PENANAMAN NILAI MORAL DALAM PEMBELAJARAN TARI Di SMP NEGERI 1 ANDONG BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PENANAMAN NILAI MORAL MELALUI METODE BERCERITA DI RAUDHATUL ATHFAL RAUDHATUL ISLAH MARGOSARI PAGELARAN UTARA PRINGSEWU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nilai karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

B. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNANETRA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PERUBAHAN KARAKTER SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. urgensinya belum dimaksimalkan seperti zaman modernisasi sekarang. Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

IMPLEMENTASI MEDIA MINIATUR KEYBOARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN KEYBOARD SISWA DI SMP EKA SAKTI SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNARUNGU

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

O. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini

Transkripsi:

PENANAMAN NILAI MORAL DALAM PEMBELAJARAN TARI Di SMP NEGERI 1 ANDONG BOYOLALI Ikasari Minali Dewi Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang mynalicha_dewi@yahoo.com Abstrak Seni mempunyai peran yang sangat penting, yaitu sebagai kebutuhan dasar pendidikan manusia, memenuhi kebutuhan dasar estetika, pengembangan sikap dan kepribadian, dan pengembangan kecerdasan lainnya. Sikap dan kepribadian dapat ditanamkan melalui pembelajaran di sekolah formal khususnya dalam pembelajaran tari. Melalui ragam gerak dalam tari selain mempunyai makna juga sebagai sarana menanamkan nilai-nilai moral pada anak didik. Kata kunci: nilai moral, pembelajaran tari. Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu persoalan yang selalu berkembang dari masa ke masa dan selalu berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab 1 pasal 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Masyarakat Jawa yang mulanya dikenal sebagai bangsa yang ramah, sopan, santun dan lemah lembut, tiba-tiba saja berubah watak menjadi kasar, beringas, liar, sebagaimana tercermin pada berbagai tindakan kriminal kekerasan massal. Hal ini terjadi karena rendahnya kualitas komunikasi orang tua dan anak, yang kebanyakan bekerja diluar rumah untuk memenuhi tuntutan kehidupan yang semakin maju. Pendidikan nasional dalam berbagai jenjangnya, khususnya jenjang menengah dan tinggi telah gagal membentuk pesrta didik yang memiliki moral dan budi pekerti yang baik (Azra, 2000: 1). Selain itu, beragam tayangan di televisi saat ini seperti: kartun, komedi, sinetron, berita, kuis, bahkan sampai film perang (power ranger, dragon ball, dan sebagainya), secara tidak langsung dapat memberikan pengaruh buruk pada pikiran dan perkembangan anak, karena pada umumnya pola pikir anak masih labil, belum mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga mereka akan meniru apa yang telah ditontonnya. Misalnya saat menonton film perang, anak akan meniru untuk berkelahi dengan teman saat bermain. Melihat keadaan yang demikian, perlu adanya pembelajaran moral atau budi pekerti sejak dini. Pembelajaran bertujuan untuk mendidik anak agar lebih bisa bertingkah laku sesuai norma yang ada. Nilai moral berisi nilai-nilai perilaku manusia yang dapat diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum, tata karma, sopan santun, norma budaya dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Nilai moral sangat diperlukan bagi seluruh masyarakat khususnya adalah anak-anak, karena anak-anak merupakan generasi penerus bagi budaya bangsa kita. Pendidikan moral sangat penting khususnya bagi anak-anak untuk diterapkan sejak dini agar kelak mereka memiliki sikap dan perilaku yang baik kepada sesama, kepada orang tua, saudara, guru, teman dan orang lain. Salah satu cara menanamkan nilai moral pada anak yaitu dalam pembelajaran seni khususnya seni tari. Seperti sekolah menengah yang diberi nama SMP Negeri 1 Andong yang terletak di desa Andong, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, merupakan salah satu sekolah yang menggunakan pembelajaran tari sebagai media penanaman nilai moral yang 36 SNEP II Tahun 2014 ISBN 978-602-14215-5-0

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014 bertujuan untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur dan bersikap sopan santun, serta membimbing mental dan tingkah laku seseorang supaya berubah menjadi lebih baik. Melalui pembelajaran tari di SMP Negeri 1 Andong, anak akan dilatih bagaimana mereka harus bersikap dengan orang lain, memberikan semangat, rasa percaya diri, serta mereka dapat mengasah bakat yang mereka miliki. Hasil penelitian Lestari (1998:160) mengungkapkan bahwa siswa yang telah mendapat kegiatan seni tari, akan terkendali sikapnya, tidak nakal dan memiliki sopan santun yang baik, sayangnya bahwa tidak semua sekolah lanjutan baik sekolah lanjutan tingkat pertama maupun umum menyelenggarakan pendidikan seni tari. Hal tersebut memperlihatkan bahwa manfaat pendidikan seni khususnya seni tari akan mempengaruhi tingkah laku sisiwa untuk mempunyai moral atau budi pekerti yang luhur. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, dan terdapat empat kunci di dalamnya yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian tersebut didasarkan pada cirri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis (Sugiyono, 2009: 2). Penelitian ini mengkaji penanaman nilai moral melalui pembelajaran tari di SMP Negeri 1 Andong Kabupaten Boyolali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini didasari adanya data yang lengkap dan dapat dipercaya melalui teknik observasi dan wawancara. Metode penelitian kualitatif disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola) dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2009 :7-9). Hasil dan Pembahasan 1. Nilai Moral Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai akhlak atau kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin dan sebagainya (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia:388). Sikap moral mencakup kata hati, rasa percaya diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan hati. Perilaku moral mencakup kemampuan, kemauan dan kebiasaan. Dapat disimpulkan bahwa pengertian moral/moralitas adalah suatu tuntutan perilaku yang baik yang dimiliki individu sebagai moralitas, yang tercermin dalam pemkiran/konsep, sikap, dan tingkah laku. 2. Pembelajaran Tari Pembelajaran berasal dari kata Belajar yang mnedapat awalan pe dan akhiran an. Belajar adalah suatu kegiatan yang sadar tujuan, artinya secara sadar diarahkan kepada tujuan tertentu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1985:31). Pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antar guru dengan siswa. Dalam proses tersebut, guru memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian (Hamalik, 1999:148). Pembelajaran adalah cara menjadikan orang belajar, artinya terjadi proses memanipulasi lingkungan untuk memberi kemudahan orang belajar. Pembelajaran merupakan proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar (Jazuli, 2008:137). ISBN 978-602-14215-5-0 SNEP II Tahun 2014 37

Pengertian tari menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian (music, gamelan, dan sebagainya). Sedangkan tari menurut Jazuli (2007:7) adalah bentuk gerak yang indah, yang lahir dari tubuh yang bergerak, berirama, dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari. Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan, atau bersenam. Gerak di dalam tari bukanlah gerak yang realistis, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dan estetis. (http://yokimirantiyo.blogspot.com/2012/09/pengertian-senitari.html). Dari beberapa batasan di atas, dapat diselaraskan bahwa pembelajaran tari merupakan suatu proses kreatif dan apresiatif melalui kegiatan meniru guna mengembangkan kepribadian anak yang posistif dalam menciptakan kedewasaan. 3. Penanaman Nilai Moral dalam Pembelajaran Tari Penanaman nilai moral pada dasarnya merupakan suatu proses awal yang dilakukan oleh orang tua untuk memberikan bimbingan, perhatian, dan pemberian contoh-contoh melalui tindakan yang bersifat positif kepada anak. Bentuk dari penanaman nilai moral dalam suatu keluarga yang pada umumnya dilakukan oleh orang tua, antara lain: pemberian bimbingan budi pekerti, nilai agama dan sosial. Nilai moral ini akan dapat diamati pada anak melalui perilaku maupun nilai sosialnya, yang dapat diamati melalui pergaulan anak di sekolah maupun masyarakat. Mengingat bahwa penanaman nilai moral adalah proses, maka hal ini dapat diberikan melalui sekolah lanjutan menengah yang direncanakan dan dirancang secara matang. Nilai-nilai moral tersebut antara lain: beriman, disiplin, bersemangat, bertanggung jawab, jujur, kreatif, percaya diri, sopan santun, sabar, sikap hormat, rasa indah, rasa malu, menghargai sesama, mandiri, rajin, ikhlas, ramah tamah, dan rasa kasih sayang. Pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena untuk membentuk suatu kepribadian yang baik dilakukan melalui pendidikan seni (Hartono, 2007). Bentuk dari penanaman nilai moral melalui pembelajaran seni tari antara lain: mengajarkan anak untuk disiplin waktu yaitu setelah bel berbunyi harus sudah berada di ruang keterampilan dengan mengenakan kaos olahraga, kemudian berdoa bersama sebelum memulai pelajaran. Setelah itu siswa yang laki-laki menirukan tarian yang ditarikan oleh guru dengan materi tari putra. Untuk siswa yang perempuan diajarkan untuk menghormati yang sedang menari dengan duduk dan memperhatikan tanpa mengganggu dan berisik, begitu sebaliknya. Itu penanaman nilai moral yang sangat sederhana dengan bertingkah laku menghormati orang lain tetapi akan selalu diingat sampai mereka dewasa. Upaya agar anak dapat mengenali nilai moral tidak cukup hanya dengan membaca atau diberi penjelasan, tetapi mereka juga dimungkinkan untuk dapat berpartisipasi dengan cara berperan aktif untuk merasakan secara fisikal atau empatinya. Dengan demikian, gerak sembah yang ada pada tari Jawa dapat dirasakan atau dihayati maknanya, misalnya sebagai tradisi sungkeman atau ngebakten (menunjukkan rasa hormat pada orang tua). Tari tradisional klasik bermanfaat dalam pembentukan pendidikan moral/budi pekerti peserta didik. Budi pekerti yang disumbangkan oleh pendidik seni tari atas dasar nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalam ungkapan gerak-gerak tari. Sebagai contoh, gerak sembahan mempunyai makna sebelum kita melakukan segala aktifitas hendaknya selalu dimulai dengan doa. Dengan kata lain adalah sebagai penghormatan vertical. Gerak kapang-kapang mempunyai makna disiplin dan konsentrasi. Kedua contoh gerak tersebut mengandung nilai filosofi yang dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Lestari, 2001: 22-31). Hal ini menyiratkan bahwa pendidikan seni tari mampu membentuk moral anak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa. Dan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran seni tari dapat dijadikan sebagai media penanaman nilai moral. 4. Simpulan 38 SNEP II Tahun 2014 ISBN 978-602-14215-5-0

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014 Proses penanaman nilai moral dapat diberikan dalam pembelajaran tari di SMP. Nilainilai moral antara lain: beriman, disiplin, bersemangat, bertanggung jawab, jujur, kreatif, percaya diri, sopan santun, sabar, sikap hormat, rasa indah, rasa malu, menghargai sesama, mandiri, rajin, ikhlas, ramah tamah, dan rasa kasih sayang. Nilai-nilai tersebut diaplikasikan melalui gerak tari dengan pemaknaan dalam kehidupan sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti: Membangun Kembali Anak Bangsa. Makalah dalam Konvensi Nasional Pendidikan Tahun 2000. Universitas Negeri Jakarta: Bakir, R. Suyoto, Sigit Suryanto. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Batam: Karisma Publishing Group. Depdikbud. 1985. Ensiklopedi Tari Indonesia Seri F.J. Jakarta: Inventarisasi dan Dokumen Kebudayaan Daerah. Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hartono. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Seni Berbasis Kompetensi Pada Anak Usia Dini. Harmonia. 8. Jurusan Sendratasik, FBS Unnes. Jazuli, M. 2007. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni Tari. Semarang: Unnes Press. Jazuli, M. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa Press. Lestari, Wahyu. 1998. Proses Sosialisasi, Enkulturasi, dan Internalisasi dalam Pengajaran Seni Tari pada SLTP Negeri di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. PPS. IKIP Yogyakarta. Lestari, Wahyu. 2001. Estetika dan Pendidikan Seni Tari. Harmonia. 2. 30-37 Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. http://yokimirantiyo.blogspot.com/2012/09/pengertian-seni-tari.html ISBN 978-602-14215-5-0 SNEP II Tahun 2014 39

40 SNEP II Tahun 2014 ISBN 978-602-14215-5-0