PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,



dokumen-dokumen yang mirip
PENGENAAN TAMBAHAN OPSENTEN ATAS BENSIN DAN SEBAGAINYA (Undang-Undang Darurat Nomor 21 Tahun 1951 Tanggal 29 September 1951)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1951 TENTANG MENAIKKAN JUMLAH MAKSIMUM PORTO DAN BEA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DAN DISKONTO OBLIGASI YANG DIPERDAGANGKAN DAN/ATAU DILAPORKAN PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK

Presiden Republik Indonesia,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.04/2015 TENTANG

PENDAFTARAN ORANG ASING Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1954 Tanggal 20 April 1954 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1965 TENTANG TUNJANGAN PERJALANAN TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG MODAL AWAL UNTUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.010/2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DI ATASNYA

PP 8/1952, PEMBERHENTIAN DARI PEKERJAAN UNTUK SEMENTARA WAKTU DAN. Tentang:PEMBERHENTIAN DARI PEKERJAAN UNTUK SEMENTARA WAKTU DAN

PERUBAHAN UANG WAJIB TAHUNAN ATAS HAK GUNA USAHA DAN KONSESI GUNA PERUSAHAAN BESAR Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1962 Tanggal 24 September 1962

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PMK.04/2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 1 /PBI/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/5/PBI/2006 TENTANG MEDIASI PERBANKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN UMUM BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2014 TENTANG

Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1997, TENTANG WARALABA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PENUNJUKAN HASIL YANG DIBIKIN DENGAN ALKOHOL-ETIL YANG DALAM KEADAAN-KEADAAN YANG TERTENTU TIDAK AKAN DIBEBANI BEA-MASUK SEBAGAI BARANG ALKOHOL SULINGAN Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1959 Tanggal 21 Desember 1959 Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahwa berhubung dengan kenaikan cukai atas alkohol-sulingan dalam negeri, yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 15 tahun 1959 (Lembaran Negara 1959 No. 108) dipandang perlu untuk menunjuk beberapa hasil yang dibikin dari alkohol-etil yang dalam keadaan tertentu tidak akan dibebani bea-masuk sebagai alkohol-sulingan, akan tetapi pada impor harus dikenakan bea ad valorum: Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar; 2. Bijzondere Bepaleng No. 5 pos tarip 1959 dari Lampiran A dari Indische Tariefwet (Staatsblad 1924 No. 487), sebagaimana lampiran ini kemudian telah diubah dan ditambah, yang terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1954 (Lembaran-Negara 1954 No. 49); Mendengar: Menteri Keuangan; MEMUTUSKAN : Pertama : Mencabut Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1954 No. 49 Kedua : Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENUNJUKAN BEBERAPA HASIL YANG DIBIKIN DARI ALKOHOL-ETIL YANG DALAM KEADAAN-KEADAAN TERTENTU TIDAK AKAN DIBEBANI BEA-MASUK SEBAGAI ALKOHOL- SULINGAN. Pasal 1 (1) Minyak wangi, alat-alat kecantikan dan obat-obatan yang mengandung lebih dari 5 liter alkohol-etil dalam tiap hektoliter pada suhu 15 derajat Celsius pada impor tidak akan dibebani sebagai barang-barang alkohol-sulingan, akan tetapi menurut pos tarip, dalam mana barang-barang tadi akan termasuk, jika sekiranya barang-barang itu untuk pengenaan bea tidak dipandang sebagai barang alkohol-sulingan, bilamana barang-barang tersebut berhubung dengan pembungkusannya atau oleh karena hal

lain, mempunyai harga impor untuk setiap liter yang melebihi jumlah harga impor yang akan ditetapkan. (2) Minuman mengandung alkohol-sulingan, yang dapat diminum secara langsung semata-mata atau terutama untuk kesenangan dan begitu pula elixe untuk membuat bitter, pada impor tidak akan dibebani sebagai barang alkohol-sulingan, akan tetapi menurut pos tarip, dalam mana barang-barang tadi akan termasuk, jika sekiranya barang-barang itu untuk pengenaan bea dipandang sebagai tidak mengandung alkohol-etil, bilamana buat barang-barang tersebut dengan jalan demikian akan diperoleh jumlah bea-masuk yang lebih tinggi. Pasal 2 Menteri Keuangan akan menetapkan maksimum jumlah harga impor yang termaksud pada ayat (1) pasal 1 dan begitu pula peraturan untuk melaksanakan ketentuan termaksud pada ayat (2) pasal 1 tersebut. Pasal 3 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1960. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1959. Presiden Republik Indonesia, SOEKARNO. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1959. Menteri Muda Kehakiman, SAHARDJO. LEMBARAN NEGARA NOMOR 147 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 1914 TAHUN 1959 YANG TELAH DICETAK ULANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NO. 61 TAHUN 1959 TENTANG PENUNJUKAN BEBERAPA HASIL YANG DIBIKIN DENGAN ALKOHOL-ETIL YANG DALAM KEADAAN-KEADAAN YANG TERTENTU TIDAK AKAN DIBEBANI BEA-MASUK SEBAGAI BARANG ALKOHOL-SULINGAN. Peraturan ini dimaksudkan untuk melaksanakan Bijzondere Bepaling No. 5 tarip-pos 159 dari Indische Tariefwet (Staatsblad 1925 No. 487). Kenyataan, bahwa cukai alkohol-sulingan dalam negeri telah dinaikkan menjadi Rp.1500,- tiap hektoliter serta keadaan bahwa tingkatan harga dari barang-alkohol-sulingan impor dewasa ini sudah begitu tinggi sehingga tidak seimbang lagi dengan bea-masuk yang dibayar pada waktu pengimporan barang-barang tersebut, maka sudah selayaknya, jika bea masuk dari barang-barang tersebut diatas disesuaikan dengan keadaan itu. Ditetapkan, bahwa pada impor barang-barang yang mengandung lebih dari 5 liter alkohol-sulingan pada setiap hektolieter pada suhu 15 derajat Celsius yaitu yang berupa: a. minyak wangi, alat-alat kecantikan dan obat-obatan jika harganya setiap liternya melebihi nilai impor (entrepot waarde) yang ditetapkan ditetapkan bea-masuk tidak sebagai barang alkohol-sulingan akan tetapi sebagai minyak wangi dan sebagainya tersebut pada pos-tarip 187 atau sebagai obat-obat tersebut pada pos-tarip 167; b. minuman mengandung alkohol-sulingan, yang biasanya diminum langsung sematamata atau terutama untuk kesenangan begitu pula elixer untuk membuat bitter, tidak akan dibebani bea-masuk sebagai alkohol-sulingan, akan tetapi menurut pos- tarip 117 IIa. Hal ini dilakukan bilamana akan diperoleh bea-masuk lebih tinggi. Agar supaya penyesuaian itu lebih mudah dan lebih cepat dapat dilakukan maka ditunjuk Menteri Keuangan untuk menetapkan maksimum nilai impor barang-barang tersebut pada a diatas dan untuk mengadakan peraturan tentang cara pembeaan barangbarang tersebut pada b. Termasuk Lembaran-Negara No. 147 tahun 1959. Diketahui: Menteri Muda Kehakiman, SAHARDJO.