EFEKTIVITAS PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEKS BEBAS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA. ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI REMAJA KELAS X TENTANG SEKSUAL BEBAS DI SMA MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEKS BEBAS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA Eka Fitri Yanti 1), Nita Yunianti Ratnasari 2) 1) Mahasiswa Akper Giri Satria Husada Wonogiri 2) Dosen Akper Giri Satria Husada Wonogiri Ekafitri892@gmail.com ABSTRAK Latar Belakang: Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse atau kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Perilaku seks bebas cenderung disukai oleh anak muda, terutama kalangan remaja yang secara bipopsikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan. Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2011, di Indonesia menemukan bahwa remaja yang melakukan seks pranikah kebanyakan usia 15-19 tahun. Data tersebut ditemukan dengan mengumpulkan 14. 726 sampel anak SMP dan SMA di 12 kota besar di Indonesia ditemukan sebanyak 93,7% mengaku pernah melakukan hubungan seks, 83% mengaku pernah menonton vidio porno dan 21,2% mengaku pernah melakukan aborsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas di Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri pada tingkat baik, cukup dan kurang. Metode Penelitian: Metode penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif. Penelitian ini telah dilakukan di Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia remaja yang tinggal di Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Sampel yang digunakan peneliti sebanyak 30 responden. Instrumen penelitian ini menggunakan Satuan Acara Penyuluhan (SAP), Leaflet seks bebas, dan lembar kuesioner. Hasil Penelitian : tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas di Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri yaitu tingkat pengetahuan responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 30 responden (100%), responden dengan tingkat pengetahuan sedang tidak ada (0%) dan responden dengan tingkat pengetahuan buruk tidak ada (0%). Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas di Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri pada tingkat pengetahuan baik. Kata Kunci : Pengetahuan, Seks Bebas Pendahuluan Masa remaja merupakan satu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19 tahun, sedangkan masa muda (youth) antara 15-14 tahun. Salah satu bentuk perkembangan yang menonjol pada masa remaja, yaitu terjadi perubahan perubahan fisik yang mempengaruhi pula perkembangan kehidupan seksualnya. Hal ini ditandai matangnya organ seksual, baik primer maupun sekunder. Perkembangan fisik berjalan dengan sangat cepat, sehingga pada masa remaja berakhir sudah memiliki organ seksual primer maupun sekunder sebagaimana halnya orang dewasa. Masalah remaja, hakikatnya bersumber pada perubahan organ biologis akibat pematangan organ organ reproduksi yang sering kali tidak diketahui oleh remaja sendiri (Sarwono, 2013). Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Tentang Seks Bebas Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja, Yanti & Ratnasari Page 1

intercouse atau kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Tidak saja oleh agama dan negara, tetapi juga filsafat. Perilaku seks bebas cenderung disukai oleh anak muda, terutama kalangan remaja yang secara bipo-psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan (Naedi, 2012). Hasil penelitian menunjukan bahwa 65 persen informasi tentang seks, mereka dapatkan dari teman dan 35 persen dari film porno. Ironisnya, hanya 5 persen dari responden remaja yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tuanya. Kemudian, pengalaman berhubungan seks yang dimulai sejak usia 16 sampai 18 tahun sebanyak 44 persen, sementara 16 persen melakukan hubungan seks pada usia 13 sampai 15 tahun (Aini, 2013). Menurut WHO (2011), Jumlah remaja di dunia saat ini mencapai ± 1,2 milyar. Hasil penelitian pada 1038 remaja berumur 13-17 tahun tentang hubungan seksual menunjukkan 16% remaja menyatakan setuju dengan hubungan seksual, 43% menyatakan tidak setuju dengan hubungan seksual, dan 41% menyatakan boleh-boleh saja melakukan hubungan seksual (Rusdianti, 2012). Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2011, di Indonesia menemukan bahwa remaja yang melakukan seks pranikah kebanyakan usia 15-19 tahun. Data tersebut ditemukan dengan mengumpulkan 14. 726 sampel anak SMP dan SMA di 12 kota besar di Indonesia ditemukan sebanyak 93,7% mengaku pernah melakukan hubungan seks, 83% mengaku pernah menonton vidio porno dan 21,2% mengaku pernah melakukan aborsi. Di Jawa Tengah sendiri pada tahun 2010, tercatat kasus seks pranikah mencapai 98 kasus dan kehamilan pranikah mencapai 85 kasus, dari semua kejadian sekitar 51,4% dilakukan oleh remaja berusia 10-19 tahun (Minah dkk, 2012). Remaja di Surakarta 650 ribu perempuan yang sudah kehilangan keperawanannya di karenakan seks bebas pada usia 15-17 tahun dan 5 juta remaja, 26 % nya atau 2,6 juta adalah pria dan wanita yang masuk golongan ABG, 50% saja dari mereka yang pernah melakukan hubungan intim, maka jumlah remaja yang melakukan seks bebas sebanyak 1,3 juta orang (BKKBN, 2013). Dari penelitian yang dilakukan Sanjaya (2014), mengatakan di Dusun Tunggul Tasikharjo, Jatisrono, Kabupaten Wonogiri pada tahun 2012 diperoleh hasil bahwa jumlah remaja yang mengalami kejadian hamil diluar nikah sebanyak 13 orang dari jumlah remaja 21 di dusun tersebut. Peneliti mewawancarai 4 remaja yang mengalami kejadian hamil di luar nikah, wawancara berkaitan dengan hal-hal yang melatar belakangi kejadian tersebut, hasil wawancara menunjukkan bahwa ternyata 3 remaja tersebut kurang tahu tentang resiko seks diluar nikah serta dalam bergaul terlalu bebas. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi terjadinya kejadian seks pranikah atau salah satunya dengan dilakukan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi dimana pemerintah dan pemerintah daerah bersama-sama menjamin kesehatan reproduksi, pelayanan kesehatan ibu, indikasi kedaruratan medis dan perkosaan sebagai pengecualian atas larangan aborsi, reproduksi dengan bantuan atau kehamilan diluar cara alamiah, pembinaan dan pengawasan (Presiden RI, 2014). Masalah seks pranikah terhadap remaja juga menjadi tanggung jawab bidan. Bidan juga dianggap sebagai role modelmasyarakat yang baik, memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja tentang kesehatan reproduksi dan penyebab dan akibat dari PMS. Mengingat besarnya dampak buruk dari seks pranikah pada remaja, Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Tentang Seks Bebas Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja, Yanti & Ratnasari Page 2

perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini. sebagian besar masyarakat menganggap bahwa telah terjadinya pergeseran pada perilaku seksual masyarakat kususnya di kalangan remaja Indonesia sekarang ini. Dari sini masyarakat sangat ingin menjaga anaknya di usia remaja, mereka tidak ingin terjadi kehamilan tidak diinginkan sehingga mengakibatkan remaja putus sekolah. Sebagian masyarakat mengganggap bahwa paparan media pornografi sangat menjadi faktor penentu dari kejadian seks pranikah. Yang paling menakutkan bagi masyarakat adalah kematian ibu di usia remaja yang disebabkan kondisi psikologis tidak mendukung seperti melakukan aborsi (PKBI, 2013). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengambil studi kasus tentang efektivitas penyuluhan kesehatan tentang seks bebas terhadap tingkat pengetahuan remaja. Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui penyuluhan kesehatan tentang seks bebas terhadap tingkat pengetahuan remaja. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas sebelum pendidikan kesehatan, mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas setelah pendidikan kesehatan, dan menganalisis tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas sebelum dan setelah pendidikan kesehatan. Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini telah dilakukan di Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia remaja yang tinggal di Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Sampel yang digunakan peneliti sebanyak 30 responden dengan kriteria inklusi remaja usia 14 sampai 19 tahun, berdomisili di Desa Jendi, masuk anggota Karang Taruna Paradise, bersedia menjadi responden penelitian. Sedangkan untuk kriteria eksklusi remaja usia kurang dari 14 tahun, remaja yang saat pengambilan data tidak ada di tempat, remaja yang saat sakit, dan remaja yang tidak bersedia menjadi responden penelitian. Metode penelitian ini menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Penelitian ini hanya mendeskirpsikan pengetahuan responden tentang seks bebas. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data hasil mengenai karakteristik responden, peneliti menghendaki jumlah sampel penelitian adalah 3 responden. Saat pemilihan sampel terdapat 30 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu responden dengan usia 14 sampai 19 tahun, berdomisili di Desa Jendi, masuk anggota Karang Taruna Paradise dan bersedia menjadi responden penelitian. Sedangkan yang sesuai dengan kriteria eksklusi terdapat 3 responden yang tidak bersedia menjadi responden karena umur kurang dari 14 tahun dan responden yang sedang sakit. 1. Karakteristik Responden Karakteristik Responden di Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel dibawah ini : a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini : Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Tentang Seks Bebas Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja, Yanti & Ratnasari Page 3

Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No. Karakteristik Frekuensi Prosentase 1. Laki-laki 18 60% 2. Perempuan 12 40% Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 responden (60%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (40%). Karakteristik responden menurut jenis kelamin menunjukan distribusi tertinggi adalah laki-laki sebanyak 18 responden (60%). b. Karakteristik responden berdasarkan umur Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan umur seperti terlihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan umur No. Klasifikasi Umur Frekuensi Prosentase 1. 14 tahun 5 16,6% 2. 15 tahun 4 13,3% 3. 16 tahun 3 10% 4 17 tahun 8 26,6% 5 18 tahun 4 13,3% 6 19 tahun 6 20% Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa responden dengan umur 14 tahun sebanyak 5 responden (16,6%), responden dengan umur 15 tahun sebanyak 4 responden (13,3%), responden dengan umur 16 tahun sebanyak 3 responden (10%), responden dengan umur 17 tahun sebanyak 8 responden (26,6%), responden dengan umur 18 tahun sebanyak 4 responden (13,3%) dan responden dengan umur 19 tahun sebanyak 6 responden (20%). Karakteristik responden menurut umur menunjukan distribusi tertinggi berumur 17 tahun yaitu sebanyak 68 responden (26,6%). c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan seperti terlihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan No Pendidikan Frekuensi Prosentase. 1 SMP 10 33,3% 2 SMA 20 66,6% Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 10 responden (33,3%) dan tingkat pendidikan SMA sebanyak 20 responden (6,6%). Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan menunjukkan distribusi tertinggi terdapat pada SMA sebanyak 20 Responden (66,6%). 2. Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan. a. Karakteristik tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan. Dari hasil penelitian diperoleh data tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan seperti terlihat pada tabel 4 berikut ini: Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Tentang Seks Bebas Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja, Yanti & Ratnasari Page 4

Tabel 4 Tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan No. Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase 1. Baik (9-12) 11 36,6% 2. Sedang (6-8) 19 63,3% 3. Buruk (<6) 0 0% Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 11 responden (36,6%), responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 19 responden (63,3%) dan responden dengan tingkat pengetahuan buruk tidak ada (0%). b. Karakteristik tingkat pengetahuan responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan Dari hasil penelitian diperoleh data tingkat pengetahuan responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan seperti terlihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Tingkat pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan No. Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase 1. Baik (9-12) 30 100% 2. Sedang (6-8) 0 0% 3. Buruk (<6) 0 0% Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 30 responden (100%), responden dengan tingkat pengetahuan sedang tidak ada (0%) dan responden dengan tingkat pengetahuan buruk tidak ada (0%). Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan terdapat 36,6 memiliki tingkat pengetahuan baik dan 63,6% memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan rata-rata benar menjawab kuesioner sebesar 9,3 dari 12 pertanyaan. Sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat 100% memiliki tingkat pengetahuan baik dengan rata-rata benar menjawab kuesioner 11,4 dari 12 pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan tentang seks bebas pada remaja kurang dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan tentang seks bebas pada remaja meningkat. Kesimpulan Dari penelitian mengenai efektivitas penyuluhan kesehatan tentang seks bebas terhadap tingkat pengetahuan remaja di Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri dapat di simpulkan : 1. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan remaja di Karang Taruna Paradise Dusun Kadipaten Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan terdapat 36,6 memiliki tingkat pengetahuan baik dan 63,6% memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan rata-rata benar menjawab kuesioner sebesar 9,3 dari 12 pertanyaan. Sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat 100% memiliki tingkat pengetahuan baik dengan rata-rata benar menjawab kuesioner 11,4 dari 12 pertanyaan. 2. Penyuluhan kesehatan seks bebas dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Tentang Seks Bebas Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja, Yanti & Ratnasari Page 5

Daftar Pustaka Arista R.F.A. 2015. Hubungan Antara Lingkungan Pergaulan dengan Sikap dan Perilaku Seks Bebas Remaja di SMK Murni 2 Surakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Enjel A.J. 2015. Hubungan Antara Harga Diri dan Asertivitas dengan Perilaku Seksual Pada Remaja Putri SMA Negeri 9 Lempake Samarinda. Jurnal Psikologi Vol. 3 Nor. 3, 2015 : 634-647 Krisik S. 2017. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Bahaya Seks Pranikah terhadap Pengetahuan dan Sikap Pranikah di Siswa X di Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Ratih S.W. 2015. Hubungan Pengetahuan Bahaya Pergaulan Bebas Pada Remaja dengan Persepsi Perilaku Seks Pranikah di SMA N 1 Sewon Bantul. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Reni N.A. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Seks Pranikah Pada Remaja Kelas XI di SMA N 1 Kretek Bantul. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Sanjaya D. 2014. Faktor-faktor yang Berperan dalam Kejadian Hamil di Luar Nikah di Dusun Tunggul Tasikhargo, Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Karya Tulis Ilmiah. Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Yanuar A. 2016. Perilaku Seks Bebas Pada Siswa SMA di Surakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Tentang Seks Bebas Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja, Yanti & Ratnasari Page 6