Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 2 (2018)

dokumen-dokumen yang mirip
Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

P ( tekanan ) PRINSIP KERJA AIR CONDITIONER

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

P ( tekanan ) PRINSIP KERJA AIR CONDITIONER

Maka persamaan energi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

Pengaruh Laju Aliran Air terhadap Performansi Mesin Pengkondisian Udara Hibrida dengan Kondensor Dummy Tipe Multi Helical Coil sebagai Water Heater

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V BEDAH TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. mengubah fasa fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan fluida lain. Kalor yang

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

BAB II LANDASAN TEORI

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN

Komponen mesin pendingin

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA AIR CONDITIONING (AC)

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

BAB IV METODE PENELITIAN

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA AIR CONDITIONING (AC)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

SURAT KETERANGAN No : 339B /UN /TU.00.00/2015

STUDI APLIKASI DAN PEMASYARAKATAN SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI PADA SEKTOR INDUSTRI PROSES

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

BAB II LANDASAN TEORI

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA

PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC)

Bab IV Analisa dan Pembahasan

PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Transkripsi:

Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 2 (2018) ANALISA PENGARUH TIPE DAN PANJANG HEAT EXCHANGER TERHADAP NILAI KALOR YANG DIBUTUHKAN UNTUK MEMANASKAN AIR PADA AIR CONDITIONER WATER HEATER DAYA 1 PK Mohamad Mustakim, Ir. Gatut Priyo Utomo, M.Sc Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Jalan Semolowaru No. 45 Surabaya 60118, Tel. 031-5931800, Indonesia email: mochmustakim.st@gmail.com ABSTRAK Beberapa tahun terakhir kebutuhan akan energy masih tergantung pada bahan bakar atau sumber tenaga listrik. Yang mana kebutuhan energy tersebut juga akan menghasilkan gas buang yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Seperti contoh disini yaitu pemanasan global akibat penggunaan tenaga listrik melihat Negara Indonesia dengan iklim yang cukup panas khususnya jawa timur. Banyak perusahaan properti seperti apartemen, perumahan bahkan kalangan warga sipil yang menggunakan air conditioner atau AC untuk menyejukkan udara sekitar diruangan mereka tinggal. Tidak jarang juga mereka menggunakan pemanas air atau water heater untuk kebutuhan mandi mengingat akan manfaat mandi air hangat menurut para tenaga medis. Dari alat pemanas air tersebut banyak macamnya ada yang menggunakan gas dan ada juga yang menggunakan listrik. Dari alat pendingin ruangan tersebut atau AC, untuk menurunkan temperature dengan kata lain menyejukan suatu ruangan melalui cara kerjanya yaitu membuang kalor panas ke lingkungan bebas dan menggantinya dengan udara yang sejuk. Dengan memanfaatkan kalor yang terbuang tersebut dengan mengkonversikan menjadi pemanas air akan menghemat energy listrik yang setiap tahun mengalami kenaikan tarif. Tujuan penelitian ini adalah merancang tipe alat penukar kalor dengan variable panjang pipa untuk digunakan pada sistem AC dan kemudian dilakukan analisa nilai tertinggi kalor (Q) perpindahan panas pada AC tersebut. Alat penukar kalor dibuat dari pipa tembaga 1/4 inch yang sudah ada dipasaran dengan panjang bervariasi 1,2 dan 3 m. Dengan pipa tersebut kemudian dibentuk model helical, spiral dan serpentine dan didapat nilai kalor (Q) terbaik dengan analisa random sampling pada heat exchanger tipe helical dengan variasi panjang pipa 3 m yaitu sebesar 4047,63w dengan temperature sebesar rata rata 36 C dalam 3 kali percobaan selama 10 menit dalam tangki yang berisi air sebanyak 50 liter. PENDAHULUAN Kurangnya akan pengetahuan mengenai pemanfaatan energy terbuang pada AC menjadi kendala bagi pengguna AC tersebut. Terlebih mereka menggunakan AC tersebut sesuai dengan fungsinya saja yaitu menurunkan temperature atau suhu sekitar ruangan mereka tinggal. Untuk kebutuhan air hangat tak jarang juga menggunakanya sebagaimana mestinya fungsi dari water heater itu.

Pemakaian Listrik Kebutuhan akan sumber tenaga listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan wajib. Orang tidak akan bisa hidup tanpa tenaga listrik apalagi di perkotaan seperti misalnya kota Surabaya. Tenaga listrik menjadi kebutuhan wajib bagi manusia saat ini untuk menunjang kebutuhan, pekerjaan bankan interaksi social. Dengan demikian pengeluaran untuk kebutuhan listrik menjadi tinggi belum lagi kenaikan tariff listrik setiap tahunya. Dengan menggabungkan dua alat yaitu AC dan water heater diharapkan dapat meminimalisir penggunaan listrik dan energy yang terbuang percuma menjadi lebih bermanfaat. Air Conditioner Air conditioner atau AC adalah suatu alat perubah udara panas menjadi sejuk. Didalamnya terdapat system alat yang bekerja sesui fungsinya masing masing. Seperti compressor dengan fungsinya yaitu menaikkan tekanan kompresi refrigerant dengan tujuan merubah refrigerant dari zat cair menjadi gas. Kondensor adalah suatu jaringan pipa yang berfungsi sebagai pengembunan udara yang dipompa dari compressor dan mengalami pengembunan dan membuat zat refrigerant menjadi cair jenuh. Katup expansi berfungsi mengatur aliran dan menurunkan tekanan. Evaporator berfungsi menghembuskan udara dingin ke ruangan sesuai temperature yang diinginkan. Air Conditioner Water Heater Prinsip kerja Air Conditioner Water Heater adalah: 1) Proses kompresor heat exchanger Uap refrigeran dihisap kompresor kemudian ditekan sehingga tekanan dan temperatur refrigeran naik. 2) Proses heat exchanger tangki air Panas refrigeran ditransfer kepada air di dalam penukar kalor sehingga air mengalami kenaikan temperatur sedangkan refrigeran mengalami penurunan dan sebagian telah berubah fasa menjadi cairan. 3) Proses heat exchanger kondensor Refrigeran didinginkan pada kondensor seperti pada siklus pendinginan biasa 4) Proses kondensor katup expansi Refrigeran keluaran kondensor dan penukar kalor digabungkan sebelum diekspansi. Cairan refrigeran dengan tekanan dan temperatur tinggi diekspansikan sehingga mengalami penurunan tekanan dan temperatur. 5) Proses katup expansi evaporator Refrigeran di evaporator dalam keadaan temperatur rendah sehingga dapat menyerap kalor ruangan. Cairan refrigeran menguap secara berangsur- angsur karena menerima kalor sebanyak kalor laten penguapan. Selama proses penguapan di dalam pipa terdapat campuran refrigeran fase cair dan uap. Proses ini berlangsung pada tekanan tetap sampai mencapai derajat superheat Gambar 1. Rankaian Air Conditioner Water Heater 2

Heat Exchanger Adalah alat penukar kalor yang digunakan untuk memanaskan air PROSEDUR EKSPERIMEN Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Alat uji yang dibutuhkan: 1 AC daya 1 PK 2 Tangki penyimpanan air 3 Stopwacth 4 Thermolaser Gambar 2. Heat Exchanger Tipe Helical Bahan uji yang dibutuhkan No Nama Heat exchanger dengan panjang pipa 1 1 meter Heat exchanger dengan panjang pipa 2 2 meter Heat exchanger dengan panjang 3 pipa3 meter Proses Instalasi Air Conditioner Water Heater Gambar 3. Heat Exchanger Tipe Spiral Gambar 5. Pemotongan pipa dari kompresor ke kondensor yang kemudian akan di pasang heat exchanger Gambar 4. Heat Exchanger Tipe Serpentine Gambar 6. Proses pengelasan sambungan 3

Pengujian dan Penyajian data Pengujian diawali dengan proses penyusunan peralatan, serta diperiksa dan disetting agar dapat dioperasikan dengan baik. Pelaksanaan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Hidupkan AC 2) Setting suhu max pada remote control AC atau suhu terdingin pada pada evaporator 3) Catat temperature awal dan akhir air saat pengujian 4) Mencatat data pada menit ke 10 sebanyak 3 kali percobaan 5) Semua data yang diambil dimasukkan ke dalam tabel data 6) Matikan mesin/ dinginkan mesin 7) Lakukan langkah 1 sampai dengan 8 untuk tiap pengambilan data pada setiap variasi percobaan 8) Lakukan metode sampel random untuk analisa data HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 8. Hubungan antara nilai Q pada tipe heat exchanger pada setiap variasi panjang pipa pada air conditioner water heater Pada grafik hubungan antara nilai Q pada tipe heat exchanger terhadap variasi panjang pipa 1 m dapat dilihat pada tipe helical memiliki nilai Q sebesar 3816,34. Pada tipe spiral didapat Q sebesar 3700,69, nilai efektifitas tersebut turun sebesar 3,1%. Sedangkan pada tipe serpentine memiliki nilai Q 3585,05 nilai Q tersebut turun 3,2%. Untuk panjang 2 m memiliki nilai Q sebesar 3931,99 pada tipe helical. Pada tipe spiral didapat Q sebesar 3816,34, nilai Q tersebut turun 3%. Sedangkan pada tipe serpentine memiliki nilai efektifitas 3700,69, nilai Q tersebut turun sebesar 3,1%. Gambar 7. Tabel Penyajian data Setelah data tersebut terisi semua, maka kita akan bisa menentukan mana yang memiliki nilai efektifitas penyerapan panas paling tinggi dari variable-variabel yang digunakan Sedangkan pada panjang 3 m memiliki nilai Q sebesar 4047,63 pada tipe helical. Pada tipe spiral sebesar 3931,99, nilai Q tersebut naik sebesar 2,9%. Sedangkan pada tipe serpentine memiliki nilai Q 3816,34, nilai Q tersebut naik sebesar 3%. Pada grafik hubungan antara nilai Q terhadap variasi panjang pipa terlihat bahwa tipe helical dengan panjang 3 m merupakan heat exchanger dengan nilai Q terbaik dikarenakan memiliki nilai Q paling besar. Hal ini ditandai dengan nilai Q yang didapat yaitu sebesar 3816,34 pada panjang 1 m, 3931,99 pada panjang 2 m dan 4047,63 pada panjang 3 m. 4

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengamatan, analisa data dan serta pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa panjang pipa semakin panjang maka besar Q juga semakin besar, karena semakin panjang pipa yang digunakan maka akan semakin luas penyebaran panas pada air di dalam tangki. Hal ini ditandai dengan nilai Q yang didapat pada heat exchanger tipe helical dengan variasi panjang pipa dengan panjang pipa 3 m yaitu sebesar 4047,63. Nilai tersebut merupakan nilai Q tertinggi dari semua percobaan variasi panjang pipa. Dari hasil pengujian yang berjudul analisa pengaruh tipe heat exchanger dengan variasi panjang pipa terhadap nilai kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan air pada air conditioner water heater daya 1 PK, maka dapat diberikan beberapa saran. Penelitian ini dapat dikembangkan lagi, misalnya dengan penambahan pompa pada sistem aliran tangki penampungan airnya agar tangki tidak kehabisan suplay air saat air digunakan. Bidang Industri ke-12, UGM, Yogyakarta 2006. Nandy Putra, Nasruddin, Agus L.M. Sinaga, Handi Chandra, Sistem Air Conditioner Water Heater Dengan Tiga Alat Penukar Kalor Tipe Koil Disusun Seri, Prosiding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VI,Universitas Syiah Kuala, Nanggroe Aceh Darussalam 2007 Ji Jei, Chow Tin-tai, Pei Gang, Dong Jun, He Wei. Domestic air-conditioner and integrated water heater for subtropical climate. Applied Thermal Engineering 2003 REFERENSI Incropera, Frank P, et al., Fundamentals of Heat and Mass Transfer, John Wilet & Sons (Asia) Pte. Ltd., Singapore, 2002 Shah, R.K., Fundamentals of Heat Exchanger Design, John Wiley & Sons Inc., New Jersey, 2003 Nandy Putra, et al., Kinerja Alat Penukar Kalor pada Air Conditioner Water Heater, in Seminar Nasional Efisiensi & Konversi Energi 2005, Semarang Nandy Putra, Hidayat D. Amri, Nasruddin, Karakterisasi Unjuk Kerja Penukar Kalor Double Shell Pass Pada Sistem Air Conditioner Water Heater Prosiding Seminar Nasional Gabungan Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Material dan Proses ke-2 Perkembangan Riset dan Teknologi di 5