaya lain yang jatuh tempo setiap tahunnya selama jangka waktu pinjaman yang akan ditarik. c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman; d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari pemerintah; e. Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang dilakukan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Persetujuan DPRD dimaksud termasuk dalam hal pinjaman tersebut diteruspinjamkan, dihibahkan, dan/atau dijadikan sebagai penyertaan modal kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). 9 9 Penjelasan Pasal 15 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah. Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 7
6. Larangan Dalam Pinjaman Daerah Hal-hal yang dilarang dalam pengelolaan pinjaman daerah menurut Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah antara lain: a. Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri; b. Pemerintah Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain; c. Pendapatan Daerah dan/atau barang milik daerah tidak dapat dijadikan jaminan Pinjaman Daerah; d. Kegiatan yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah. 7. Pengajuan dan Penilaian Pinjaman Daerah yang Bersumber dari Pemerintah Dalam hal pengajuan pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah yang diajukan oleh pemerintah daerah baik gubernur, bupati, atau walikota maka berdasarkan Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah, yang berwenang memberikan persetujuan adalah Menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara dengan prosedur pengajuan sebagai berikut: a. Usulan pinjaman daerah diajukan oleh gubernur, bupati, atau walikota kepada Menteri Keuangan; b. Usulan pinjaman daerah yang berupa Penerusan Pinjaman Dalam Negeri merupakan usulan yang sudah tercantum dalam daftar kegiatan prioritas yang dapat dibiayai dari Pinjaman Dalam Negeri; c. Usulan pinjaman daerah yang berupa Penerusan Pinjaman Luar Negeri merupakan usulan yang sudah tercantum dalam Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah; Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 8
d. Melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir; APBD tahun berkenaan; Perhitungan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman; Rencana penarikan pinjaman; dan Persetujuan DPRD. e. Dalam hal usulan pinjaman daerah yang berupa peneruspinjaman luar negeri maka selain dokumen tersebut di atas wajib dilampirkan juga pertimbangan Menteri Dalam Negeri; f. Kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman daerah harus sesuai dengan dokumen perencanaan daerah. g. Pemerintah daerah bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan yang diusulkan kepada Menteri Keuangan. Menteri Keuangan melakukan penilaian atas usulan pinjaman daerah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kapasitas fiskal daerah yang ditetapkan secara berkala oleh Menteri Keuangan; b. Kebutuhan riil pinjaman pemerintah daerah; c. Kemampuan membayar kembali pinjaman; d. Batas maksimal kumulatif pinjaman pemerintah daerah. Selain itu pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan bank sepanjang memenuhi persyaratan pinjaman sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah. Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 9
8. Pengajuan dan Penilaian Usulan Pinjaman Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang Menurut Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah prosedur pengajuan dan penilaian usulan pinjaman jangka pendek melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Pemerintah daerah mengajukan usulan pinjaman jangka pendek kepada calon pemberi pinjaman; b. Calon pemberi pinjaman melakukan penilaian atas usulan pinjaman jangka pendek sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta ketentuan dan persyaratan pemberi pinjaman; c. Pemerintah daerah memilih ketentuan dan persyaratan pemberi pinjaman yang paling menguntungkan pemerintah daerah; d. Pinjaman jangka pendek dituangkan dalam perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh gubernur, bupati, walikota, atau pejabat yang diberi kewenangan oleh gubernur, bupati, atau walikota dan pemberi pinjaman. Sedangkan untuk prosedur dan penilaian usulan pinjaman jangka menengah dan pinjaman jangka panjang harus melalui langkah-langkah sebagaimana diatur dalam Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah adalah sebagai berikut: a. Sebelum mengajukan usulan pinjaman jangka menengah atau pinjaman jangka panjang kepada calon pemberi pinjaman, gubernur harus menyampaikan rencana pinjaman jangka menengah atau pinjaman jangka panjang kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapat pertimbangan; b. Sebelum mengajukan usulan pinjaman jangka menengah atau pinjaman jangka panjang kepada calon pemberi pinjaman, bupati atau walikota harus menyampaikan rencana pinjaman jangka menengah atau pinjaman jangka panjang kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pertimbangan dan tembusannya disampaikan kepada gubernur; Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 10
c. Penyampaikan rencana pinjaman jangka menengah atau pinjaman jangka panjang paling sedikit melampirkan dokumen sebagai berikut: - persetujuan DPRD; - salinan berita acara pelantikan gubernur, bupati, atau walikota; - pernyataan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari pemerintah; - kerangka acuan kegiatan; - perhitungan tentang rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman; - Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir; - rancangan APBD tahun berkenaan; - perbandingan sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; dan - rencana keuangan pinjaman. d. Menteri Dalam Negeri memberikan pertimbangan kepada gubernur, bupati, atau walikota setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan; e. Pemerintah daerah mengajukan usulan pinjaman jangka menengah atau pinjaman jangka panjang kepada calon pemberi pinjaman setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri; f. Calon pemberi pinjaman melakukan penilaian atas usulan pinjaman jangka menengah atau pinjaman jangka panjang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan serta ketentuan dan persyaratan pemberi pinjaman; g. Pinjaman jangka menengah atau pinjaman jangka panjang dituangkan dalam perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh gubernur, bupati, atau walikota dan pemberi pinjaman; h. Salinan perjanjian pinjaman jangka menengah atau pinjaman jangka panjang yang telah ditandatangani sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan, Menteri, dan Menteri Dalam Negeri. Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 11
9. Kewajiban Pembayaran Pinjaman Daerah Menurut Pasal 51 s/d Pasal 54 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah Pemerintah Daerah wajib melakukan kewajiban pembayaran sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam perjanjian pinjaman dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Dalam hal pinjaman daerah bersumber dari pemerintah, kewajiban pembayaran yang berupa cicilan pokok, bunga, dan kewajiban lainnya disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara atau rekening lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan; b. Kewajiban pembayaran kembali pinjaman jangka pendek yang berupa bunga, dan/atau biaya lainnya dibebankan pada belanja APBD serta dianggarkan dalam perubahan APBD atau dicantumkan dalam laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun anggaran berkenaan; c. Kewajiban pembayaran kembali pinjaman jangka menengah dan pinjaman jangka panjang dianggarkan dalam APBD dan dibayarkan pada tahun anggaran berkenaan; d. Dalam hal kewajiban pembayaran pinjaman jangka menengah dan pinjaman jangka panjang yang telah jatuh tempo melebihi dana yang dianggarkan, gubernur, bupati, atau walikota tetap melakukan pembayaran sebesar jumlah kewajiban yang telah jatuh tempo tersebut; e. Realisasi kewajiban pembayaran pinjaman jangka menengah dan pinjaman jangka panjang tercantum dalam perubahan APBD dan/atau dalam laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun anggaran berkenaan; f. Kewajiban pembayaran kembali pinjaman daerah dari pemerintah dilakukan dalam mata uang sesuai yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman. IV. PENUTUP Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 12
tersebut bahwa pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pengertian ini sama dengan yang digunakan juga dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam mengelola pinjaman daerah haruslah memenuhi prinsip-prinsip dasar sebagai berikut: 1. Prinsip Ketaatan pada Peraturan Perundang-undangan; 2. Prinsip Transparansi; 3. Prinsip Akuntabilitas; 4. Prinsip Efisien dan Efektif; 5. Prinsip Kehati-hatian. Sumber pinjaman daerah menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah adalah : 1. Pemerintah daerah lain; 2. Lembaga keuangan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. Lembaga keuangan bukan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; 4. Pemerintah yang dananya berasal dari pendapatan APBN dana atau pengadaan pinjaman pemerintah dari dalam negeri maupun luar negeri; 5. Masyarakat. Persyaratan pinjaman daerah berdasarkan Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman daerah adalah: 1. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan APBD tahun sebelumnya; Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 13
2. Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh pemerintah (DSCR paling sedikit 2,5); 3. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman; 4. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari pemerintah; 5. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang dilakukan dengan persetujuan DPRD. Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 14
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286). Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587). Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219). Buku Santoso, Rokhedi, 2003, Analisis Pinjaman Sebagai Potensi Pembiayaan Pembangunan Daerah, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 2 Desember. Internet http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?page_id=328, diunduh tanggal 12 September 2018. http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/54tahun2008pppenj.htm, tanggal 12 September 2018. diunduh Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 15
Penulis: Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara Disclaimer: Seluruh informasi yang disediakan dalam tulisan hukum adalah bersifat umum dan disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan pendapat instansi. Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 16