2016 PENYELENGGARAAN PELATIHAN KOMPETENSI KETERAMPILAN PRAMUWISATA MELALUI POLA MAGANG DALAM MENINGKATKAN MUTU LULUSAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh, dengan tujuan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

2015 PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYELENGGAARAN PROGRAM DESA VOKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR, KLATEN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuni Gantini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Tri Desiana, 2013 Pembelajaran Tari Di Sanggar Ringkang Gumiwang Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah pesatnya perkembangan zaman sekarang ini, tak bisa dipungkiri

Kawasan Wisata Rowo Jombor, Klaten

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berbagai informasi, hal tersebut telah membawa dampak yang. signifikan dalam merencanakan sebuah perjalanan wisata.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. khususnya. Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia untuk membangun bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara yang maju dan berkembang. fungsi pendidikan. Adapun fungsi pendidikan pada undang-undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat Pakpak merupakan suatu kelompok masyarakat yang terdapat

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA (masyarakat

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pariwisata meurupakan industri yang berkembang pesat di Negara maju maupun di Negara berkembang. Indonesia memiliki potensi dan sumber daya alam yang belum termasuk ke dalam pertumbuhan sektor pariwisata. Untuk dapat memantapkan pertumbuhan sector pariwisata, harus dapat memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Pemanfaatan disini yaitu bukan merubah sumber daya alam yang dimiliki oleh indonseia tetapi lebih mengelola, menjaga, dan melestarikan sehingga menjadi daya tarik wisatawan. Undang- Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan menimbang bahwa kepariwisataan merupakan integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Serta pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Peran pramuwisata sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan wisatawan yang akan berkunjung. Dengan pramuwisata yang profesional maka wisatawan yang berkunjung akan membawa kesan yang baik. Pramuwisata yang baik adalah yang biasa memandu dan membawa wisatawan ke objek wisata dengan memperhatikan sapta pesona, sopan santun dan jujur. Untuk itulah kunjungan wisatawan betah atau tidak selain objek tetapi yang tak kalah pentingnya adalah peran pramuwisata. Salah satu pemangku kepentingan dalam pariwisata dalam perjalanan adanya pramuwisata (guide), karena dalam perjalanan ke tempat wisata tidak lengkap jika tidak ada pramuwisata. Pramuwisata adalah seseorang yang memberikan petunjuk, penerangan dan penjelasan kepada wisatawan tentang segala sesuatu yang akan dikunjungi. Pramuwisata (guide) perlu direposisi sehingga sejajar dengan insane pelaku 1

2 pariwisata yang lain. Agar pramuwisata sejatinya adalah ujung tombak pariwisata, bisa memperoleh penghargaan dan kesejahteraan yang wajar sejalan dengan berkembangnya potensi pariwisata. untuk meningkatkan mutu kualitas pelayanan sebuah perjalanan wisata tour maka pramuwisata harus diberikan suatu pendidikan mengenai pramuwisata. Pendidikan Nasional, menurut Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional (Sudjana, 2010, hlm. 41). Dalam Undangundang No. 20 Tahun 2003 (2010, hlm. 2) menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada pasal 13 (2010, hlm. 9) disebutkan jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan nonformal merupakan salah satu jalur pendidikan yang bergerak untuk masyarakat pada umumnya. Secara definisi pendidikan nonformal menurut Coombs dalam Sudjana (2010, hlm. 21) ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu lembaga yang memiliki tujuan untuk mengembangkan masyarakat. Secara definitif yang dikemukakan oleh Frederick H, Harbison dalam Marzuki (2010, hlm. 103) Pendidikan Luar Sekolah sebagai pembentukan skills dan pengetahuan di luar sistem sekolah formal. Artinya di luar sistem sekolah merupakan penyelenggaraan yang dilakukan di luar sistem pendidikan formal pada umumnya. Pelatihan akan selalu menjadi pilihan pendidikan bagi manusia dalam memperbaharui dan menuntaskan rasa kebutuhannya terhadap sesuatu yang baru ataupun memperkuat potensi yang sudah dimilikinya. Pelatihan dipandang cukup

3 efektif dan efisien dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia karena dalam prosesnya menekankan terhadap kemampuan untuk memiliki keterampilan yang baru sehingga dapat memiliki sikap yang baru pula dengan proses waktu yang cukup singkat. Pelatihan yang pada dasarnya adalah bentuk dari pendidikan luar sekolah, yang dalam prosesnya diselenggarakan diluar jalur pendidikan formal (diluar persekolahan) dengan konsep yang dipakai adalah pendidikan non formal serta mengembangkan prinsip-prinsip dan pendekatan andragogy (pendidikan orang dewasa). Pelatihan semakin sekarang kedudukannya semakin diperlukan dan dibutuhkan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia. Artasasmita dalam Lisdiana (2012,hlm.3) mengemukakan bahwa pelatihan sebagai suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, terorganisir, dan sistematis diluar sistem persekolahan untuk memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan efektif dan efisien. Pelatihan adalah pembelajaran yang dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat. Pelatihan bagi pramuwisata memberikan kecakapan-kecapakan praktis, karena memiliki banyak kelebihan seperti muatan pembelajaran yang terkandung terfokus pada keterampilan atau kompetensi yang ingin dimiliki seperti mengantar wisatawan baik rombongan maupun perorangan yang mengadakan perjalanan dengan transportasi yang tersedia, memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan obyek wisata, serta memberikan penjelasan tentang dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi, dan fasilitas wisatawan lainnya, memberikan petunjuk tentang obyek wisata, membantu menguruskan barang bawaan wisatawan, serta memberikan pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat kecelakaan, kehilangan, atau musibah lainnya. Karena pelatihan yang baik adalah pelatihan yang mampu mencapai tujuan yang telah dirumuskan, dan adanya kerjasama yang dilakukan dari pihak pengelola maupun peserta pelatihan. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, pelatihan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Prosedur yang dimaksud adalah manajemen atau pengelolaan pelatihan. Salah satu objek wisata yang menarik di Jawa Barat adalah objek Wisata Citumang yang berada di Desa Bojong Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran mempunyai daya tarik khusus, Obyek wisata Citumang merupakan tempat wisata

4 yang memiliki berbagai keistimewaan seperti adanya pepohonan yang rindang dengan air yang jernih, asdanya kolam kecil untuk pemandian anak, tersedianya boddy rafting, dan pemandangan alam yang sangat indah. Dengan pemandangan alamnya yang sangat indah obyek wisata Citumang sangat diharapkan dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap PAD Kabupaten Pangandaran. Objek wisata citumang sangat menguntungkan dari segi penghasilannya dari setiap tahunnya dapat menyumbangkan 30% ke disperindag. Masyarakat sekitar ikut merasakan manfaat dari adanya obek wisata Citumang, yaitu masayarakat dapat menikmati keindahan alam yang dimiliki oleh objek wisata Citumang. Selain itu dapat mengurangi angka pengangguran dengan menjadi pramuwisata (guide) untuk memandu wisatawan mengunjungi objek wisata Citumang. Hal tersebut membantu masyarakat desa bojong yang masih menganggur mendapatkan pekerjaan yaitu menjadi pramuwisata (guide). Berdasarkan hasil observasi terhadap pemandu wisata yang ada di wisata Citumang masih kurangnya pelayanan prima terhadap para wisatawan domestik maupun manca negara. Hal ini dapat di lihat dari skill/keterampilan yang dimiliki pemandu wisata, kemampuan bagaimana cara memandu atau mendampingi para wisatawan yang baik. Masih banyak pramuwisata yang hanya mendampingi, harusnya sebagai pemandu wisata harus memberi informasi tentang keadaan wisata citumang, yaitu memberi tahu lokasi yang berbahaya ketika melakukan body rafting dan harusnya pemandu benar-benar mendampingi setiap pengunjung. Selain itu Pramuwisata (guide) harus dapat menjelaskan, memandu, dan mengarahkan tempat yang mereka kunjungi. Apalagi pramuwisata objek wisata Citumang kebanyakan lulusan SMP dan SMA. Maka dari itu karang taruna Desa Bojong mengadakan salah satu pelatihan keterampilan yaitu pelatihan pramuwisata. Pelatihan pramuwisata ini sangat menguntungkan bagi sebagian besar warga desa Bojong, khususnya bagi pemuda desa yang belum mendapatkan pekerjaan dan putus sekolah. Dengan diadakannya pelatihan pramuwisata dapat menekan angka pengangguran mencapai 90% (data diperoleh dari Karang Taruna). Jumlah pramuwisata yang telah dilatih atau mengikuti pelatihan sebanyak 121 orang dengan kemampuan kompetensi yang memuaskan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis bermaksud mengadakan

5 penelitian yang berjudul : Penyelenggaraan Pelatihan Kompetensi Keterampilan Pramuwisata Melalui Pola Magang Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengidentifikasi masalah dengan uraian sebagai berikut: 1. Angka pengangguran di Desa Bojong Kecamatan Pangandaran masih tinggi, tetapi dengan diadakannya pelatihan pramuwisata menurunkan banyaknya angka penganguran yaitu 90% (data diperoleh dari Karang Taruna). Jumlah pramuwisata yang telah dilatih atau mengikuti pelatihan sebanyak 121 orang dengan kemampuan kompetensi yang memuaskan. 2. Program pelatihan pramuwisata yang diselenggarakan oleh Karang taruna desa bojong yang melibatkan pemuda yang baru lulus sekolah dan pengangguran. 3. Proses rekruitmen pada pelatihan pramuwisata Citumang belum terlaksana dengan baik, terlihat saat kegiatan pelaksanaan pelatihan banyak yang mengikuti tetapi hanya sekedar mengikuti tanpa melaksanakan tugas yang diberikan oleh instruktur, karena tidak adanya kriteria dan seleksi khusus dari pengelola pariwisata Citumang. Berdasarkan identifikasi diatas maka, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut bagaimana pengelolaan pelatihan pemandu wisata Citumang. Untuk menjabarkan rumusan masalah diatas maka disusun maslah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana penyelenggaraan pelatihan kompetensi keterampilan pramuwisata di objek wisata Citumang? 2. Bagaimana pola magang dalam penyelenggaraan pelatihan kompetensi keterampilan pramuwisata di objek wisata Citumang? 3. Bagaimana mutu lulusan dari penyelenggaraan pelatihan kompetensi keterampilan pramuwisata di objek wisata Citumang?

6 C. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk medneskripsikan data tentang: 1. Penyelenggaraan pelatihan kompetensi keterampilan pramuwisata di objek wisata Citumang. 2. Pola magang dalam penyelenggaraan pelatihan kompetensi keterampilan pramuwisata di objek wisata Citumang. 3. Mutu lulusan dari penyelenggaraan pelatihan kompetensi keterampilan pramuwisata di objek wisata Citumang. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan tentang bagaimana cara pengelolaan objek wisata Citumang dengan baik. Serta dapat memberikan sumbangan, pandangan dan masukan untuk mengemukakan ilmu dan teori yang berkenaan dengan teori pengelolaan pelatihan. 2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pihak yang berkepentingan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas penyelenggara pelatihan pemandu wisata. Bagi peneliti bida mendapatkan pengalaman baru yang dapat menambah wawasan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan pelatihan pemandu wisata. E. Sistematika BAB I Pendahuluan, mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka, yang berisi uraian tentang konsep dan teori yang mendukung terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian BAB III Metode Penelitian, membahas metode penelitian yang berisiskan uraian tentang lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, metode penelitian, definisi operasional, proses pengembangan instrumen, teknik

7 pengumpulan data, terdiri atas metode penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan penelitian BAB V Simpulan dan Saran, mengungkapkan kesimpulan serta saran yang merupakan penjelasan akhir