BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro. yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari ah),

dokumen-dokumen yang mirip
Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

PROSPEK BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM MEMAJUKAN PENGUSAHA MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah merupakan hubungan vertikal Allah SWT dengan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat, canggih, dan dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh tentang kondisi suatu wilayah dapat dilihat dari pembangunan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Baitul Maal Sejak Zaman Rasulullah SAW.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang pernah dibuat oleh pemerintah No.7 Tahun Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB III GAMBARAN UMUM BMT MITRA UMAT PEKALONGAN. 1. Sejarah Berdirinya BMT Mitra Umat Pekalongan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB II LANDASAN TEORI. mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. penting menentukan keberhasilan bisnis ini (Suratman, 2012). Seperti penelitian Mustakim (2013) yang menunjukan bahwa krisis

BAB I PENDAHULUAN. mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMILIH LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH (Studi Kasus di BNI Syari ah Surakarta)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari ah), menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi : Baitul Tamwil (Bait = Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta) menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Visi BMT mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil pengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Titik tekan perumusan Visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang professional dan dapat meningkatkan 1

2 kualitas ibadah. Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran, serta berkeadilan berlandaskan syari ah dan diridhoi Allah SWT. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa misi BMT bukan semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan laba modal pada golongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. (http://zarchisme.wordpress.com/tag/sejarahperkembangan-bmt) Belakangan ini Baitul Mal wat tamwil (BMT) mulai popular di perbincangkan oleh insan perekonomian terutama dalam perekonomian Islam. Sejak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1997, BMT telah mulai tumbuh menjadi altrenatif pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia. Istilah-istilah itu biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus (dalam sebuah perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai atau karyawannya. Kadang istilah tersebut dipakai pula untuk sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak di berbagai lini kegiatan ekonomi umat, yakni dalam kegiatan sosial, keuangan (simpan-pinjam), dan usaha pada sektor riil Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga

3 pembiayaan berdasarkan syari ah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan perdagangan, konsep baitul mal yang sederhana itu pun berubah, tidak sebatas menerima dan menyalurkan harta tetapi juga mengelolanya secara lebih produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat. Penerimaannya juga tidak terbatas pada zakat, infak dan shodaqoh, juga tidak mungkin lagi dari berbagai bentuk harta yang diperoleh dari peperangan. Lagi pula peran pemberdayaan perekonomian tidak hanya dikerjakan oleh negara. Selain itu, dengan kehadiran BMT di harapkan mampu menjadi sarana dalam menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dengan mudah dan bersih, karena didasarkan pada kemudahan dan bebas riba/bunga, memperbaiki/meningkatkan taraf hidup masyarakat bawah, lembaga keuangan alternatif yang mudah diakses oleh masyarakat bawah dan bebas riba/bunga, Lembaga untuk memberdayakan ekonomi ummat, mengentaskan kemiskinan, meningkatkan produktivitas. Seperti halnya BMT Al Hijrah KAN Jabung yang mempunyai potensi yang cukup tinggi karena selain didukung oleh kondisi masyarakat sekitar juga mempunyai kualitas SDM yang memadai karena BMT tersebut lahir dari sebuah koperasi yang cukup terkenal baik dikalangan nasional maupun

4 internasional, yaitu Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung. Sejarah berdirinya BMT Al Hijrah KAN Jabung ini didasari dengan perencanaan oleh Manajer KAN Jabung sejak tahun 2005. Baru pada tahun 2009 rencana tersebut terealisasi dengan persiapan yang cukup matang, baik dari tatanan SDM maupun manajemen. Salah satu yang mendukung atas berdiri lembaga keunagan syariah tersebut adalah PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Malang yang dilanjutkan dengan bentuk kerjasama antar KAN Jabung dengan PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Malang. Perkembangan BMT AL Hijrah sampai dengan saat ini cukup pesat, hal ini terbukti dengan jumlah nasabah selalu meningkat di tiap bulannya. Adapun potensi BMT Kan Jabung dapat dilihat dengan mengetahui jumlah penduduk yang memeluk agama Islam di Kecamatan Jabung, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Agama Tahun 2009 Agama halmuj Islam Kristen Katolik Hindu Budha Konghucu 72.250 92 24 7 2 0 273.27 Sumber : BPS Jabung 2009 Dari daftar tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih dari 99% masyarakat Jabung beragama Islam dan corak ke-islaman-nya pun sangat kental. Akan tetapi sulit untuk dijadikan patokan bahwa BMT Al Hijrah KAN Jabung akan menembus pasar yang potensial ini, karena tidak ada

5 jaminan bahwa penduduk yang beragama Islam akan menabung di BMT Al Hijrah KAN Jabung, karena seperti yang diketahui ada dua jenis nasabah yaitu pertama, nasabah yang bersifat emosional (psikologis), kedua nasabah yang bersifat rasional. Adapun yang dimaksud dengan nasabah yang bersifat psikologis yaitu nasabah yang berhubungan dengan keyakinan (agama) atau konsumen biasanya akan lebih sensitif dan lebih respon dibandingkan dengan faktor lainnya (www.indonesia.com/sripo/12/31/3112op.htm). Menurut Manajer Marketing BSM Cabang Yogyakarta, Arie Nur Irwan "nasabah rasional" adalah nasabah yang menabung di bank syariah bukan karena faktor psikologis semata, namun mereka menabung di bank syariah karena faktor keuntungan yang didapat atau prosentase nisbah yang diperoleh (www.bernas.co.id/cyberbuzz/berita.php? Newsid=413). Adapun menurut Direktur Utama Bank Mega Syariah Indonesia (BMSI) Budi Wisakseno di Jakarta, definisi "nasabah rasional" dalam hal ini ialah mereka yang bertransaksi dengan sistem syariah semata-mata karena perhitungan bisnis, bukan karena sentimen keagamaan belaka (www.syariahmandiri.co.id/berita/details.php?cid= 1&id=16). Bahkan, menurut Burhanuddin Abdullah, saat ini banyak nasabah memilih bank syariah karena alasan yang rasional, antara lain berupa keuntungan bagi hasil dana pihak ketiga yang cukup tinggi dibandingkan bunga yang ditawarkan perbankan konvensional. Dalam hal pembiayaan

6 prinsip bagi hasil juga menguntungkan, jika hasil kecil maka nisbahnya kecil begitu juga jika hasilnya besar maka nisbah yang didapat juga besar. Oleh karena itu, Burhanuddin tidak mengkhawatirkan adanya rush atau take over pembiayaan ke bank konvensional, karena nasabah rasional mempunyai perhitungan untuk itu. Karena itu nasabah dalam menabung mempunyai pertimbangannya masing-masing. (www.tempointeractive. com/hg/ekbis/2003/12/18/brk,20031218-54,id.html). Karena itu pihak mananjemen perbankan diharapkan memahami perilaku konsumen dalam mengambil setiap keputusan menabung atau mengambil pembiayaan, seperti yang dikemukakan oleh Kotler (1997, 177) yaitu: Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan tidak pernah sederhana. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun bertindak sebaliknya. Mereka mungkin tidak memahami motivasi mereka yang lebih dalam. Mereka mungkin menanggapi pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada menit-menit terakhir 3 Karena itulah analisis perilaku konsumen merupakan langkah awal untuk mengetahui motif yang mendasari calon nasabah untuk menabung di suatu lembaga keuangan syariah. Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk menganalisis berbagai perilaku masyarakat dalam menabung di lembaga keuangan syariah termasuk BMT, dengan berbagai produk tabungan yang ditawarkan, dan sikap dari nasabah terhadap berbagai

7 macam atribut yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan sikap dimungkinkan karena adanya perbedaan motif dalam menabung yang selanjutnya akan berbeda pula dalam memutuskan lembaga keuangan yang akan mereka pilih untuk menyimpan dananya. Lokasi ini dipilih karena BMT Al Hijrah KAN Jabung merupakan lembaga keuangan syariah satu-satunya yang ada di Jabung. Keberadaannya sebagai lembaga keuangan syariah yang pertama di Jabung tentunya membutuhkan data-data empirik sebagai dasar pemenuhan kebutuhan nasabah dalam menggunakan jasa lembaga keuangan syariah dan mempengaruhi nasabah untuk tetap menabung di BMT Al Hijrah KAN Jabung. Sehingga berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Psikologis dan Rasionalis Terhadap Keputusan Nasabah Menabung pada Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al Hijrah Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung Malang. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah indikator Motivasi (X1), Belajar (X2), Sikap (X3), Persepsi (X4), Tingkat keuntungan (X5) secara bersama-sama dan parsial

8 mempunyai pengaruh terhadap keputusan nasabah menabung di BMT Al Hijrah KAN Jabung Malang? 2) Indikator manakah yang paling dominan secara parsial berpengaruh terhadap keputusan nasabah menabung di BMT Al Hijrah KAN Jabung Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui pengaruh indikator Motivasi (X1), Belajar (X2), Sikap (X3), Persepsi (X4), Tingkat keuntungan (X5) secara bersamasama dan parsial terhadap keputusan nasabah menabung di BMT Al Hijrah KAN Jabung Malang. 2) Untuk mengetahui indikator yang paling dominan secara parsial berpengaruh terhadap keputusan nasabah menabung di BMT Al Hijrah KAN Jabung Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Memberikan sumbangan pengalaman dan tambahan pengetahuan berharga bagi penulis, didalam menerapkan ilmu yang diperoleh pada saat kuliah dengan praktek sesungguhnya yang terjadi di lapangan, khususnya dalam bidang pemasaran. 2) Memberikan sumbangan pemikiran kepada para pembaca dan pihak lain sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.

9 3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan kepada pihak manajemen BMT Al Hijrah KAN Jabung dalam mengetahui besarnya faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam menabung, sehingga dapat digunakan sebagai referensi dalam pengambilan keputusan. 1.5 Batasan Masalah Terdapat banyak karakteristik yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam memutuskan pembelian suatu produk atau keputusan nasabah untuk menabung. Baik itu budaya, sosial, pribadi, psikologi dan rasionalis. Namun, dalam penelitian ini, peneliti hanya akan meneliti tentang Pengaruh Psikologis dan Rasionalis Terhadap Keputusan Nasabah Menabung pada Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al Hijrah Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung Malang, karena ingin mengetahui pengaruh indikator Motivasi (X1), Belajar (X2), Sikap (X3), Persepsi (X4), Tingkat keuntungan (X5) secara bersama-sama dan parsial terhadap keputusan nasabah menabung di BMT Al Hijrah KAN Jabung Malang serta mengetahui indikator yang paling dominan secara parsial berpengaruh terhadap keputusan nasabah menabung di BMT Al Hijrah KAN Jabung Malang.