dan instansi-instansi lain jang berketjimpung dalam bidang pembangunan.



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. struktur bangunan harus menetapkan syarat minimum yang berhubungan dengan segi

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

Struktur Beton. Ir. H. Armeyn, MT. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

PERHITUNGAN STRUKTUR HOTEL ROYAL TAPAZ PONTIANAK (STRUKTUR BETON BERTULANG 12 LANTAI) TERHADAP GEMPA. Abstrak

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

PERENCANAAN PELAT BANGUNAN GEDUNG DENGAN METODE MARCUS

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya.

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh : CAN JULIANTO NPM. :

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

PERHITUNGAN STRUKTUR HOTEL 11 LANTAI JALAN TEUKU UMAR PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umat manusia, untuk mencegah korban manusia. Oleh karena itu, peraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

DAFTAR ISI. Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 2 Batasan Masalah... 2 Maksud dan Tujuan... 3 Sistematika Penulisan... 3

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

ANALISA KERUSAKAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG A SMAN 10 PADANG AKIBAT GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 ABSTRAK

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kolom memegang peranan penting dari suatu bangunan karena memikul

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul

BAB II STUDI PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

c. Semen, pasta semen, agregat, kerikil

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Desain struktur merupakan salali satu bagian dari proses perencanan

BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

KONSEP DAN METODE PERENCANAAN

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkantoran, sekolah, atau rumah sakit. Dalam hal ini saya akan mencoba. beberapa hal yang harus diperhatikan.

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

STRUKTUR PELAT. 1. Definisi

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

BAB III METODOLOGI. Berikut adalah bagan flowchart metodologi yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. . Gambar 3.1. Flowchart Metodologi


PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ii----r. ~ DEPARTEM DISKUSI PANEL BUTAS kesimpulan : Dl TUG U. P UNT J A K - BOGOR. T A N GGA L 10 S/ D 13 AGUSTUS 1971

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 3

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ONE GALAXY DENGAN METODE SISTEM RANGKA MOMEN PEMIKUL KHUSUS

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 telah terbentuk melalui proses jang pandjang. Penjusunannja telah menghabiskan waktu tiada kurang dari 21 bulan sedjak dibentuknja Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia didalam Symposium Beton bulan Djanuari 1970. Hal ini dapat dimengerti apabila kita ingat betapa pesat berkembannja pengetahuan kita mengenai beton bertulang selama beberapa tahun terackhir ini, yang mana sudah harus ditampung didalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Sedangkan mengolah hal-hal baru hingga tjotjol untuk dimasukan kedalam peraturan memerlukan banjak waktu. Dikalangan Internasional, sedjak beberapa tahun berselang terlah tertjapai koordinasi dan kerdja sama yang erat dalam mengusahakan keseragaman dalam peraturan-peraturan beton. Hal ini dipelopori oleh CIB (Conseil International du Bâtiment) jang telah menetapkan prinsip-prinsip dasarnja dalam tahun 1953, kemudian disempurnakan oleh CEB (Comité Europée du Béton) dalam tahun 1964 untuk selandjutnja diambil alih Oleh ISO (International Standarization Organization). Dalam tahun 1970 CEB dan FIP (Fédération International de la Précontraint) telah tertjapai persesuaian dalam berbagai-bagai prinsip, sehingga dikeluarkan suatu buku rekomendasi bersama FIB-CEB. Adanja rekomendasirekomendasi jang disusun oleh badan-badan koordinasi International dalam peraturan-peraturan beton bertulang dan beton pratekan, tetapi djuga sangat memudahkan panitia-panitia nasional dalam menjusun peraturan beton nasional dinegara masing-masing. Dengan demikian tidak mengherankan kiranja, bahwa tahun tudjuhpuluhan ini adalah tahun-tahun pengeluaran peraturan beton jang baru dibanjak Negara, seperti di Amerika Serikat (ACI 318-70), Inggris (Unified B.S Code 1970), Nederland (VB 1972), dan lain-lain, termasuk di Indonesia (PBI 1971).

Walaupun pekerdjaan dari Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia sangat dipermudah oleh adanja rekomendasi-rekomendasi badan-badan International seperti FIP- CEB dan tersedianja berbagai-bagai konsep peraturan beton jang baru dari berbagai-bagai negara (Amerika Serikat, Inggris, Nederland, dan lain-lain, namun djelas kiranja bahwa berbagai-bagai ketentuan perlu dievaluasikan lebih lanjdut untuk disesuaikan kepada kondisi-kondisi di Indonesia dan djuga perlu dibandingbandingkan satu dengan lainnja dengan hal adanja beberapa alternatif ketentuan. Selandjutnya, mengingat Indonesia termasuk kedalam daerah gempa jang tjukup berarti, maka perhatian chusus perlu ditjurahkan terhadap masalah kegempaan tersebut, untuk mana harus diteliti peraturan-peraturan dinegara-negara jang sudah madju dalam bidang ini, sesuai peraturan dari AIJ (Architectural Institute of Japan), dan lain-lain. Hal-hal ini memerlukan desk research jang mendalam jang telah dilakukan dilingkungan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan dan Bagian Sipil Institut Teknologi Bandung. Agar PBI 1971 langsung dapat digunakan didalam praktek, maka telah disusun pula berbagai-bagai tabel dan nomogram, jang dalam penjusunannja telah didapat bantuan jang berharga dari Data Center ITB serta fasilitas-fasilitas penggunaan computer dari Computer Center Dep. PUTL di Djakarta. Semua pekerdjaan diatas telah dapat diselesaikan dalam rangka bagian suatu projek dari Direktorat Djenderal Tjipta Karya jang bernama,,projek penjusunan sistim, norma dan standar teknik pembangunan gedung dan perumahan. Demikianlah, setelah mengalami proses jang pandjang, a.l. melalui pembahasan dalam Seminar ke-ii Tertib Pembangunan bulan Maret 1970 dan Workshop Beton bulan Djanuari 1971, achirnja naskah achir PBI 1971 dapat dirampungkan pada bulan September 1971. Peraturan Beton Bertulang 1971 ini adalah hasil maksimal jang dapat ditjapai oleh Panitia pada saat ini. Hal ini tidak berarti bahwa PBI 1971 sudah lengkap dan sepenuhnja sesuai dengan

gagasan-gagasan modern dalam teknik beton betulang dewasa ini. Masih tjukup banjak kiranja masalah-masalah jang dalam waktu tidak terlalu lama lagi perlu disempurnakan lebih landjut dan/atau ditindjau kembali. Untuk sekedar gambaran, hal-hal jang belum dapat/sempat ditampung oleh Panitia ini adalah a.l. jang menjangkut: Masalah geser dan punter dalam keadaan batas; Masalah keruntuhan dan stabilitas konstruksi dalam keadaan batas; Masalah satuan, jang dewasa ini masih dalam satuan tjampuran CGS dan MKS, sedangkan sedjak 1960 telah terbentuk satuan SI (Systéme International d Unités); Masalah notasi, jang masih perlu disesuaikan dengan notasi bersama FIP-CEB-ACI jang djuga akan mendjadi notasi ISO. dan lain-lain. Dari pendjelasan diatas djelas kiranja, bahwa keluarnja Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ini sebenarnja baru merupakan langkah pertama kearah penjusunan peraturan beton bertulang di Indonesia jang lebih modern. Namun demikian, apa jang dimuat didalam PBI 1971 ini sudah didasarkan pada filosofi dan konsep-konsepsi modern jang radikal berbeda dengan gagasangagasan diwaktu jang lampau, sehingga tidak berlebih-lebihan kiranja bila terbitnja PBI 1971 dikatakan merupakan suatu lontjatan kemuka. Dalam hubungan ini. Panitia menjadari bahwa kesulitan jang segera akan dihadapi setelah keluarnja PBI 1971 ini adalah bagaimana melaksanakan program penjuluhan jang efektif dan esisien kepada dunia pembangunan di Indonesia. Sudah selajaknja hal ini perlu didjadikan program Nasional, demi suksesnja pembangunan Negara kita, untuk mana perlu adanja koordinasi jang baik antara lembaga-lembaga penelitian, perguruan-perguruan tinggi

dan instansi-instansi lain jang berketjimpung dalam bidang pembangunan. Achirnja, melalui djalan ini Panitia ingin mengutjapkan banjak terima kasih kepada semua pihak, baik instansi maupun perorangan, jang telah turut memungkinkan terbitnja PBI 1971 ini. Bandung, 1 Oktober 1971 Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia Ketua, Ir. Wiratman Wangsadinata

Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 Ketua : Ir. Wiratman Wangsadinata Anggota : Prof. Ir. Achmad Antono Ir. Teddy Boen Ir. Oerip Djojosantoso Soemardi Kartomidjojo Ir. Soedjono Kramadibrata Ir. A. M. Luthfi Ir. Soeharto Prodjowijono Ir. Rachmat Purwono Ir. S. M. Ritonga Ir. Hamid Shahab Prof. Ir. R. Soemono Dr. Ir. Sosrowinarso Ir. Tony Suwandito Ir. R. B. Tular Ir. Suwarno Wirjomartono

DAFTAR ISI BAGIAN I UMUM Halaman Bab 1 Bab 2 Sjarat-sjarat umum 1.1. Ruang tjakap... 17 1.2. Idjin pelaksanaan, perhitungan dan gambargambar... 17 1.3. Pengawasan... 18 1.4. Tjara perhitungan dan/atau pelaksanaan jang menjimpang... 18 Definisi 2.1. Umum... 19 BAGIAN 2 BAHAN-BAHAN Bab 3 Bahan-bahan 3.1. Pemeriksaan bahan-bahan... 22 3.2. Semen... 22 3.3. Agregat halus (pasir)... 23 3.4. Agregat kasar (kerikil dan batu petjah)... 23 3.5. Agregat tjampuran (agregat halus dan kasar 25 3.6. Air... 28 3.7. Badja dan batang tulangan... 29 3.8. Bahan pembantu... 31 3.9. Penjimpanan bahan-bahan... 31 BAGAN 3 PELAKSANAAN

Bab 4 Bab 5 Bab 6 Pekerdjaan beton 4.1. Umum... 33 4.2. Kelas dan mutu beton... 34 4.3. Tjampuran beton... 36 4.4. Kekentalan adukan beton... 36 4.5. Mutu pelaksanaan dan kekuatan tekan beton karakteristik... 39 4.6. Pertjobaan pendahuluan... 40 4.7. Pemeriksaan mutu beton dan mutu pelaksanaan selama masa pelaksanaan... 42 4.8. Tindakan-tindakan jang diambil apabila hasil pemeriksaan benda udji menundjukkan mutu beton jang tidak memenuhi sjarat... 45 4.9. Pembuatan dan pemeriksaan benda udji... 46 Tjetakan, atjuan, tulangan dan pipa-pipa jang akan Tertanam dalam beton. 5.1. Tjetakan dan atjuan... 48 5.2. Lantai kerdja... 49 5.3. Pembengkokan tulangan... 49 5.4. Toleransi pada pemotongan dan pembengkokan tulangan... 50 5.5. Pemasangan tulangan... 50 5.6. Toleransi pada pemasangan tulangan... 52 5.7. Pemasangan pipa-pipa jang akan tertanam dalam beton... 52 5.8. Pembongkaran tjetakan dan atjuan... 54 Pengadukan, pengangkutan, pengetjoran, pemadatan dan perawatan beton. 6.1. Persiapan... 55 6.2. Pengadukan... 55 6.3. Pengangkutan... 56

6.4. Pengetjoran dan pemadatan... 57 6.5. Siar pelaksanaan... 58 6.6. Perawatan... 58 BAGIAN 4 DETAIL-DETAIL KONSTRUKSI Bab 7 Bab 8 Penutup beton dan ketahanan dalam kebakaran 7.1. Umum... 60 7.2. Penutup beton berhubungan dengan keadaan keliling... 60 7.3. Penutup beton dan ukuran konstruksi berhu- Bungan dengan ketahanan dalam kebakaran 62 Tulangan 8.1. Umum... 66 8.2. Kait dan bengkokan... 66 8.3. Sjarat-sjarat penjaluran tegangan... 68 8.4. Tulangan moment positif... 71 8.5. Tulangan moment negative... 73 8.6. Pandjang penjaluran tulangan tarik... 74 8.7. Pandjang penjaluran tulangan tekan... 75 8.8. Pandjang penjaluran ekivalen dari tarik... 78 8.9. Kombinasi penjaluran tegangan... 81 8.10. Pandjangan penjaluran tulangan didalam Berkas tulangan... 81 8.11. Sambungan tulangan Umum... 82 8.12. Sambungan lewatan tulangan tarik... 82 8.13. Sambungan lewatan tulangan tekan... 84 8.14. Sambungan lewatan tulangan didalam berkas tulangan... 85 8.15. Sambungan las... 86 8.16. Djarak antara batang tulangan... 87 8.17. Tulangan geser... 88

Bab 9 Bagian-bagian konstruksi 9.1. Pelat... 89 9.2. Dinding... 90 9.3. Balok... 91 9.4. Pelat berusuk... 93 9.5. Balok tinggi... 93 9.6. Kolom dengan sengkang... 94 9.7. Kolom dengan lilitan spiral... 95 9.8. Kelos, djangkar dan alat-alat pengikat... 96 9.9. Siar pemisah... 96 BAGIAN 5 DASAR-DASAR PERHITUNGAN DAN SJARAT-SJARAT UMUM KONSTRUKSI Bab 10 Dasar-dasar perhitungan dan sjarat-sjarat umum Konstruksi 10.1. Koefisien-koefisien keamanan... 97 10.2. Kekuatan-kekuatan beton... 100 10.3. Pembebanan... 101 10.4. Tjara perhitungan konstruksi... 102 10.5. Kekakuan konstruksi... 108 10.6. Stabilitasi konstruksi; lentur dengan gaja normal... 111 10.7. Lebar retak... 114 10.8. Lebar manfaat flens balok T... 116 10.9. Ketentuan-ketentuan lain untuk perhitungan 121 BAGIAN 6 PERHITUNGAN KEKUATAN Bab 11 Perhitungan kekuatan berdasarkan prinsip-prinsip teori elastisitas (tjara n) 11.0. Notasi... 128 11.1. Umum... 131

11.2. Keadaan seimbang elastis dan pembatasan tulangan... 133 11.3. Penampang persegi akibat lentur murni... 133 11.4. Penampang T akibat lentur murni... 136 11.5. Penampang kolom persegi dengan tulangan simetris... 139 11.6. Penampang kolom bulat dengan tulangan simetris... 140 11.7. Tegangan geser lentur dan tulangan geser Lentur... 141 11.8. Tegangan geser punter dan tulangan geser Lentur-puntir... 144 11.9. Tegangan geser pons dan tulangan geser pons... 147 11.10. Konsol pendek... 152 11.11. Perletakan... 153 Bab 12 Perhitungan kekuatan berdasarkan prinsip-prinsip kekuatan batas. 12.0. Notasi... 154 12.1. Umum... 159 12.2. Keadaan seimbang batas dan pembatasan tulangan... 162 12.3. Penampang persegi akibat lentur murni... 164 12.4. Penampang T akibat lentur murni... 167 12.5. Penampang kolom persegi dengan tulangan simetris... 171 12.6. Penampang kolom bulat dengan tulangan simetris... 173 12.7. Tegangan geser lentur dan tulangan geser lentur... 178 12.8. Tegangan geser puntir dan tulangan geser lentur-puntir... 182

12.9 Tegangan geser pons dan tulangan geser pons... 183 12.10. Konsol pendek... 188 12.11. Perletakan... 189 BAGIAN 7 STATISTIK DAN PERHITUNGAN KEKUATAN PADA KONSTRUKSI-KON- STRUKSI TERTENTU Bab 13 Pelat, balok dan portal (umum) 13.0. Notasi... 191 13.1. Umum... 192 13.2. Balok dengan tinggi tetap dan dengan bentang-bentang jang sama... 193 13.3. Pelat persegi dengan tebal tetap menumpu pada keempat tepinja dengan beban terbagi rata... 201 13.4. Pelat dengan tebal tetap jang memikul dalam satu arah... 206 Bab 14 Sistim lantai menerus dengan atau tanpa balok pemikul 14.0. Notasi... 210 14.1. Ruang tjakup dan definisi-definisi... 212 14.2. Tjara perhitungan... 212 14.3. Tjara koefisien momen... 213 14.4. Tjara portal ekivalen... 219 14.5. Tulangan pelat... 222 14.6. Lubang-lubang pada pelat... 226 14.7. Penjaluran beban kolom kepada lantai... 227 Bab 15 Dinding 15.0. Notasi... 228 15.1. Perhitungan dinding... 228

15.2. Perhitungan empiris dari dinding... 228 Bab 16 Konstruksi tahan gempa 16.0. Notasi... 229 16.1. Ruang tjakup... 231 16.2. Sjarat-sjarat umum... 232 16.3. Balok portal... 232 16.4. Kolom portal... 234 16.5. Pertemuan balok portal dengan kolom... 237 16.6. Dinding geser... 237 Bab 17 Fondasi telapak 17.0. Notasi... 241 17.1. Ruang tjakup... 241 17.2. Beban-beban dan reaksi... 241 17.3. Fondasi telapak dengan bidang atas jang miring atau bertangga... 242 17.4. Momen lentur... 242 17.5. Tegangan geser dan penjaluran tegangan... 243 17.6. Penjaluran tegangan pada dasar kolom atau Kaki kolom... 244 17.7. Kaki kolom dan fondasi telapak dari beton tidak bertulang... 244 17.8. Fondasi telapak jang memikul kolom bulat.. 245 17.9. Tebal tepi minimum... 245 17.10. Fondasi telapak menerus... 245 Bab 18 Konstruksi selaput 18.0. Notasi... 246 18.1. Ruang tjakup dan definisi-definisi... 246 18.2. Anggapan-anggapan... 247 18.3. Ketentuan-ketentuan umum... 247 18.4. Mutu beton dan badja... 248

18.5. Sjarat-sjarat tulangan... 248 Bab 19 Konstruksi beton pratjetak 19.1. Ruang tjakup... 249 19.2. Perentjanaan... 249 19.3. Dinding panil pemikul dan buka pemikul... 250 19.4. Detail... 250 19.5. Indentifikasi dan pemberian tanda... 250 Bab 20 Statika konstruksi berdasarkan prinsip-prinsip teori keruntuhan dan modifikasi-modifikasinja 20.1. Sjarat-sjarat penggunaan... 251 20.2. Portal-portal bertingkat... 251 20.3. Balok-balok menerus... 252 20.4. Pelat-pelat... 252 20.5. Modifikasi-modifikasi, redistribusi momen fiktif... 253 BAGIAN 8 SJARAT-SJARAT CHUSUS Bab 21 Evaluasi kekuatan konstruksi-konstruksi jang sudah berdiri dan pertjobaan beban. 21.0. Notasi... 254 21.1. Ruang tjakup... 254 21.2. Sjarat-sjarat untuk pemeriksaan analtis... 255 21.3. Sjarat-sjarat untuk pertjobaan beban... 255 21.4. Pertjobaan beban pada bagian konstruksi jang Mengalami lentur... 256 21.5. Bagian-bagian konstruksi lain... 257 21.6. Pertjobaan beban sampai runtuh... 258