JGK-vol.7, no

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Eliska Mayasari / adalah mahasiswi D-IV Bidan

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu dan Nur Unbiyati Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak (Nursalam dkk, 2005).

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011

SURAT KETERANGAN KUESIONER. Diploma D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

Tak perlu khawatir dan jangan dipaksakan,karena nanti ia trauma.

KETERAMPILAN TEKNIK MENYUSUI

PENGARUH PENGGUNAAN GURITA TERHADAP FREKUENSI GUMOH PADA BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi yang belum sempurna. Mulut bayi masih pendek, licin, dan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan. Asi memiliki zat zat gizi terbaik yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

PENGETAHUAN 1. Apakah ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a. Ya b. Tidak 2. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

LEMBAR PENJELASAN CALON RESPONDEN. mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI BAYI TERHADAP REGURGITASI DI DESA UJUNG MANGKI KECAMATAN BAKONGAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013

PENGERTIAN MASA NIFAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

STUDI TENTANG PRODUKTIF ASI DIKAITKAN DENGAN ANATOMI PAYUDARA DI POSYANDU DESA WADUNG PAKISAJI KABUPATEN MALANG

TEKNIK MENYUSUI PADA IBU NIFAS PRIMIPARA DI DESA JABONTEGAL DAN DESA BALONG MASIN KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO SOIDAH AHMAR SETYOWATI

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN TEORI. dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004, 2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI (Siregar,

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang)

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

ST NURRAHMAH, S.ST AKADEMI KEBIDANAN KONAWE. Jl. Letj.DII Panjaitan No.217, Unaaha, Konawe Sulawesi Tenggara. Telp/Fax (0408)

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI USIA 2 6 MINGGU. Disusun Oleh Rosaning Harum Mediansari

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skinner (1938), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 6 No. 1 Pebruari 2014

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN PENGELUARAN COLOSTRUM PADA KEHAMILAN TRIMESTER III

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

Gambaran Karakteristik Ibu Nifas dan Praktik Menyusui Yang Benar di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN KUNJUNGAN ANC DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI PADA IBU NIFAS DI RUANG BERSALIN. Siti Aisyah* dan Elis Fitriani** ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANON SRAGEN

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia.

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Mata Kuliah Askeb III (Nifas)

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

HUBUNGAN MENYENDAWAKAN SETELAH MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI USIA 0 6 BULAN DI KELURAHAN NOBOREJO KOTA SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

Untuk mengurangi dan mencegah timbulnya gejala-gejala yang mengganggu selama kehamilan berlangsung, seperti : sakit pinggang, bengkak kaki dll

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui.

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

Transkripsi:

Hubungan Menyendawakan Bayi Dengan Kejadian Gumoh Pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Kabupaten Temanggung Susanti Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo ABSTRAK Menyendawakan bayi adalah langkah penting ketika menyusui. Tujuan dari menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi diantaranya dengan menggendong bayi tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggung nya di tepuk perlahan-lahan atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Desa Manggong Temanggung. Desain penelitian ini adalah analitik korelasi dengan melakukan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah bayi dengan Desa Manggong Temanggung dengan jumlah sampel 48 bayi dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data dilakukan menggunakan analisis korelasi kendall s tau Hasil penelitian menunjukkan bayi 0-6 bulan sebagian besar disendawakan dalam kategori cukup yaitu sebanyak 18 orang (37,5%). Kejadian gumoh pada bayi 0-6 bulan sebagian besar kategori kadang-kadang yaitu sebanyak 24 orang (50%). Ada hubungan menyendawakan bayi dengan Desa Kabupaten Temanggung, dengan p value = 0,029 (α = 0,05). Hendaknya ibu nifas meningkatkan pengetahuan tentang cara menyendawakan bayi dengan aktif menggali informasi sehingga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menerapkan teknik menyusui yang benar dengan baik sebagai upaya mencegah kejadian gumoh Kata kunci : menyendawakan bayi, kejadian gumoh Jurnal Gizi dan Kesehatan 146

PENDAHULUAN Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu, sekaligus memberikan manfaat yang tak terhingga pada anak. Manfaat bagi bayi antara lain mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Air Susu Ibu (ASI) makanan yang paling sempurna mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim perncernaan, dapat mencegah terjadinya penyakit, praktis dan mudah memberikan serta bersih (Yuliarti, 2010). Menyusui diperlukan untuk produksi air susu yang berkesinambungan. Penghispan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior melalui refleks neural payudara ke hipofisis. Selain efeknya terhadap otot polos uterus, oksitosin menimbulkan kontraksi serat otot periasinar payudara, menyebabkan pengeluaran air susu ke sinus-sinus pengumpul utama yang bertemu di putting susu. Keadaan ini disebut pengeluaran susu atau refleks pelepasan susu. Ketegangan dan keletihan menghambat refleks ini, tetapi tangisan bayi dan kegiatan menyusui akan merangsang refleks ini (Benson dan Peroll, 2009). Seorang ibu dengan bayi mungkin mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui isapan bayi yang menyebabkan putting susu terasa nyeri dan masih banyak masalah lainnya. Oleh karena itu ibu memerlukan seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk menyusui (Bahiyatun, 2009). Saat menyusui, susu dari mulut akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. Diantara organ tersebut erdapat katup penutup lambung. Katub tersebut berada di antara lambung dan esofagus (kerongkongan) sehingga apabila ditidurkan setelah di susui, sebagian susu akan dikeluarga dari mulutnya (gumoh) (Novita, 2007). Gumoh (regurgitasi) adalah kembalinya sejumlah kecil makanan yang telah tertelan selama atau segera sesudah makan. Dalam batas-batas tertentu regurgitas merupakan kejadian alamiah terutama selama usia sekitar 6 bulan pertama (Beherman, Kliegman dan Ervin, 2008). Gumoh (regurgitasi), terjadi akibat susu atau makanan yang baru saja diminum atau dimakan kembali dikeluargan dari lambung. Hal itu akibat belum sempurnanya kerja katub yang membuka tutup jalan antara esophagus dan lambung. Kondisi ini wajar ditemukan pada bayi dan akan berkurang hingga menghilang saat usia enam bulan sampai satu tahun. Saat gumoh umumnya bayi tampak tidak menyadari dan jumlah susu atau makanan yang dikeluarkan tidak sebanyak muntah (Arfianto, 2012). Regurgitas dapat dikurangi dengan pengeluaran udara yang tertelan selama dan sesudah minum, penanganan secara halus, menghindari konflik emosi dan menidurkan bayi dengan posisi miring ke kanan segera sesudah minim. Kepala tidak boleh lebih rendah dari badan selama masa istirahat (Beherman, Kliegman dan Ervin, 2008). Gumoh kadang terjadi spontan, bersamaan dengan produksi air liur berlebih atau saat sendawa. Seringkali bayi disendawakan tiap selesai minum susu untuk menghindari gumoh (Arfianto, 2012). Gumoh sebenarnya adalah kejadian yang normal, namun gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi bila cairan yang keluar tidak seimbang dengan yang masuk. Lebih bahaya lagi bila cairan lambung sampai ke dalam paru karena sudah mengandung asam lambung bisa terjadi infeksi. Untuk itu orang tua harus mengupayakan agar bayi tidak terlalu sering gumoh (Novita, 2007). Untuk mengurangi gumoh salah satunya dengan melakukan posisi menyusui yang benar sehingga mengurangi masuknya udara ke dalam lambung bayi. Lakukan sendawa setiap kali selesai menyusui (Suririnah, 2009). Teknik menyusui yang benar diantaranya sebelum menyusui ASI Jurnal Gizi dan Kesehatan 147

dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting dan disekitar kalang payudara, bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah, jangan menekan putting susu atau kalangan susu saja. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi di dekatkan ke payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi. Setelah menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan di sekitar kalang payudara, sedangkan bayi setelah disusui disendawakan (Soetjiningsih, 2007). Selama menyusui bayi akan menelan susu dan sejumlah udara yang membuat perut bayi terasa penuh dan kembung. Hal ini merupakan salah satu yang menyebabkan bayi cepat berhenti menyusu atau menjadi kenyang. Menyendawakan dapat membuat bayi merasa lebih nyaman karena membantunya mengeluarkan udara masuk yangmungkin tertelan saat proses menyusui yang menyebabkan perut bayi kembung. Biasanya setelah berusia di atas 6 bulan bayi hanya sedikit saja memerlukan sendawa (Suririnah, 2009). Menyendawakan bayi adalah langkah penting ketika menyusui. Tujuan dari menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi diantaranya dengan menggendong bayi tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggung nya di tepuk perlahan-lahan atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya di tepuk perlahanlahan (Soetjiningsih, 2007). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 Juni 2014 di Desa Kabupaten Temanggung, diperoleh data jumlah ibu nifas pada bulan Mei 2014 sebanyak 86 orang dilakukan wawancara dengan beberapa ibu, ternyata banyak diantara mereka yang menyatakan bahwa bayi sering gumoh setelah menyusu, selanjutnya dilakukan wawancara terhadap 8 orang ibu nifas diperoleh 5 bayi mengalami gumoh dimana 3 orang ibu tidak menyendawakan bayi dan 2 orang menyendawakan bayinya setelah menyusui atau memberikan susu dalam botol. Diperoleh pula 3 bayi tidak mengalami gumoh dimana 2 orang ibu tidak menyendawakan bayi dan seorang yang menyendawakan bayinya setelah menyusui atau memberikan susu dalam botol. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar bayi mengalami gumoh setelah disusui atau diberikan susu dalam botol meskipun sebagian ibu sudah menyendawakan bayinya. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan dengan mengambil judul, Hubungan Menyendawakan Bayi dengan Kejadian Gumoh pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Kabupaten Temanggung. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian bersifat analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2014 pada 48 responden di desa Manggong kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Menyendawakan Bayi pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Manggong Temanggung Tabel 1 Distribusi Frekuensi Menyendawakan Bayi pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Manggong Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Menyenda wakan bayi Frekuensi (f) Persentase (%) Kurang 17 35,4 Cukup 18 37,5 Baik 13 27,1 Jumlah 51 100,0 Jurnal Gizi dan Kesehatan 148

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa menyendawakan bayi pada bayi 0-6 bulan di Desa Manggong Temanggung sebagian besar dinyatakan cukup yaitu sebanyak 18 responden (37,5%). Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa Kejadian gumoh pada bayi 0-6 bulan di Wilayah Kerja Kabupaten Temanggung sebagian besar dinyatakan kadang-kadang yaitu sebanyak 24 responden (50%). C. Hubungan Menyendawakan Bayi dengan Kejadian Gumoh pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Kabupaten Temanggung. Tabel 3 Gambaran Hubungan Menyendawakan Bayi dengan Kejadian Gumoh pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Kabupaten Temanggung Kejadian Gumoh B. Gambaran Kejadian Gumoh pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Manggong Temanggung Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Gumoh pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Kabupaten Temanggung Kejadian Frekuensi Persentase gumoh (f) (%) Sering 14 29,2 Kadangkadang 24 50,0 Tidak 10 20,8 pernah Jumlah 51 100,0 Menyendaw Sering Kadangkadang pernah Tidak akan Bayi Total τ p-value f % f % f % f % Kurang 9 52,9 7 41,2 4 5,9 17 100,0 0,271 0,029 Cukup 2 11,1 10 55,6 6 33,3 18 100,0 Baik 3 23,1 7 53,8 3 23,1 13 100,0 Jumlah 14 29,2 24 50,0 10 20,8 48 100,0 Desa Kabupaten Temanggung diperoleh hasil, Jurnal Gizi dan Kesehatan 149

bayi yang disendawakan dinyatakan kurang sebanyak 17 responden di mana sebagian besar sering mengalami gumoh yaitu sebanyak 9 responden (52,9%) lebih banyak dari pada yang kadangkadang mengalami gumoh yaitu sebanyak 7 responden (41,2%) dan yang tidak pernah mengalami gumoh yaitu sebanyak 4 responden (5,9%). Bayi 0-6 di Desa Kabupaten Temanggung yang disendawakan dinyatakan cukup sebanyak 18 responden di mana sebagian besar kadang-kadang mengalami gumoh yaitu sebanyak 10 responden (55,6%) lebih banyak dari pada yang sering mengalami gumoh yaitu sebanyak 9 responden (52,9%) dan yang tidak pernah mengalami gumoh yaitu sebanyak 6 responden (33,3%). Bayi 0-6 di Desa Kabupaten Temanggung yang disendawakan dinyatakan baik sebanyak 13 responden di mana sebagian besar kadang-kadang mengalami gumoh yaitu sebanyak 7 responden (53,85) lebih banyak dari pada yang sering mengalami gumoh yaitu sebanyak 3 responden (23,1%) dan yang tidak pernah mengalami gumoh yaitu sebanyak 3 responden (23,1%). Hasil uji statistik didapatkan nilai korelasi (τ) sebesar 0,271 dan p value = 0,029 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan menyendawakan bayi dengan kejadian gumoh pada bayi 0-6 bulan di Desa Kabupaten Temanggung. Nilai koefisien korelasi (τ) sebesar 0,271 menunjukkan kekuatan hubungan antara dua variabel pada dinyatakan lemah dan memiliki arah korelasi positif. Artinya jika menyendawakan bayi dinyatakan baik maka bayi 0-6 bulan di Desa Manggong Temanggung tidak pernah terjadi gumoh. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa menyendawakan bayi pada bayi 0-6 bulan di Desa Manggong Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung kategori kurang yaitu sebanyak 17 orang (35,4%). Responden kurang dalam setelah selesai menyusui, menepuknepuk punggung bayi dengan keras (39,6%), bayi ditidurkan setelah selesai di susui (43,8%) dan tidak pernah bayi ditelungkupkan pada pangkuan, lalu punggung bayi ditepuk-tepuk (33,3%). Menyendawakan bayi bertujuan untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui. Ketika menyusui bayi ikut menelan udara yang dapat membuat perutnya penuh dan tidak enak sebelum ia menyelesaikan minumnya. Menyendawakan bayi sangat penting dan merupakan bagian dari proses menyusui. Lakukan setidaknya setidaknya setelah lima menit bayi menyusui atau paling sedikit saat bayi berpindah payudara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian gumoh pada bayi 0-6 Temanggung kategori sering yaitu sebanyak 14 orang (29,2%). Bayi 0-6 Temanggung kategori sering mengalami gumoh dimana mereka yang gumoh empat kali dalam sehari sebanyak 8 bayi dan yang mengalami lima kali dalam sehari sebanyak dua bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian gumoh pada bayi 0-6 Temanggung kategori kadang-kadang yaitu sebanyak 24 orang (50%). Bayi 0-6 Temanggung kategori sering mengalami gumoh dimana mereka yang gumoh sekali kali dalam sehari sebanyak 12 bayi dan yang mengalami dua kali dalam sehari sebanyak 10 bayi serta yang mengalami tiga kali dalam sehari sebanyak 2 bayi. Jurnal Gizi dan Kesehatan 150

Menurut Suryanah (2006), gumoh adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut atau hidung tanpa adanya reflek. Gumoh (regurgitasi) adalah kembalinya sejumlah kecil makanan yang telah tertelan selama atau segera sesudah makan (Beherman, Kliegman dan Ervin, 2008). Bayi 0-6 bulan di Wilayah Kerja Kabupaten Temanggung kadang-kadang mengalami gumoh disebabkan oleh susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Desa Kabupaten Temanggung diperoleh hasil, bayi yang disendawakan kategori kurang sebanyak 17 orang di mana sebagian besar sering mengalami gumoh yaitu sebanyak 9 orang (52,9%) lebih banyak dari pada yang kadang-kadang mengalami gumoh yaitu sebanyak 7 orang (41,2%) dan yang tidak pernah mengalami gumoh yaitu sebanyak 4 orang (5,9%). Responden kurang dalam setelah selesai menyusui, menepuk-nepuk punggung bayi dengan keras, bayi ditidurkan setelah selesai di susui dan tidak pernah bayi ditelungkupkan pada pangkuan, lalu punggung bayi ditepuktepuk sehingga bayi mengalami gumoh empat kali dalam sehari sebanyak 8 bayi dan yang mengalami lima kali dalam sehari sebanyak 2 bayi. Desa Kabupaten Temanggung diperoleh hasil bayi 0-6 yang disendawakan kategori cukup sebanyak 18 orang di mana sebagian besar kadang-kadang mengalami gumoh yaitu sebanyak 10 orang (55,6%) lebih banyak dari pada yang sering mengalami gumoh yaitu sebanyak 9 orang (52,9%) dan yang tidak pernah mengalami gumoh yaitu sebanyak 6 orang (33,3%). Responden cukup dalam mereka kadang-kadang setelah selesai menyusui, bayi digendong di pundak dengan wajah menghadap ke belakang, mengangkat tubuh bayi dengan memegang tubuh bagian bawah dan atas antara bahu dan kepala bayi dan menyandarkan bayi di pundak sehingga bayi 0-6 bulan dimana mereka yang gumoh sekali kali dalam sehari sebanyak 12 bayi dan yang mengalami dua kali dalam sehari sebanyak 10 bayi serta yang mengalami tiga kali dalam sehari sebanyak 2 bayi. Bayi yang disendawakan dimana sebagian besar kadang-kadang mengalami gumoh didukung oleh pemberian susu sedikit dengan frekuensi lebih banyak. Menurut Candra (2014), beberapa cara untuk mencegah gumoh pada bayi, antara lain Sedikit tapi sering. Terlalu lama menyusui atau memberinya dalam jumlah banyak dapat memicu bayi muntah. Jika Anda menyusui, sebaiknya batasi setiap sesi dalam menyusui. Jika Anda memberikan susu melalui botol, tawarkan dalam jumlah yang sedikit dari pada biasanya. Desa Kabupaten Temanggung diperoleh hasil bayi 0-6 yang disendawakan kategori baik sebanyak 13 orang di mana sebagian besar kadang-kadang mengalami gumoh yaitu sebanyak 7 orang (53,85) lebih banyak dari pada yang sering mengalami gumoh yaitu sebanyak 3 orang (23,1%) dan yang tidak pernah mengalami gumoh yaitu sebanyak 3 orang (23,1%). Bayi 0-6 bulan di Desa Manggong Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung disendawakan kategori baik dan kadangkadang mengalami gumoh didukung oleh perilaku ibu menyendawakan bayi. Responden baik dalam Jurnal Gizi dan Kesehatan 151

mereka tidak pernah setelah selesai menyusui, menggendong bayi dengan wajah di pundak dan hanya memegang pantat saja, sering menyusui bayi ditelungkupkan diatas pangkuan ibu, lalu punggung bayi diusap dengan lembut dan sering setelah selesai menyusui, saya mengusap lembut punggung bayi sehingga bayi 0-6 bulan di tidak pernah mengalami gumoh dalam sehari yaitu sebanyak 14 bayi. Menurut Arfianto (2012), gumoh kadang terjadi spontan, bersamaan dengan produksi air liur berlebih atau saat sendawa. Seringkali bayi disendawakan tiap selesai minum susu untuk menghindari gumoh. Padahal yang penting adalah menjaga posisi bayi agak tegak atau terlentang saat minum, untuk mengurangi kemungkinan gumoh. Menyendawakan bayi tiap tiga sampai lima menit dianjurkan jika yang diberikan adalah susu formula dan pastikan lubang putting dot tidak terlalu besar untuk menghindari jumlah susu yang masuk terlalu banyak. Setelah memberikan susu posisikan bayi tetap tegak dan jangan ditelentangkan agat tidak terjadi gumoh. Hasil uji statistik didapatkan nilai korelasi (τ) sebesar 0,271 dan p value = 0,029 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan menyendawakan bayi dengan kejadian gumoh pada bayi 0-6 bulan di Desa Kabupaten Temanggung. Nilai koefisien korelasi (τ) sebesar 0,271 menunjukkan kekuatan hubungan antara dua variabel pada kategori lemah dan memiliki arah korelasi positif. Artinya jika menyendawakan bayi kategori baik maka bayi 0-6 bulan di Desa Manggong Temanggung tidak pernah terjadi gumoh. SIMPULAN Penelitian tentang hubungan menyendawakan bayi dengan kejadian gumoh pada bayi 0-6 bulan di Desa Kabupaten Temanggung dengan jumlah responden sebanyak 48 orang diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran bayi 0-6 bulan di Desa Kabupaten Temanggung sebagian besar disendawakan dalam kategori cukup yaitu sebanyak 18 orang (37,5%). 2. Gambaran kejadian gumoh pada bayi 0-6 Temanggung sebagian besar kategori kadang-kadang yaitu sebanyak 24 orang (50%). 3. Ada hubungan menyendawakan bayi dengan kejadian gumoh pada bayi 0-6 bulan di Desa Manggong Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, dengan p value = 0,029 (α = 0,05), DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Beherman, Kliegman dan Ervin, 2008. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 3. Jakarta: EGC. Benson dan Peroll, 2009. Buku saku Obsetry Gynecology William. Jakarta. EGC. Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, Novita, 2007. Serba-serbi Anak. Jakarta : PT Media Elex komputindo Soetjiningsih, 2007. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto. Suririnah, 2009. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Gramedia. Yuliarti, 2010. Keajaiban ASI, Yogyakarta : Penerbit Andi Jurnal Gizi dan Kesehatan 152