BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2009), hlm Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 29

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 13, hlm ), hlm. 97

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

BAB I PENDAHULUAN. menekankan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya berfungsi sebagai alat dalam menyampaikan kebudayaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 84.

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

BAB I PENDAHULUAN. prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. samping menjadi fokus kebijakan pemerintah juga karena meningkatnya

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hlm E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2010),

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2003),cet 1, hlm, 2. 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009, hlm Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam AlQur an, Yogyakarta: Teras, 2010, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2010), hlm Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Dasar RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jenjang yang lebih sempurna yaitu keberhasilan guru atau pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Semarang, 2008, hlm Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Kansius, Yogyakarta, 2007, hlm. 9.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM), karena dengan pendidikan dapat melahirkan generasi-generasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan disarankan pada keinginan guru, akan sulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. program pendidikan juga sudah dilaksanakan diantaranya adalah. kependidikan yang lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia nomer 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, sesuai yang tercantum dalam lampiran pada bab I yang meyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inpiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisisapsi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mempersiapkan generasi di masa depan, pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Belajar adalah yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan 1

unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. 2 Untuk mengetahui secara obyektif pengertian belajar terutama belajar bagi siswa di sekolah, perlu dirumuskan terlebih dahulu pengertian belajar itu sendiri. Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil hasil interaksi dari lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. 3 Banyak ahli yang telah mendefinisikan apa itu belajar. Di antaranya adalah definisi yang diungkapkan oleh: 1) Hilgard dan Bower, bukunya Theories of Learning ( 1975 ) mengemukakan. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh 1 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran Membantu Meningkatkan Mutu Pembelajaran sesuai Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012) hlm.19 2 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) hlm.12 3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010) hlm.2 2

pengalamannya yang berulang ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan keadaan sesaat seseorang ( misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya ). 2) Gagne, dalam bukunya The Conditions of Learning ( 1977 ) menyatakan bahwa : Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya ( performance nya ) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. 4 Segala sesuatu memiliki tujuan, kegiatan belajar atau mempelajari sesuatu juga harus memiliki tujuan. Belajar ialah merupakan perubahan tingkah laku, perubahan perubahan yang diinginkan tentu saja sebuah perubahan yang membawa dampak besar bagi seseorang atau siswa yang belajar atau mempelajari sesuatu. Pada intinya tujuan belajar dan pembelajaran adalah terciptanya perubahan menuju keadaan yang lebih baik yaitu perubahan pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang positif. 5 Siswa dalam melakukan kegiatan belajar atau mempelajari sesuatu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi hasil atau tujuan dari proses belajar. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga 4 M. Ngalim Purwanto, Psikology Pendidikan, ( Bandung : Rosdakarya, 2007 ), hal. 84 5 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, hlm.13 3

macam yakni: 1) Faktor internal yakni keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa. 2)Faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3)Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran 6 Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya. Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru sebagai pengajar akan berusaha secara maksimal dengan menggunakan berbagai ketrampilan dan kemampuanya agar anak didik dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 7 Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif). Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktifitas dan 6 Muhibbin Syah, Psikologis Belajar, (Ciputat: PT LOGOS Wacana Ilmu, 1999) hlm. 130 7 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, hlm.26 4

kratifitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Menurut Mulyasa proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. 8 Fenomena yang sering terjadi di dalam kelas adalah timbulnya gangguan dalam siswa melakukan belajar atau menangkap informasi dari guru. Yakni siswa merasa jenuh atau siswa telah mencapai titik jenuh pada otaknya. Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainya yang disebut jenuh belajar. 9 Ini mengakibatkan siswa akan kurang dalam menerima pelajaran dan guru harus berusaha lebih keras agar apa yang disampaikan kepada siswa dapat diterima dengan baik. Kejenuhan yang dialami siswa ini sering terjadi akibat siswa terlalu lama dalam kondisi yang tegang sehingga menimbulkan perasaan bosan. Selain itu kelelahan yang dialami otak siswa juga menjadi penyebab terjadinya kejenuhan belajar. Dampaknya, siswa 8 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, hlm.27 9 Muhibbin Syah, hal. 161-162 5

mengalami penurunan prestasi belajarnya dikarenakan kurang mampu menerima informasi atau materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Oleh karenanya guru harus mampu memberikan pengajaran dengan menggunakan metode yang efektif untuk mengatasi problema yang terjadi di dalam proses belajar mengajar. Rendahnya minat belajar Fiqih disebabkan karena dipahami oleh siswa bahwa materi pembelajaran Fiqih dianggap kurang menarik dan membosankan karena dalam pelajaran Fiqih banyak mempelajari tentang hukum-hukum ibadah yang sulit untuk menghafalnya, di samping itu metode pembelajarannya bersifat monoton. Dengan demikian mengakibatkan anak menjadi kurang memperhatikan ketika guru sedang menerangkan. Menganggap materi kurang menarik bahkan memberatkan, akibatnya pembelajaran tidak interaktif, kurang menarik dan terkesan hanya mengejar target penyelesaian pokok bahasan. Penggunaan metode pembelajaran yang monoton merupakan faktor utama gagalnya proses pembelajaran. Maka dari itu perlu dicari suatu strategi pembelajaran dengan menggunakan metode yang tepat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan peserta didik sebagai objek pembelajaran. Pada intinya, pemilihan beberapa metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah tujuan tertentu yang 6

ideal, tepat dan cepat sesuai yang diinginkan, karenanya terdapat suatu prinsip di mana dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah diterima oleh peserta didik 10 Prestasi belajar akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan apabila ada kesesuaian metode belajar dengan materi ajar dan dalam proses pembelajarannya terjadi interaksi antara siswa dengan lingkunganya sehingga diharapkan terjadinya perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Oleh karena itu, diujicobakan penerapan berbagai metode belajar yang nantinya untuk mengetahui dampak bagi proses dan prestasi pendidikan. Untuk memahami masalah ini, perlu kiranya pengkajian melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya dengan menerapkan metode Hypnoteaching. Hypnoteaching berasal dari kata hypnosis dan teaching. Secara umum Hypnoteaching dapat diartikan sebagai seni berkomunikasi dalam memberikan sugesti positif kepada siswa agar siswa lebih baik atau lebih cerdas. Budaya pendidikan di Indonesia masih banyak melibatkan peran otak kiri dan memacu gelombang otak berfrekuensi tinggi sehigga dapat memicu 10 Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Ilmu Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Jakarta : Rasail Media Group,2008), hlm. 18 7

perasaan cemas, khawatir, marah dan stress pada siswa. Beberapa penelitian menunjukan bahwa hypnoteaching memberikan dampak positif terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian dan membahas skripsi yang berjudul PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FIQIH MATERI ZAKAT SISWA KELAS VIII DI MTS NU 17 DESA KERTOSARI SINGOROJO KENDAL 2015. B. Rumusan Masalah 1. Apakah Penerapan Metode Hypnoteaching dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam tindakan kelas ini adalah: untuk mengetahui bagaimana penerapan metode Hypnoteaching dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTs NU 17 Kertosari Singorojo Kendal 2015 khususnya pada mata pelajaran Fiqih materi pokok zakat. 2. Manfaat Penelitian secara umum manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana penerapan metode hypnoteaching dalam 8

meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian penggunaan metode tersebut dapat dikembangkan dan diterapkan di sekolah manapun dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Adapun manfaat lainya antara lain: 1. Manfaat bagi peserta didik a. Tercapainya kompetensi siswa pada mata pelajaran Fiqih materi pokok zakat. b. Meningkatnya prestasi belajar siswa kelas VIII MTs NU 17 Kertosari singorojo Kendal 2015 dalam mata pelajaran Fiqih materi pokok zakat. c. Proses pengajaran yang efektif dan penerapan metode Hypnoteaching dalam mata pelajaran Fiqih khususnya pada materi pokok zakat dapat diterima. d. Penerapan metode Hypnoteaching dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa dikelas yang lain. 2. Manfaat bagi guru a. Terperolehnya inovasi metode pembelajaran untuk mata pelajaran Fiqih dari dan oleh guru Dalam meningkatkan Prestasi belajar siswa. b. Menambah wawasan bagi guru bidang studi Fiqih sehingga dalam proses pembelajaran mampu menggunakan metode pembelajaran yang tepat, sehingga prestasi belajar siswa tercapai dengan baik. 9

c. Dapat memberikan sumbangan dan pengalaman kepada guru dalam upaya mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui profesi yang ditekuninya. 3. Manfaat bagi peneliti a. Menambah wawasan untuk peneliti tentang metode yang sesuai untuk mata pelajaran Fiqih. b. Menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti tentang tata cara dan proses penelitian dalam pendidikan. 4. Manfaat bagi sekolah Sekolah memperoleh panduan yang inovatif tentang metode Hypnoteaching yang selanjutnya diharapkan dapat diterapkan di kelas-kelas yang lain demi keberhasilan belajar siswa MTs NU 17 Kertosari Singorojo Kendal. 10