BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktifitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. seperti telah ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 perubahan dari Undang- Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang pebankan, yang menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak (Loen dan Ericson, 2007:1) Dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dialokasikan berbagai bentuk pengalokasian dana, salah satunya adalah pemberian kredit. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Loen dan Ericson, 2007:84). Dalam melakukan bisnisnya, bank juga terkadang mendapat resiko Situasi tersebut akan membuat si manajer memperbesar taruhannya untuk meningkatkan keuntungan (menutupi kerugiannya), yang akhirnya akan lebih
meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank.aktivitas itu dapat membuat bank yang sehat menjadi bangkrut dalam waktu singkat. Hal itu dapat diatasi dengan melakukan pengendalian internal (internal control) bahwa orang yang melakukan trading harus berbeda dengan orang yang melakukan administrasi (bookkeeping) dan memberi batasan jumlah dana untuk transaksi trading untuk membatasi risiko serta melakukan prosedur pengukuran risiko dengan teliti. Dalam memasuki era perdagangan bebas dunia yang diawali dengan bergulirnya AFTA (Asean Trade Area) tahun 2003, berlakunya WTO (World Trade Organization) tahun 2005 dan Forum APEC (Asia Pasific Economics Coorperation) tahun 2020 baik sektor pemerintah maupun sektor swasta harus dipersiapkan sedini mungkin. Peran Pemerintah harus semakin diperkecil dan diberikan sebesar-besarnya kepada sektor swasta dalam dunia usaha. Peran sektor swasta sangatlah diperlukan dalam mempercepat proses pembangunan yang berkelanjutan. Dalam PJPT II tercantum adanya pengembangan terciptanya jaringan informasi, pelayanan keuangan yang andal, efisien dan mampu mendukung industrialisasi serta upaya pemerataan. Didalam sasaran Pelita VI disebutkan pula bahwa pembangunan disektor keuangan ditingkatkan, diperluas dan diarahkan untuk memperbesar kemampuan sumber dana dalam negeri bagi pembiayaan pembangunan nasional (Harianowo, 1996. Hal. 1). Bank sebagai sebuah industri jasa keuangan harus benar-benar dipersiapkan dengan baik dimana bank adalah sumber dana untuk kebutuhan
pembangunan. Dalam hal perbaikan, pemerintah telah mengeluarkan beberapa deregulasi dimulai dari deregulasi bulan Juni 1983 tentang pembentukan bentuk pembiayaan lainnya dan juta penarikan kembali batas pagu kredit serta pemberian keleluasaan bagi bank-bank untuk menentukan tingkat suku bunga. Begitu juga dengan deregulasi Oktober (PAKTO) tahun 1988 berupa perijinan pendirian bank-bank untuk memobilisasi dana-dana yang ada dimana bank-bank yang ada nantinya juga dapat memperlancar pemberian kredit serta menciptakan iklim kompetitif untuk persaing. Investasi dan penanaman modal sangat dibutuhkan untuk pembiayaan sebagai modal dasar untuk mendukung terciptanya pembangunan nasional yang berkelanjutan. Industri perbankan yang sehat, tangguh dan efisien merupakan lembaga yang mampu menyediakan sumber pembiayaan bagi pembangunan dengan meningkatkan kegiatan investasi dunia perbankan termasuk penyaluran kredit perbankan. Menurut Siamat (2005:349) salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, dan sumber dana bank berasal masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam
menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Oleh karena itu pemberian kredit harus diawasi dengan manajemen risiko yang ketat (Hitapupondang, 2009). Dari segi makroekonomi, perubahan suku bunga akan berpengaruh terhadap perubahan harga barang yang dikonsumsi masyarakat. Suku bunga merupakan faktor yang penting dalam memberikan profitabilitas bagi perbankan dan perekonomian suatu negara. Fluktuasi suku bunga kredit juga akan mempengaruhi permintaan akan kredit tersebut. Misalkan dengan tingginya tingkat suku bunga kredit, hal ini akan sangat meresahkan para pengusaha, yang dengan demikian akan dapat mengurangi permintaan kredit para pengusaha kepada pihak perbankan karena dana yang ditawarkan sangat mahal. Dalam situasi seperti ini, pemerintah menghimbau kepada pihak perbankan untuk menurunkan tingkat suku bunga depositonya agar tingkat suku bunga kredit tidak terlalu besar. Tuntutan hidup yang lebih modern dan akibat kemajuan teknologi informasi, kebutuhan masyarakat juga berubah. Berbagai aktifitas ekonomi dilakukan untuk dapat meningkatkan penghasilan atau pendapatan. Untuk mengimbangi kemajuan dan pola hidup modern, berbagai cara ditempuh masyarakat. Salah satunya melalui pinjaman di perbankan dalam bentuk kredit. Usaha yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya dilakukan mulai dari investasi sederhana sampai dengan investasi bermodal besar yang berdampak pada sektor moneter adalah permohonan modal usaha dan investasi
akhirnya akan semakin meningkat. Permohonan modal tersebut mengarah pada permohonan kredit ke lembaga perbankan yang semakin meningkat (Aryaningsih, 2008:59). Dunia usaha Indonesia pada saat ini dihadapkan pada permasalahan tingginya tingkat suku bunga yang mana merupakan salah satu komponen dalam mempengaruhi investasi dimana investasi yang terhambat akan memperlambat proses pembangunan. Begitu juga halnya dengan perbankan sendiri, tingkat suku bunga sangat besar pengaruhnya, dimana besarnya tingkat suku bunga suatu bank dalam hal tabungan akan memperbesar jumlah penabung. Dalam halnya tabungan dimana banyak faktor-faktor penentu yang mempengaruhi besar kecilnya jumlah dana yang dapat diserap yaitu tingkat suku bunga, Tingkat inflasi, Keamanan, Pelayanan, Marketing, Management Dan lain-lain. Penurunan tingkat suku bunga haruslah dilakukan dengan hari-hari sebab ketergesa-gesaan akan dapat menghancurkan perekonomian Indonesia dimana sangat terkait banyak sektor usaha. Menurut Prof. Anwar Nasution, bahwa suku bunga sulit diturunkan bila secara mikro perbankan, bank-bank tidak disehatkan terlebih dahulu. Tingkat suku bunga pada dasarnya sangat terkait pada harga barang dan tinggi rendahnya inflasi. Tinggi tingkat suku bunga yang ada pada saat sekarang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu birokrasi yang panjang dan besarnya pungutan-pungutan yang ada baik yang resmi maupun yang tidak resmi sehingga ikut mengakibatkan tingginya suku bunga.
Penurunan tingkat suku bunga yang drastis akan mengakibatkan terjadinya pelarian modal (capital flow), dimana sejak tahun 1975 telah dianut sistem rezim devisa bebas. Bank Indonesia sebagai badan otoritas moneter perlu mengambil langkah-langkah dalam mengatasi permasalahan tersebut dengan hati-hati berupa Pernaikan reserve requirement, Pembatasan pemberian kredit Dan lain-lain. Dengan terciptanya suku bunga yang stabil dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif serta akan berdampak baik bagi dunia perbankan secara khusus dan dunia usaha secara umum. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian untuk melihat Pengaruh faktor Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Pendapatan Perkapita terhadap Besarnya Jumlah Tabungan Nasabah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Pendapatan Perkapita berpengaruh terhadap Besarnya Jumlah Tabungan Nasabah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Pendapatan Perkapita berpengaruh terhadap Besarnya Jumlah Tabungan Nasabah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan Putri Hijau. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat member manfaat bagi pihak-pihak berkepentingan antara lain: 1. Bagi Perusahaan Dapat memberikan saran dan masukan dalam membuat suatu keputusan terutama dibidang perbankan, khususnya tentang organisasi yang ada hubungannya dengan jumlah tabungan sehingga dapat dicari variabelvariabel yang mempengaruhi besarnya jumlah tabungan pada nasabah. 2. Bagi Penulis Memberikan pengetahuan yang lebih luas lagi tentang tingkat inflasi,suku bunga dan pendapatan perkapita pada suatu badan usaha dan memberikan gambaran langsung untuk terjun ke dalam dunia kerja. 3. Bagi Akademik Memberikan konstribusi akademik mengenai jumlah tabungan kepada pembaca, terutama untuk melakukan penelitian di bidang akuntansi perbankan khususnya kajian mengenai tingkat suku bunga,tingkat inflasi dan pendapatan perkapita dan pengaruhnya terhadap besarnya jumlah tabungan nasabah.