PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ditentukan bahwa Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor merupakan salah satu jenis Retribusi Jasa Umum yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten / Kota; b. bahwa untuk menjamin keselamatan penumpang, barang dan kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan perlu meningkatkan kelaikan teknis kendaraan melalui pengujian berkala kendaraan bermotor ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655) ; 2. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesi Nomor 3209); 3. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 4. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685 ) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048 );
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3528); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 ); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan ( Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan Tahun 1987 Nomor 34 seri D Nomor 30 ). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TABANAN dan BUPATI TABANAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR.
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tabanan. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Tabanan. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tabanan. 5. Penguji Kendaraan Bermotor adalah Pegawai Negeri Sipil dengan pangkat minimal II/b yang telah mempunyai Kualifikasi teknis sebagai tenaga penguji berkala kendaraan bermotor. 6. Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut uji berkala adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala terhadap setiap kendaraan bermotor wajib uji dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. 7. Buku Uji adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk buku yang berisi data dan legitimasi hasil pengujian kendaraan bermotor. 8. Tanda Uji ( Peneng ) adalah tanda yang dipasang pada plat nomor kendaraan bermotor sebagai tanda bukti bahwa kendaraan yang bersangkutan telah dinyatakan lulus uji berkala. 9. Tanda Samping adalah tanda yang dipasang pada sisi samping kendaraan bermotor sebagai tanda bukti kendaraan yang bersangkutan telah dinyatakan lulus uji. 10. Masa Uji adalah kurun waktu tertentu yang ditetapkan bahwa suatu kendaraan telah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. 11. Tempat Pengujian adalah unit pengujian kendaraan bermotor pada Instansi yang menangani di Kabupaten Tabanan. 12. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan bermotor yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. 13. Jumlah Berat yang Diperbolehkan ( JBB ) bagi kendaraan bermotor / kereta gandengan adalah berat yang diangkut oleh kendaraan itu ditambah dengan muatan yang paling berat yang diangkut oleh kendaraan itu dengan pemakaian yang serasi dalam keadaan biasa. 14. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas jasa pengujian kendaraan bermotor dan / atau perlengkapannya. 15. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 16. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 17. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPORD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data
objek retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah. 18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. 19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah yang telah ditetapkan. 20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang. 21. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan / atau sanksi administrasi berupa bunga dan / atau denda. 22. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh Pihak Ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi. 23. Penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 24. Bendahara Khusus Penerima adalah Bendahara Khusus Penerima pada Instansi yang menangani di Kabupaten Tabanan. 25. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Tabanan. 26. Tanda Pembayaran Retribusi adalah bukti pembayaran retribusi. BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut retribusi atas setiap pelaksanaan dan / atau pemberian pelayanan dibidang Pengujian Kendaraan Bermotor. Pasal 3 (1) Objek Retribusi adalah setiap pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor Wajib Uji yang meliputi : Mobil Bus, Mobil Barang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan, Kendaraan Khusus dan Kendaraan Umum. (2) Tidak termasuk Objek Retribusi adalah: a. Kendaraan Bermotor yang dimiliki oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; b. Kendaraan Bermotor yang ada dalam persediaan pedagang atau untuk pameran. c. Kendaraan Bermotor yang menggunakan tanda nomor Corp Diplomatik ( CC, CD ); d. Kendaraan Bermotor yang tidak dapat dipergunakan karena disegel / disita oleh Negara;
e. Kendaraan Bermotor alat-alat berat tertentu yang jenisnya ditentukan oleh Bupati. Pasal 4 (1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Tabanan. (2) Setiap orang yang mendapatkan pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Tabanan wajib membayar retribusi. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor digolongkan sebagai retribusi jasa umum. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 (1) Dasar pengenaan retribusi adalah tingkat penggunaan jasa. (2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan Jenis Kendaraan yang diwajibkan uji berkala meliputi : Mobil Bus, Mobil Barang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan, Kendaraan Khusus dan Kendaraan Umum. (3) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagai berikut : a. kendaraan dengan JBB s/d 3.000 Kg; b. kendaraan dengan JBB 3.001 s/d 8.500 Kg; c. kendaraan dengan JBB 8.501 s/d 16.000 Kg; d. kendaraan dengan JBB 16.001 Kg ke atas; (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan setiap jenis pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diatur dengan Peraturan Bupati. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada aspek biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat dan keadilan.
BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8 Struktur dan Besarnya tarif ditentukan sebagai berikut : a. Pengujian Berkala Awal (Uji Pertama) No. Jenis Biaya JBB 0-3000 Kg ( Rp ) JBB 3001 8500Kg ( Rp. ) JBB 8501 16.000 Kg ( Rp. ) JBB 16.001 Kg Ke atas ( Rp. ) 1. Biaya Administrasi 20.000 20.000 20.000 20.000 2. Jasa Sarana 10.000 15.000 25.000 30.000 3. Jasa Pelayanan 5.000 5.000 5.000 5.000 4. Buku Uji 7.500 7.500 7.500 7.500 5. Tanda Uji 5.000 5.000 5.000 5.000 6. Tanda Samping 5.000 5.000 5.000 5.000 Jumlah 52.500 57.500 62.500 67.500 b. Pengujian Berkala. No. Jenis Biaya JBB 0-3000 Kg ( Rp ) JBB 3001 8500Kg ( Rp. ) JBB 8501 16.000 Kg ( Rp. ) JBB 16.001 Kg Ke atas ( Rp. ) 1. Biaya Administrasi 15.000 15.000 15.000 15.000 2. Jasa Sarana 10.000 15.000 25.000 30.000 3. Jasa Pelayanan 5.000 5.000 5.000 5.000 4. Buku Uji 7.500 7.500 7.500 7.500 5. Tanda Uji 5.000 5.000 5.000 5.000 6. Tanda Samping 5.000 5.000 5.000 5.000 Jumlah 47.500 52.500 57.500 62.500 BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9 Retribusi terhutang dipungut di Wilayah Kabupaten Tabanan. BAB VIII MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG Pasal 10 Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 6 (enam) bulan.
Pasal 11 Saat Retribusi adalah pada saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB IX SURAT PENDAFTRAN Pasal 12 (1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPORD dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPORD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati. BAB X PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 13 (1) Berdasarkan SPORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau apabila data yang sama belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terhutang maka dikeluarkan SKRDKBT. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati. BAB XI TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 14 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Hasil pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Khusus Penerima. BAB XII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15 (1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh ) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran dengan peringatan / surat lainnya yang sejenis dikeluarkan, wajib dan retribusi harus melunasi retribusi yang terhutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. BAB XIII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 16 (1) Retribusi yang terhutang harus dibayar lunas. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XIV KEBERATAN Pasal 17 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retribusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi. Pasal 18 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terhutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 19 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan. (4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterimanya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberi imbalan sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. Pasal 20 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan : a. nama dan alamat wajib retribusi; b. masa retribusi; c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alasan yang singkat dan jelas; (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati. Pasal 21 (1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah membayar kelebihan retribusi. (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (4) pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XV PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 22 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pengurangan dan keringan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi, antara lain untuk mengangsur. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati. BAB XVI KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 23 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkannya Surat Teguran atau; b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung; BAB XVII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 24 Dalam hal wajib retribusi tidak tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa uang sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) setiap bulan dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB XVIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 25 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hokum yang dapat dipertanggungjawabkan; BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 26 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), dipidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 3 Tahun 2000 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan Tahun 2000 Nomor 20) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 28 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tabanan. Ditetapkan di Tabanan pada tanggal 29 Oktober 2008 BUPATI TABANAN, Diundangkan di Tabanan pada tanggal 29 Oktober 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TABANAN, N. ADI WIRYATAMA I NENGAH JUDIANA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABANAN TAHUN 2008 NOMOR 8
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR I. UMUM Bahwa penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang mempergunakan kendaraan bermotor harus memperhatikan keselamatan, kelestarian lingkungan serta terciptanya ketertiban, kelancaran dan keamanan. Untuk itu kendaraan bermotor yang akan digunakan dijalan diupayakan agar selalu memenuhi persyaratan laik teknis dan laik jalan. Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diatas memerlukan tersedianya dana yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah salah satunya adalah Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor. Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan tentang Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Kendaraan bermotor wajib uji meliputi : Mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, kereta tempelan, kendaraan khusus dan kendaraan umum. Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Ayat (2) JBB adalah jumlah berat maksimal kendaraan bermotor yang ditentukan oleh perusahaan bermotor yang bersangkutan.
Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Pasal 7 Pasal 8 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a. Pengujian berkala awal (uji) pertama adalah pengujian yang dilakukan untuk pertama kali setelah kendaraan tersebut diterbitkan STNK ( Surat Tanda Nomor Kendaraan ) Huruf b. Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20
Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 7