BAB I PENDAHULUAN. 200 mg/dl. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan metabolisme glukosa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan


Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme akibat peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal yaitu 70-120 mg/dl, setelah berpuasa selama 8 jam dan 2 jam setelah makan kadar gula darah seharusnya di bawah 200 mg/dl. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif (RISKESDAS, 2013). Menurut Kementerian Kesehatan RI(2014) terdapat dua kategori utama DM yakni tipe 1 dan tipe 2.Diabetes melitus tipe 1 disebut juga sebagai insulin dependent/childhood-onset diabetes, ditandai dengan kurangnya kadar insulin. Diabetes tipe 2 disebut non-insulin-dependent/adult onset diabetes, yang disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh.dm tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Depkes, 2005). Kasus DM tipe 2 merupakan kasus yang sering terjadi dibandingkan kasus DM yang lain yaitu persentase kejadiannya 90% dibandingkan DM tipe 1. Kariadi (2013) dalam bukunya yang berjudul Diabetes Siapa Takut juga menjelaskan bahwa penderita DM tipe 2 merupakan kelompok pengidap terbanyak di dunia yaitu 90-99%.Menurut Suiraoka (2012), dalam Taluta (2014), bahwa penyakit yang pravalensinya terus mengalami 1

peningkatan di dunia, baik negara maju maupun negara sedang berkembang adalah DM. Penilaian terakhir International of Diabetic Federation (IDF), menunjukkan bahwa 382 juta orang yang hidup dengan diabetes melitus di dunia pada tahun 2013 dan diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun 2035. WHO (2003) dalam Pratiwi (2013) melaporkan bahwa pada tahun 2000 prevalensi DM di India (31,7 juta), Cina (20,8), Amerika Serikat (17,7 juta) dan Indonesia (8,4 juta). Indonesia merupakan salah satu prevalensi tertinggi DM di antara tiga negara di atas. World Health Organization (WHO, 2008) memperkirakan prevalensi DM tersebut akan meningkat dari tahun 2000 hingga tahun 2030 yakni di India pada tahun 2000 sebanyak 31,7 juta jiwa menjadi 79,4 juta jiwa pada tahun 2030, di Cina tahun 2000 sebanyak 20,8 juta jiwa menjadi 42,3 juta, Amerika serikat dari 17,7 juta jiwa menjadi 30,3 juta jiwa, dan di Indonesia terdapat 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Pada tahun 2013, data Riskesdas menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan DM dari 1,1% di tahun 2007 (yang dilaporkan di RISKESDAS tahun 2008) meningkat menjadi 2,1% dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Riskesdas (2007) melaporkan bahwa prevalensi nasional penyakit DM adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Selanjutnya Riskesdas (2013) pun melaporkan prevalensi DM di Indonesia meningkat sampai 57%, pada tahun 2012. Selanjutnya hasil Riskesdas (2013) pun memperkirakan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas, yang terdiagnosis dan merasakan gejala 2

DM di Indonesia tahun 2013 ada 5 provinsi yang tertinggi yakni: DI Yogyakarta 2,6%, DKI Jakarta 2,5%, Sulawesi Utara 2,4%, Jawa Timur 2,5% dan Jawa Tengah 1,6%. Hal ini menegaskan bahwa DM adalah permasalahan kesehatan yang perlu serius ditangani di Indonesia. Kasus DM yang ditemukan di Propinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan program yang berasal dari Rumah Sakit pada tahun 2004, prevalensi pasien DM di Jawa Tengah mencapai 151.075 kasus dengan jumlah pasien DM tertinggi sebanyak 46.225 kasus di Kota Semarang (Depkes RI 2012). Dinkes Kota Semarang (2013) pun melaporkan angka kematian akibat DM mencapai 258 kasus. Terjadi peningkatan angka DM di Kota Semarang, dari 1.546 kasus pada tahun 2014 menjadi 1.790 kasus pada tahun 2015 (Dinkes Kota Semarang, 2015). Kariadi (2013) menyatakan bahwa kejadian ulkus gangren kaki mencapai sekitar 15% dari seluruh diabetesi. Selain itu, Hartini pun mengatakan bahwa komplikasi diabetes melitus ini digolongkan menjadi akut dan kronis. Selain penyumbatan pembuluh darah besar pada kaki, mikrosirkulasi di kaki juga mudah terhambat, hal ini adalah penyebab utama gangrene (pembusukan jaringan) (Mahendra dkk., 2008). Komplikasi DM dengan ulkus gangren tidak hanya mengancam kesehatan fisik diabetik, namun psikis pun menjadi terganggu. Tekanan psikologis yang dirasakan pasien dan keluarga terkait penyakit yang di derita diabetesi, berupa stress. Pada penelitian Upton dan Solowij (2010) mengemukakan Jika psikologis diabetesi terganggu, bisa berdampak pada proses kesembuhan 3

penyakitnya.morison (2003) menjelaskan bahwa diabetik dengan ulkus menyebabkan tekanan psikologis yang sama beratnya dengan tekanan fisik, baik bagi diabetik maupun bagi keluarga diabetik. Hal ini dikarenakan, proses penyakit yang menahun dan biaya pengobatan yang tinggi.hastuti (2008) menjelaskan bahwa biaya pengobatan diabetik dengan ulkus lebih mahal 3 kali lipat daripada diabetik tanpa ulkus. Kondisi seperti di atas tentunya tidak hanya akanberdampak pada penderita saja, melainkan akan berdampak pada keluarganya juga. Tak jarang, situasi ini dapat menimbulkan ketegangan fisik dan emosional yang tinggi bagi anggota keluarga lainnya (Friedman, 2010). Stresor seperti yang dijelaskan sebelumnya tentunya dapat mengakibatkan sistem keluarga terganggu dan selanjutnya akan berdampak pada strategi dan proses koping keluarga sebagai mekanisme pertahan yang vital untuk keluarga menjalankan fungsi-fungsinya (Ardian, 2011). Keluarga memiliki peranan dan fungsi penting untuk mengoptimalkan kesehatan anggota keluarganya.secara umun,salah satu fungsi keluarga menurut (Friedman, 1998 dalam Suprajitno, 2004) adalah fungsi keluarga dalam perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi yang untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.keluarga pada dasarnya memiliki fungsi memelihara dan merawat anggota-anggotanya yang sakit sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman dan terbebaskan dari penderitaan, termasuk penyakit-penyakit (Sentosa, 2009). Fungsi pemeliharaan dan perawatan keluarga yang terganggu berkaitan erat dengan mekanisme koping yang akan dipilih oleh keluarga. Koping tidak efektif 4

dari keluarga dapat mengakibatkan tidak adekuat/optimalnya proses pemeliharaan dan perawatan yang diberikan keluarga kepada salah satu anggotanya yang sedang dalam masalah. Demikian juga sebaliknya pola dan jenis koping keluarga yang dipilih pun dapat memberikan dasar yang kuat untuk membantu keluarga mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi untuk dapat mengatasi stresor yang ada (Friedman, 1998 dalam Supriatna, 2013). Ali (2009)menjelaskan bahwa masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. Untuk itu, sikap seperti: memberikan nasehat, saran, arahan dan mendampingi saat sakit merupakan suatu dukungan secara emosional, demi menekan munculnya stres. Stres dalam waktu yang lama sejak penderita terdiagnosa penyakit dapat mengakibatkan koping individu menjadi maladaptif (Triyanto, 2010). Beberapa penelitian telah mengkaji mekanisme koping dan dilaporkan bahwa tidak semua keluarga dan penderita mempunyai mekanisme koping adaptif.mekanisme koping adaptif dan maladaptif yakni dapat dipengaruhi oleh dukungan dari anggota keluarga lainnya ketika merawat anggota keluarganya dengan DM. Penelitian oleh Ardian (2013) tentang pemberdayaan keluarga (family empowerment) untuk meningkatkan koping keluarga diabetik tipe 2. Dengan menggunakan jenis penelitian eksperimen semu, desain penelitian non equivalentcontrol group, populasi merupakan keluarga diabetesi tipe 2 sebanyak 15 sampel. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberdayaan keluarga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan koping keluarga. 5

Mutaqin (2008) meneliti tentang mekanisme koping penderita TBC menghadapi penyakitnya. Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan 4 orang anggota keluarga. Hasil penelitiannya adalah mekanisme koping penderita TBC paru saat terdiagnosa menggunakan mekanisme koping berupa respon emosi negatif, respon fisik dan menarik diri. Mekanisme koping yang digunakan setelah mengetahui TBC paru merupakan penyakit menular adalah pendekatan religius, mencari informasi, taat pada saran dan diskusi.mekanisme koping yang digunakan menjalani pengobatan 6 bulan berupa pendekatan religius, curah hati dan diskusi. Mekanisme koping penderita TBC paru menghadapi efek samping minum obat yang digunakan berupa pergi ke tempat pelayanan kesehatan dan tindakan mengatasi keluhan. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi dkk (2007) menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan cara mendapatkan data dengan wawancara mendalam. Judul penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi dkk adalah Koping keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami ketergantungan narkoba di wilayah kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanda dan gejala yang muncul pada setiap penderita berbeda-beda, respon keluarga merasa bingung, khawatir, sedih, merasa bersalah, kecewa dan malu terhadap masyarakat. Sedangkan koping yang digunakan oleh keluarga adalah adaptif dengan menggerakan strategi koping internal dan eksternal. Disimpulkan bahwa keluarga menggunakan koping yang 6

efektif untuk menghadapi anggota keluarganya yang mengalami ketergantungan narkoba. Supriatna dan Putri (2013) pun meneliti tentangmekanisme koping keluarga dengan DM. Tempat penelitian peneliti yakni di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Jumlah responden yakni sebanyak 86 orang dan dipilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan koping keluarga cendrung bersifat adaptif dibandingkan yang maladaptif. Dari 86 responden,84 responden (98%) yang menggunakan koping adaptif dan hanya 2 responden (2%) dengan koping maladaptif dalam merawat pasien DM. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi dkk.,(2014) yang berjudul Hubungan Koping Keluarga Dengan Tingkat Ketaatan Diet Diabetesi Melitus di Puskesmas Denpasar.Mayoritas keluarga pasien DM memiliki mekanisme koping adaptif yakni sebanyak 52 responden (89,7%) dan sebanyak 6 responden (10,3%) memiliki mekanisme koping maladaptif. Berdasarkan data di atas kondisi diabetes tipe 2 dengan ulkus gangren berdampak pada psikis pasien dan anggota keluarga yang merawat, diperlukan mekanisme koping adaptif bagi keluarga yang merawat, sehingga perlunya kajian dari perspektif berbeda yakni metode kualitatif dengan studi kasus single case dalam mengidentifikasi menganalisa status mekanisme koping keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan mekanisme koping adaptif dan maladaptif pada keluarga pasien DM tipe II dengan ulkus ganggren. 7

1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengidentifikasi dan menganalisa mekanisme koping dari keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita DM tipe II dengan ulkus gangrene. Secara spesifik penelitian ini akan menjawab pertanyaan: 1. Bagaimana profil penderita DM tipe 2 dengan ulkus gangren? 2. Bagaimana profil dari keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita DM tipe 2 dengan ulkus gangren? 3. Bagaimana mekanisme koping adaptif keluarga pasien yang menderita DM tipe 2 dengan ulkus gangren? 4. Bagaimana mekanisme koping maladaptif keluarga pasien yang menderita DM tipe 2 dengan ulkus gangren? 1.3 Signifikansi Dan Keunikan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme koping adaptif dan maladaptif keluarga diabetesi mellitus tipe 2 dengan ulkus gangren di Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif studi kasus. Karena penyakit yang diderita oleh pasien DM tipe 2 adalah penyakit kronis yang disertai dengan komplikasiyakni terjadinya luka dan pembusukan pada kaki yang sukar disembuhkan,apabila tidak dirawat secara intensif maka tidak jarang kaki harus di amputasi. Kondisi di atas menjadi stressor yang dapat mengakibatkan sistem keluarga terganggu, yakni keluarga menjadi tertekan, sehingga untuk mengatasi masalah, individu menggunakan mekanisme koping adaptif bahkan sampai maladaptif. 8

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisa mekanisme koping adaptif dan maladaptif yang muncul pada keluarga pasien DM tipe 2 dengan ulkus ganggren yang melakukan perawatan dan pengobatan di Rose Prasetya Wound Care Semarang. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini meliputi: 1.5.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini tentunya akan menyumbangkan pengetahuan baru tentang bagaimana mekanisme koping keluarga saat menghadapi stresor seperti penyakit DM tipe 2 dan perawatan ulkus gangren. Tentunya pengetahuan ini akan memperkaya referensi terkait ilmu kesehatan mental serta medikal bedah khususnya dalam hal proses pemberian asuhan keperawatan. 1.5.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Profesi Keperawatan Melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai edukator untuk memberikan informasi kepada keluarga terkait perawatan pasien DM tipe 2 dengan ulkus gangren, dan juga terkait manajemen mekanisme koping yang baik. 9

2. Bagi Perawat Memungkinkan perawat lebih fokus dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai mekanisme koping adaptif keluarga, terkhususnya dalam merawat pasien DM tipe 2 dengan komplikasi ulkus gangren. 3. Bagi Keluarga Mampu mempraktekan family center care bagi anggota keluarganya yang terkena DM tipe 2 dengan ulkus gangren.selain itu, keluarga dapat memilah dan menggunakan mekanisme koping yang baiksebagai respon terhadap stresor yang ada.dengan demikian, proses perawatan anggota keluarganya pun dapat berjalan dengan baik. 4. Bagi kurikulum keperawatan Hasil penelitian ini akan memberikan masukan dalam perumusan kurikulum tentang keperawatan medical bedah dan keperawatan jiwa untuk menekankan peran perawat dalam memberikan pelayanan terpadu seperti mekanisme koping dan strategi dalam penanganan proses rehabilitasi diabetesi tipe 2 dengan gangren ulkus dan keluarga. 10