BAB I PENDAHULUAN. atau aterm. Studi di India menyatakan bahwa insidensi KPD sebesar 7-12% dengan kasus pada kehamilan aterm sebesar 60-70%.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum ada tanda tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum ada. tanda dimulainya persalinan. Ada beberapa penyebab

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Jurnal Ilmu Kesehatan Anak

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. serebelum sehingga menyebabkan keterbatasan aktivitas. 1, 2

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD DR. SOESILO KABUPATEN TEGAL SKRIPSI

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir

Kata kunci : persalinan preterm dan aterm, apgar score, berat badan, panjang badan

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan rancangan studi kasus kontrol. Penyetaraan matching dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003).

PERBEDAAN SKOR APGAR PADA KETUBAN PECAH DINI USIA KURANG DARI 34 MINGGU YANG DIBERI DAN TIDAK DIBERI DEKSAMETASON JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pertama sebagai penyebab kematian maternal. 2. Pendarahan obstetri secara umum dibagi menjadi perdarahan antepartum

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,

Correlation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki angka yang cukup tinggi di Indonesia.Berdasarkan Riset. Bayi Lahir Rendah (BBLR) mencapai 11,5%, meskipun angka ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber daya manusia di

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan

BAB IV HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah ketuban yang pecah sebelum terjadi persalinan atau inpartu. 1 Insidensi KPD mendekati 10% dari semua persalinan, 70% dari kejadian tersebut terjadi pada kehamilan cukup bulan atau aterm. Studi di India menyatakan bahwa insidensi KPD sebesar 7-12% dengan kasus pada kehamilan aterm sebesar 60-70%. 2 Penyebab KPD adalah multifaktorial. Infeksi merupakan faktor penting sebagai penyebab dan sekaligus menjadi komplikasi dari KPD. Infeksi sekunder secara asenderen juga dapat terjadi pada KPD yang kemudian dapat menyebabkan desiduitis, korioamnionitis ataupun infeksi pada janin. 3 Kejadian KPD merupakan masalah penting yang dapat menempatkan ibu dan anak pada risiko infeksi, begitu pula dengan janin yang berisiko mengalami kelahiran prematur dengan segala komplikasinya. Komplikasi KPD terjadi antara 3% sampai 18,5% dari seluruh kehamilan dan 8% sampai 10% dari kehamilan aterm. Mereka yang mengalami KPD pada kehamilan aterm, sekitar 40% akan membutuhkan lebih dari 24 jam untuk persalinan spontan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perpanjangan periode laten lebih dari 24 jam dikaitkan dengan peningkatan insiden korioamnionitis dan sepsis neonatal. 4

2 Korioamnionitis adalah penyebab utama morbiditas ibu dan bayi. Istilah ini mengacu pada peradangan pada air ketuban, kulit ketuban, plasenta, desidua dan sangat terkait dengan persalinan prematur. Korioamnionitis dapat terjadi pada 30% dari bayi yang lahir pada persalinan prematur dengan membran utuh dan 75% dengan ketuban pecah dini. 5 Insidensi korioamnionitis bervariasi tergantung pada usia kehamilan saat persalinan, yaitu sebanyak 41% pada mereka yang lahir di usia kehamilan kurang dari 27 minggu, 15% pada kehamilan antara 28 sampai 36 minggu, dan 2% pada aterm. 5,6 Korioamnionitis telah terbukti menjadi faktor risiko untuk berbagai penyakit penyerta termasuk sepsis neonatorum, sindrom gangguan pernapasan, meningitis neonatal, perdarahan intraventrikular, cerebral palsy (CP) dan keterlambatan perkembangan anak. 5 Penelitian di RS Sanglah Denpasar tahun 2002 juga melaporkan insidensi sepsis neonatorum dini sebesar 4,4% (5/113) dari 113 sampel yang diikuti hingga hari ke-4 postpartum. Risiko relatif sepsis neonatorum dini pada korioamnionitis dengan tanda-tanda klinis 46 kali lebih besar dibandingkan dengan korioamnionitis tanpa tanda-tanda klinis. 7 Korioamnionitis dapat dikaitkan dengan rendahnya kesejahteraan bayi saat lahir yang dinilai dengan skor APGAR, kebutuhan untuk resusitasi pada saat kelahiran, dan kejang neonatal. 8 Pada persalinan normal tanpa pemberat, skor APGAR berkisar antara 7-10, sedangkan pada persalinan yang terdapat infeksi, skor APGAR berada dibawah kisaran normal. 9

3 Pada penelitian ini akan diteliti lebih dalam mengenai hubungan korioamnionitis dengan asfiksia neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. Asfiksia neonatus akan dinilai dengan Skor APGAR pada menit ke-1 dan ke-5 yang meliputi aspek tonus otot, frekuensi jantung, refleks, warna kulit dan usaha bernapas. 10 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana hubungan korioamnionitis dengan asfiksia neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan korioamnionitis dengan asfiksia neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. 1.3.2 Tujuan khusus a. Mengetahui insidensi korioamnionitis pada kehamilan dengan ketuban pecah dini b. Mengetahui skor APGAR pada kehamilan dengan korioamnionitis c. Menilai hubungan korioamnionitis dengan asfiksia neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini.

4 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang hubungan korioamnionitis dengan asfiksia neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. 1.4.2 Manfaat untuk pelayanan kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi para klinisi dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini dan dalam pencegahan terjadinya komplikasi ketuban pecah dini. 1.4.3 Manfaat untuk penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya tentang penatalaksanaan maupun pencegahan komplikasi ketuban pecah dini. 1.4.4 Manfaat untuk masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat luas terutama ibu hamil tentang komplikasi korioamnionitis pada KPD.

5 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian No Judul Metodologi Hasil 1. Nehad Nasef, dkk. Effect of Clinical and Histological Chorioamnionitis on the Outcome of Preterm Infants. 2012 2. Laura Aoife, dkk Neonatal and maternal outcomes following midtrimester preterm premature rupture of the membranes 2016 Jenis Penelitian : Observasional Cohort Retrospektif Sampel : 274 bayi prematur (< 30 minggu) di Toronto, Ontario, Canada. Variabel Bebas : Korioamnionitis klinis dan histologis Variabel Terikat : Luaran Bayi Jenis Penelitian : Observasional Cohort Retrospektif Sampel : 42 wanita dengan kehamilan KPD preterm pada midtrimester di Cork, Ireland Variabel Bebas : KPD preterm Variabel Terikat : Luaran maternal dan neonatal Bayi pada kelompok korioamnionitis klinis telah secara signifikan memiliki skor kognitif, bahasa dan motor lebih rendah dibandingkan dengan korioamnionitis histologis dan tanpa korioamnionitis. Prevalensi KPD preterm pada midtrimester sebesar 0.1 %. 23% bayi lahir hidup. 9 bayi diresusitasi. 2 bayi selamat. 12% wanita terkena korioamnionitis klinis namun 69% menunjukkan korioamnionitis histologis. 2,4% wanita mengalami sepsis.

6 Tabel 1. Keaslian penelitian (Lanjutan) 3. Martin Stepan, dkk Neonatal outcomes in subgroups of women with preterm prelabor rupture of membranes before 34 weeks 2015 Jenis Penelitian : Observasional Cohort Prospektif Sampel : 122 wanita hamil mengalami KPD preterm antara usia kehamilan 24 dan 34 minggu di Prague, Czech Republic. Variabel Bebas : KPD preterm (<34 minggu) Variabel Terikat : Luaran neonatal Insidensi sepsis dini meningkat signifikan pada pada bayi yang dilahirkan dari wanita dengan MIAC (microbial invasion amnion cavity) dan HCA (histological chorioamnionitis) (+) (33%) dibanding dengan wanita yang hanya HCA (+) (12%) atau MIAC (+) (0%) atau wanita dengan MIAC dan HCA (-) (0%). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian diatas terletak pada variabel terikat, desain penelitian serta sampel penelitian. Pada penelitian ini, secara khusus menilai skor APGAR dan terbatas pada pasien yang mengalami KPD usia kehamilan 34 minggu dengan atau tanpa korioamnionitis. Desain penelitian yang digunakan berupa desain belah lintang.