BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus, karena stimulasi yang diberikan dapat mempengaruhi. berusia 7-12 tahun. Pendidikan Sekolah Dasar bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama taman

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah dunia anak. Jean Piaget (dalam Moeslichatoen R.,1996)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan program pendidikan dini anak usia 4-6 tahun. Tugas utama TK

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini khususnya taman kanak-kanak pada dasarnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun psikis. Pada masa ini, anak perlu diberikan rangsangan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN TABUNG PINTAR di TK NEGERI PEMBINA LUBUK BASUNG. Ramaini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, dan

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan dasar sering disebut masa keemasan (golden age) serta masa

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Bilangan merupakan hal yang sering anak-anak jumpai. Menurut hasil

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Molly Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Putro (2008) mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak adalah masa keemasan.

BAB I PENDAHULUAN. (Kepmendikbud Nomor 0486/U/1992, Bab II Pasal 3 ayat (1)). Pasal 31 ayat

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan oleh Tuhan, yang harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK MELALUI MEDIA PERMAINAN MEMANCING ANGKA DI TAMAN KANAK-KANAK FATHIMAH BUKAREH AGAM. Puji Hartini.

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan. diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki karakteristik yang khas, baik dalam hal sikap, perhatian, minat, dan

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hani Epeni, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak pada tahapan usia 0-8 tahun, pada masa ini sering disebut dengan masa keemasan atau Golden Age. Pada masa keemasan ini diperlukan perhatian khusus, karena stimulasi yang diberikan dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan kemampuan akademiknya pada masa yang akan datang. Pada tahapan usia 0-8 tahun ini, anak berada pada fase yang sangat fundamental, dan pembelajaran yang diterima anak pada fase ini akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama serta akan berpengaruh pada kehidupan mendatang. Solehuddin (2002: 27) mengatakan bahwa, usia dini merupakan masa keemasan yaitu fase golden age. Fase ini merupakan masa sensitif bagi anak untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi yang ada. Salah satu upaya mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak adalah melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan prasekolah yang diharapkan menjadi fasilitator bagi perkembangan anak. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan bertujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, karena usia dini merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan anak. Adapun tujuan Taman Kanak-Kanak tertuang dalam kurikulum 2004, yaitu membantu anak mengembangkan berbagai potensi baik fisik dan psikis yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar (Depdiknas, 2003).

2 Mengingat pentingnya pendidikan anak usia dini, maka Taman Kanakkanak sebagai salah satu wadah untuk menumbuh kembangkan potensi anak, dalam pelaksanannya harus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Demikian pula halnya dalam pengembangan matematika yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak. Sebagai salah satu bidang pengembangan, matematika sangat berperan penting dalam menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan sistematis. Berkembangnya kemampuan tersebut ditandai dengan hal sebagai berikut. (1) anak mengerti konsep matematika sederhana, (2) anak memahami prosedur atau cara kerja matematika, (3) anak dapat mencari pemecahan masalah, (4) anak mampu mengkomunikasikan persoalan-persoalan dalam matematika sederhana, (5) anak dapat menginterpretasikan atau mengungkapkan kembali apa yang telah anak ketahui sesuai dengan pemahamannya (Kellough: 1996). Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka matematika dapat diperkenalkan sejak dini sesuai tahap perkembangan anak, dan yang lebih penting harus bermakna bagi anak. Kemampuan matematika anak meliputi kemampuan: mengenal bilangan, geometri, pengukuran, analisis dan probability (NCTM, Kleough 1996) Ditegaskan pula oleh Tadzkirotun (2005) bahwa, mengenal matematika sejak usia dini memberi pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai kemampuan matematika anak yaitu kemampuan mengolah angka dan kemahiran menggunakan logika. Menurut NCTM (Coopley, 2001: 14) mtematika harus kaya, bervariasi, berorientasi pada konsep, dan fokus pada tujuan. Adapun yang termasuk isi matematika adalah bilangan dan operasi, aljabar, geometri, pengukuran serta analisis data dan probabilitas. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu operasi penjumlahan. Permasalahan mengenai mengapa kemampuan anak dalam pembelajaran operasi penjumlahan di TK ini penting dikembangkan adalah pada dasarnya setiap anak akan memerlukan operasi penjumlahan, karena operasi penjumlahan

3 merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. Sebagai contoh, banyak sekali aktivitas manusia yang memerlukan operasi penjumlahan ketika bangun tidur menghitung waktu dengan operasi penjumlahan, membeli sesuatu harus mengerti operasi penjumlahan, mengukur berat. Tetapi dalam pelaksanaanya masih banyak anak yang belum mengerti operasi penjumlahan, bahkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi anak dapat mengalami fobia terhadap matematika terutama operasi penjumlahan. Sesuai dengan tahapan kognitif Piaget, bahwa anak usia dini berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun). Tahap praoperasional ini ditandai oleh pembentukan konsep-konsep yang stabil, munculnya kemampuan menalar, egosentrisme mulai menguat dan kemudian melemah, serta terbentuknya gagasan-gagasan yang sifatnya imajinatif. Berdasarkan teori Piaget tersebut, Lorton (Sudono, 2000: 385) mengemukakan tiga tahapan pembelajaran matematika untuk anak usia dini yaitu: mulai dari tingkat pemahaman konsep, menghubungkan konsep konkrit dengan lambang bilangan dan tingkat lambang bilangan. Dalam penelitiannya Sriningsih (2009:1) mengungkapkan bahwa beberapa lembaga pendidikan anak usia dini mengajarkan konsep-konsep matematika yang menekankan pada penguasaan angka melalui latihan praktek-praktek paper-pencils test. Dengan demikian, pembelajaran matematika yang terjadi tidak bermakna bagi anak seperti yang terjadi di TK Al-Islah pada kelompok B (5-6 tahun), terdapat beberapa anak yang sudah lancar dalam menyebutkan jumlah dari 2+5, tetapi ketika dibalik 5+2 maka anak akan kebingungan lagi menyebutkan hasilnya. Selain itu ada beberapa anak yang kebingungan ketika menjumlahakan itu hasilnya berkurang atau bertambah. Metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika di TK Al-Islah, dalam mengajarkan konsep-konsep matematika dasar cenderung menekankan pada praktek-praktek paper pencils test. Metode yang digunakan menjadi kurang variatif karena guru hanya menggunakan metode pemberian tugas dalam

4 mengenalkan konsep dan lambang bilangan. Anak hanya diberikan lembar kerja yang berisi angka-angka ataupun menyebutkan bilangan 1-20 secara bersamasama kemudian anak ditugaskan untuk menulis angka tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan anak cepat bosan dan tidak tertarik dalam pembelajaran matematika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 480) penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan. Sedangkan menurut Kamus Besar Poerwadarminta (1983: 425) menyatakan bahwa penjumlahan adalah hal menjumlahkan. Glover (2006: 4) menambahkan bahwa penjumlahan adalah cara menemukan jumlah total dua bilangan atau lebih. Tanda + dalam penjumlahan menunjukkan bahwa bilangan-bilangan tersebut dijumlahkan. Menurut Sudono (2000:44) Agar tujuan pembelajaran tercapai dan terciptanya proses belajar mengajar yang tidak membosankan, guru dapat menggunakan media pembelajaran secara tepat. Digunakannya media dalam pembelajaran yaitu agar dapat menjembatani antara konsep-konsep materi yang abstrak menjadi lebih konkrit, sehingga anak dapat memahami materi yang disajikan guru. Untuk itu, maka penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat diperlukan demi terciptanya tujuan pembelajaran secara optimal. Dalam mengajarkan operasi penjumlahan kepada anak haruslah menarik, menyenangkan dan konkrit sehingga penjelasannya mudah di pahami oleh anak. Guru tentunya sangatlah berperan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang hidup di dalam kelas. Guru yang kreatif dan variatif dapat memvariasikan gaya mengajarnya agar bisa menarik minat anak untuk belajar. Menurut Sriningsih (2008:37) proses modifikasi tingkah laku sangat membantu keberhasilan proses belajar, yang dapat dilakukan melalui tiga hal, antara lain: pemberian stimulus, penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Digunakannya media dalam pembelajaran yaitu agar dapat menjembatani antara konsep-konsep materi yang abstrak menjadi lebih konkrit, sehingga anak dapat memahami materi yang disajikan guru. Untuk itu, maka penggunaan media

5 dalam proses pembelajaran sangat diperlukan demi tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal. Demikian pula halnya dalam mengajarkan pembelajaran operasi penjumlahan pada anak usia dini sebaiknya menggunakan media yang menarik sehingga anak lebih mudah untuk memahami dan untuk lebih menumbuhkan motifasi anak untuk belajar. Menurut Hafidz (2009) Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Henny Siti R (2012), tentang meningkatkan operasi penjumlahan melalui permainan dadu papan penjumlahan. Penerapan permainan dadu papan penjumlahan dapat membantu meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan di Taman Kanak-kanak Islam Siti Khodijah kelompok B. Dalam penerapannya di lapangan, anak bermain dadu secara berpasangan dua-dua, di mana ketika anak yang satu melempar dadu maka anak yang satunya lagi memasangkan benda dan lambang bilangannya, demikian seterusnya secara bergantian, kemudian anak menghitung jumlahnya bersamasama. Permainan dadu papan penjumlahan dapat meningkatan kemampuan operasi penjumlahan anak kelompok B Taman Kanak-kanak Islam Siti Khodijah.. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mencoba menggunakan media Realia dalam upaya peningkatan terhadap kemampuan matematika pada anak usia dini. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini memfouskan kajian pada Meningkatkan Kemampuan operasi penjumlahan melalui penggunaan media realia. Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B TK Al- Islah Kecamatan Leles Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2012-2013

6 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Permasalahan yang muncul dalam mengenalkan bilangan kepada anak disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) Guru masih belum bisa membuat suasana pembelajaran menjadi suasana yang lebih atraktif. (2) Metode yang digunakan guru masih monoton dan tidak variatif. (3) Media dan sumber belajar masih belum memadai dikarenakan kurangnya pendapatan taman kanakkanak sehingga media menjadi terbatas dan guru masih belum bisa memfariasikan benda yang ada untuk dijadikan media. Secara umum masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Apakah penggunaan media realia dapat meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak TK kelompok B?. Secara khusus masalah yang diteliti dibatasi sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan operasi penjumlahan anak sebelum diterapkan media realia pada kelompok B TK Al-Islah? 2. Bagaimana pelaksanaan penggunaan media realia dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada kelompok B TK Al-Islah? 3. Bagaimana peningkatan kemampuan operasi penjumlahan anak setelah digunakan media realia pada kelompok B TK Al-Islah? Untuk memperjelas arahan penelitian ini maka definisi operasional variable dalam hal ini mengenai hal-hal yang berkaitan sebagai berikut: 1. Operasi Penjumlahan Menurut Pakasi (1970: 16), berhitung artinya bekerja dengan bilangan. Dalam berhitung kita meletekakkan hubungan / relasi antara dua buah bilangan, atau lebih dari dua buah bilangan.

7 Menurut Sriningsih (2009: 64), bahwa pemahaman terhadap operasi bilangan bulat dapat dilakukan melalui berbagai contoh kongkrit dalam kehidupan sehari-hari. Operasi bilangan meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Indikator penjumlahan yang akan dinilai berdasarkan standar kompetensi TK dan RA dari standar kompetensi yang diharapkan yaitu anak mampu memahami konsep sederhana, memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari kemudian dijabarkan kembali dalam hasil belajarnya yaitu anak dapat memahami konsep-konsep matematika sederhana, dan lebih rinci dijabarkan dalam indikator yaitu menyebutkan hasil penjumlahan dengan benda sampai 10. 2. Media realia Menurut Sudjana (2005: 196) media realia adalah media benda-benda nyata atau makhluk hidup (real life materials). Menurut Rusman (2005: 2) media realia yaitu semua benda nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun yang diawetkan. Misalnya tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, benda-benda, air, sawah, makanan dan sebagainya. Menurut Wibawa (1992: 55) menyebutkan bahwa media relaia adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya tanpa perubahan. Adapun yang dimaksud dengan media realia dalam penelitian ini adalah media yang digunakan dalam bentuk nyata. Media realia yang digunakan berupa benda-benda seperti vas bunga, bunga, tanah, sendok, piring, gelas, aseupan (alat memasak nasi zaman dulu). Benda-benda di dalam kelas: meja guru, pintu, kursi, guru, anak dan juga menggunakan makanan diantaranya adalah tomat, kacang panjang, buncis, kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai.

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Tujuan umum penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan mengenal bilangan anak di TK Al-Islah kelompok B melalui penggunaan media realia. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kemampuan operasi penjumlahan anak sebelum diterapkan media realia pada kelompok B TK Al-Islah. b. Untuk mengetahui penjelasan penggunaan media realia dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada kelompok B TK Al-Islah. c. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan operasi penjumlahan anak setelah digunakan media realia pada kelompok B TK Al- Islah. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Anak a. Dapat menghilangkan rasa takut dan rasa jenuh akan pelajaran matematika sehingga siswa merasa lebih senang dan menyukai pelajaran matematika. b. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika terutama pada pengenalan bilangan. c. Meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika. d. Meningkatkan motivasi belajar siswa karena pembelajaran bersifat lebih menarik dan bermakna, terutama dalam pembelajaran matematika. 2. Untuk Guru a. Mengembangkan kreativitas dengan berbagai media dalam memotivasi belajar siswa.

9 b. Mengetahui salah satu pemecaha masalah pembelajaran matematika sehingga terjadi perbaikan dan peningkatan efektivitas pembelajaran di dalam kelas. c. Menambah motivasi guru untuk mengajar dan mendidik guru. d. Dapat diketahui cara peningkatan hasil belajar matematika pada topik pengenalan angka melalui media yang menarik dan kreatif. 3. Untuk Lembaga Taman Kanak-kanak a. Memberi komtribusi yang lebih baik pada sekolah dalam rangka pembelajaran pada khususnya serta kemajuan sekolah pada umumnya. b. Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah sehingga dapat meningkatakan kepercayaan dan dukungan masyarakat sekitar terhadap sekolah. E. Struktur Organisasi Skripsi Adapun kerangka skripsinya yaitu sebagai berikut: Bab I pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan penelitian, pendekatan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skiripsi. Bab II kajian pustaka, bab ini membahas tentang : Perkembangan Kognitif Anak, Teori kognitif Jean Piaget, Teori kognitif Brunner, Matematika di Taman Kanak-Kanak, Hakikat matematika di Taman Kanak-Kanak, Pengenalan Operasi Penjumlahan di Taman Kanak-kanak, Pengertian, Standar Kompetensi Pembelajaran Operasi Penjumlahan di Taman Kanak-kanak, Tahap pembelajaran operasi penjumlahan di Taman Kanak-kanak, Peran Guru dalam Pembelajaran Operasi Penjumlahan di Taman Kanak-kanak, Peran Alat Peraga dalam Pembelajaran Operasi Penjumlahan di Taman Kanak-kanak, Konsep Dasar

10 Media Pembelajaran Anak Usia Dini, Definisi Media Pembelajaran, Syarat dan Ciri Media Pembelajaran, Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran, Klasifikasi Media Pembelajaran, Kriteria Pemilihan Media, Media Realia, Pengertian, Jenis Media Realia, Keunggulan Media Realia, Kelemahan Media Realia. Bab III metodologi penelitian, bab ini membahas mengenai : lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, bab ini membahas tentang : hasil penelitian dan pembahasan. Bab V kesimpulan dan saran yang berisi tentang: Kesimpulan dan Saran. Bab VI daftar pustaka