p-issn: 2302-5891 e-issn: 2579-3187 Vol. 7 No. 1 Januari 2019, 37-46 37 Penambahan Serutan Besi terhadap Batako Deni Akhmad Trinugraha 1*, Eko Darma 1, Rika Sylviana 1 1 Teknik Sipil; Universitas Islam 45 ; Jalan Cut Meutia No. 83, Bekasi 17113, telp/fax; (021) 88344436/(021) 8801192 e-mail: nugrahadeni91@gmail.com; ekodarma91@gmail.com * E-mail: nugrahadeni91@gmail.com ABSTRAK Ketersediaan material alam untuk bahan kontruksi sangatlah terbatas, dilain pihak permintaan akan material tersebut terus meningkat, sehingga perlu dicoba untuk menggunakan material alternatif seperti memanfaatkan barang bekas yang sering menjadi sampah sebagai material kontruksi. Salah satu alternatif yang dicoba adalah limbah serutan besi sebagai material tambahan dalam campuran batako untuk menggantikan sebagaian pasir, sehingga dapat mengurangi pemakaian pasir dan diharapkan dapat mengurangi limbah serutan besi. Penelitian dilakukan dengan merubah ukuran standar batako menurut SNI menjadi ukuran 10 x 10 x 10 cm. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan limbah serutan besi dalam campuran batako tersebut menunjukan peningkatan nilai kuat tekan. Prosentase kenaikan kuat tekan dari batako normal adalah sebagai berikut 14,87%, 24,79%, 45,45%, dan 71,90%. Untuk kuat tekannya sendiri adalah batako normal umur 7 hari adalah sebesar 41,374 KN, nilai kuat tekan ini semakin naik berturutturut sebesar 47,529 KN, 51,632 KN, 60,18 KN dan 71,123 KN pada penambahan limbah serutan besi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Dari nilai kenaikan kuat tekan tersebut diperoleh batako yang termasuk ke dalam mutu I, II dan III sesuai syarat SNI 03-0349-1989. Kata kunci: batako, limbah serutan besi, kuat tekan ABSTRACT Material construction resources are very limited, but the demand for these materials tends to increase. Therefore, it is necessary to search for alternative materials such as utilizing used goods (garbage) as construction materials. An alternative material used in this study was iron shavings waste as an additional material in the concrete brick mixture to replace sand. Therefore, it can minimize the use of sand and reduce iron shavings. The study was conducted by changing the standard size of the brick according to SNI to a size of 10 x 10 x 10 cm. The results showed that the addition of iron shavings in the concrete mixture was able to increase compressive strength value. The percentage increases in compressive strength of normal concrete blocks were: 14.87%, 24.79%, 45.45%, and 71.90%. The compressive strength of ordinary concrete brick of age 7 days is 41,374 KN, and after iron shaving addition the strength improve by 47,529 KN, 51,632 KN, 60,18 KN and 71,123 KN with the percentage of iron shaving of 2.5%, 5%, 7.5% and 10% respectively. These improve value was also categorized as quality I, II and III according to SNI 03-0349-1989 requirement. Keywords: concrete block, iron shavings, compressive strength 1. PENDAHULUAN Kebutuhan perumahan saat ini semakin meningkat mengakibatkan kebutuhan akan bahan bangunan menjadi meningkat pula. Bahan yang digunakan untuk sebuah bangunan adalah bahan bahan atap, dinding, dan lantai. Salah satu masalah di lapangan saat ini yang perlu segera diatasi adalah masalah kebutuhan batu bata sebagai bahan dinding perumahan dan efek kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Adapun salah satu permasalahan utama dalam menyediakan rumah di Indonesia adalah tingginya biaya konstruksi bangunan dan lahan. Selama ini berbagai penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik konstruksi yang efisien (berhasil guna) serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis. Bahan Diterima: 17 November 2018; Review: 20 November 2018; Disetujui:21 Desember 2018
38 bangunan yang dianjurkan untuk dipakai dalam pembangunan perumahan salah satunya adalah batako. Bahan bangunan batako dapat bersaing baik secara teknis maupun ekonomis dengan bahan tradisional seperti batu bata. Dibandingkan dengan pemakaian batu bata, maka dengan pemakaian batako akan diperoleh penghematan untuk tiap-tiap m 2 tembok. Batako dalam beberapa hal ini memberikan keuntungan diantaranya adalah penghematan adukan, berat tembok (karena batako termasuk beton ringan) dan waktu pemasangan. Selain itu juga sebagai penghantar panas yang rendah, akibat adanya ruang udara pada batako yang akan menjamin kenikmatan dan kenyamanan bagi penghuni rumah. Guna semakin menghemat bahan dasar pembuatan batako, maka dimanfaatkan limbah bubutan besi yang berupa serat sebagai bahan tambah campuran adukan yang memiliki harga cukup murah. Beton serat merupakan alternatif dalam bahan kontruksi tahan gempa. Umumnya serat dari beton sendiri berupa baja yang telah dipabrikasi dan mempunyai ukuran tertentu. Pada penelitian ini serat tersebut merupakan limbah dari industri bubut logam yang jumlahnya cukup banyak dan belum termanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Penggunaan fiber baja pada aplikasi struktur beton sudah cukup dikenal karena sifatnya sebagai pengganti agregat kasar yang dapat menaikkan sifat mekanik beton. Begitu pula karena limbah fiber baja tersedia cukup banyak dan mudah didapatkan sehingga penggunaannya dapat lebih ekonomis dibanding beton biasa (Darma, 2007). Penelitian lain yang menggunakan bahan tambah seperti bottom ash sebagai pengganti semen telah dilakukan oleh Ristinah dkk (2012) pada persentase 5 55 % berat semen yang menghasilkan batako kelas II, III, dan IV. Jenis serat yang paling banyak digunakan adalah serat baja namun harga dari serat baja mahal. Di Indonesia, serbuk besi dan baja hasil kegiatan penggergajian besi dan baja jarang dimanfaatkan, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan (N Paryati, 2015). Industri bubut logam sendiri menghasilkan material limbah logam dalam jumlah besar. Limbah industri bubut logam tersebut akan diuji coba sebagai salah satu campurna material untuk bahan bangunan. Limbah logam ini digunakan sebagai serat pada batako dalam rangka mendapatkan bahan yang murah dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengamati perilaku kinerja batako serat yang dibuat dari serat berbahan limbah bubut logam besi. Kinerja batako yang diamati adalah kinerja terhadap kuat tekan batako. Penambahan serat besi pada campuran batako bertujuan untuk meningkatkan kuat tekan, daktilitas, dan ketahanan terhadap benturan. Dalam penelitian ini bahan tambah yang digunakan adalah serat besi yang berasal dari limbah bengkel bubut. Batasan penelitian ini meliputi: Standar yang digunakan adalah tata cara pembuatan bata beton SNI 03-0349- 198, Bahan tambah yang digunakan adalah serutan besi, Uji yang dilaksanakan adalah uji mekanik. Benda uji yang digunakan adalah batako. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh penambahan serutan besi terhadap kuat tekan batako. 2. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di laboratorium yaitu dengan mengadakan suatu percobaan secara langsung untuk mendapatkan suatu data atau hasil yang menghubungkan antara variabel-variabel yang diselidiki. A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam 45 Bekasi. Waktu penelitian selama 1 bulan. B. Tahapan Penelitian Studi Pustaka Pada proses studi pustaka ini peneliti mencoba mencari atau mengumpulkan berbagai macam laporan-laporan penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Persiapan Alat dan Bahan Pada tahap persiapan alat dan bahan ini peneliti melakukan pengumpulan bahan dan alat apa saja yang diperlukan dalam penelitian ini. Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari saringan/ayakan, timbangan, gelas ukur, piknometer, oven, wadah dan pengaduk,
p-issn: 2302-5891 e-issn: 2579-3187 Vol. 7 No. 1 Januari 2019, 37-46 39 alat cetak sampel batako dan alat uji tekan beton UTM (Universal Testing Machine). Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serutan besi, semen Portland merk Tiga Roda serta pasir Mundu yang dibeli dari toko material. Benda uji yang dibuat untuk penelitian ini adalah sampel batako dengan dimensi 10 x 10 x 10 cm. Pengujian Bahan Material Dalam tahap pengujian bahan material ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan serutan besi terhadap kuat tekan batako. Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata, tegak lurus, ringan serta mempunyai kekuatan tekan yang tinggi. Oleh karena itu dilakukan beberapa tahapan pengujian antara lain adalah uji saringan pasir, berat jenis pasir dan uji kuat tekan. Pembuatan Benda Uji Sampel penelitian berupa batako yang berjumlah 15 buah dengan ukuran masing-masing 10 x 10 x 10 cm dengan variasi campuran batako sebagai berikut: Tabel 1. Variasi Campuran Batako No Campuran serutan besi Ukuran (cm) Jumlah Sampel 1 0% 10 x 10 x 10 3 buah 2 2,5 % 10 x 10 x 10 3 buah 3 5% 10 x 10 x 10 3 buah 4 7,5 % 10 x 10 x 10 3 buah 5 10% 10 x 10 x 10 3 buah Pada sampel ini serutan besi yang digunakan dibandingkan dengan campuran pasir dan semen. Perbandingan bahan untuk membuat benda uji disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2. Komposisi Semen, Pasir dan Serutan Besi Sampel Adukan semen dan pasir Serutan besi I 0% 0% II 97,5 % 2,5 % III 95% 5% IV 92,5 % 7,5 % V 90% 10% Pada pembuatan bahan uji, lakukan penimbangan semen dan pasir dengan perbandingan 1: 6. Kemudian tambahkan serutan besi sebanyak 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Lakukan pengadukan sambil ditambahkan air. Pengadukan tetap dilakukan sampai campuran homogen. Lalu masukan adukan ke cetakan sedikit demi sedikit, dan lakukan penekanan pada adukan menggunakan kayu. Pencetakan dilakukan di tempat terlindung dari hujan dan panas matahari secara langsung. Angkat cetakan dan biarkan mengering selama 7 hari sebelum dilakukan pengujian kuat tekan. Analisis Hasil Uji Analisis data pengujian dari percobaan batako dengan penambahan serutan besi ini meliputi analisa seberapa besar kuat tekan batako dengan penambahan serutan besi dibandingkan dengan batako normal atau tanpa penambahan serutan besi. Dalam tahapan
40 analisis data ini juga peneliti ingin mengetahui apakah batako dengan penambahan serutan besi ini masuk ke dalam jenis batako struktural atau non struktural yang berdasarkan SNI 03-0349-1989. Diagram Alir penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Mulai Studi pustaka Persiapan alat dan bahan Pengujian bahan material Pembuatan benda uji Uji kuat tekan Analisis hasil uji Kesimpulan Selesai Gambar 1. Diagram Alur Penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengujian dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan bahan (agregat halus) dan pengujian kuat tekan batako. Adapun pengujian tersebut dijelaskan pada uraian di bawah ini: Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap pasir meliputi analisa saringan agregat halus, pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus. 1. Analisa Saringan Halus Berdasarkan PBI-1971 mengenai standar ukuran distribusi pasir, modulus kehalusan yang didapat adalah 2,77 dan standar modulus kehalusan untuk agregat halus/pasir berkisar antara 2,3 3,1. Dari hasil analisa saringan ini jumlah berat sisa yang didapat adalah 277,81%. Sedangkan modulus kehalusan sendiri didapat dari jumlah berat sisa dibagi 100%. Untuk standar pasir yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir sedang atau pasir yang lolos pada saringan 0,6 mm (gambar 2).
Berat Lolos (%) p-issn: 2302-5891 e-issn: 2579-3187 Vol. 7 No. 1 Januari 2019, 37-46 41 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 10 6,64 3 35 Gambar 2. Grafik Butiran/Analisa Saringan 2. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus Analisa berat jenis dan penyerapan ini dilakukan untuk menentukan berat jenis jenuh kering permukaan (SSD) dan absorption (penyerapan) untuk perhitungan volume agregat halus yang akan dicampur pada pembuatan batako berlubang. Penyerapan air ini adalah kemampuan agregat untuk menyerap air dari kering mutlak menjadi keadaan SSD (Saturated Surface Dry). Penyerapan air dipengaruhi oleh banyaknya pori, diameter pori, serta kontinuitas pori. Nilai berat jenis jenuh kering permukaan (SSD) yang didapatkan adalah sebesar 2,5 dimana perhitungan ini berlaku untuk menentukan berat jenis dari pasir kali. Sedangkan nilai absorpsi yang didapatkan yaitu sebesar 3,105 %. Nilai absorpsi pada penelitian ini telah memenuhi standar karena berdasarkan SNI 03-1979-1990 berat jenis agregat halus minimum 2,5 gr/cm3 dan untuk absorpsi tidak boleh melebihi dari 5 %. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Batako Berat jenis batako merupakan perbandingan berat batako pada umur 7 hari dibagi dengan volume batako tersebut. Selain itu juga pemeriksaan ini dilakukan agar dapat mengetahui berat jenis batako rata-rata pada umur 7 hari. Untuk melengkapi data tentang benda uji maka peneliti membuat tabel mengenai hasil pemeriksaan berat jenis batako tersebut. Hasil pemeriksaan berat jenis batako ini masuk ke dalam beton ringan struktur yang mempunyai standar berat jenis 1.440 1.900 gr/cm 3 (Tjokrodimulyo, 1996). Hasil Pengujian Kuat tekan Batako Pengujian kuat tekan batako ini dilakukan pada umur 7 hari terhadap batako kontrol dan batako dengan penambahan serutan besi. Pengujian ini dilakukan berdasarkan SNI 03-0349- 1989. Hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium, diperoleh hasil data kuat tekan sebagai berikut. No Benda Uji 10 65 21,07 25 90 44,84 Tabel 3. Batako Normal Berat (Kg) KN Kg/cm 2 1 1,950 42 43,084 2 1,933 40 41,032 3 1,941 39 40,006 Rata-rata 1,941 40,33 41,374 Sumber: Hasil pengujian, 2016 67,51 50 100 100 100 98,59 100 90 83,5 80 0,1 1 10 Ukuran ayakan (mm) Batas atas Hasil Berat Batas
42 Berdasarkan hasil pengujian pada batako normal tersebut berat rata-rata yang didapat sebesar 1,941 kg dan menghasilkan nilai rata-rata kuat tekan 41,374 kg/cm 2. Tabel 4. Batako Campuran Serutan Besi 2,5% No Benda Uji Berat (Kg) KN Kg/cm 2 1 1,925 44 45,136 2 1,943 46 47,187 3 1,934 49 50,265 Rata-rata 1,934 46,33 47,529 Untuk batako campuran serutan besi 2,5% terlihat mengalami kenaikan kuat tekan yaitu sebesar 47,529 kg/cm 2 dan berat sampel 1,934 kg. Tabel 5. Batako Campuran Serutan Besi 5% No Benda Uji Berat (Kg) KN Kg/cm 2 1 1,932 53 54,368 2 1,929 48 49,239 3 1,930 50 51,291 Rata-rata 1,930 50,33 51,632 Hasil pengujian untuk batako campuran serutan besi 5% mempunyai berat rata-rata sebesar 1,930 kg dan nilai rata-rata kuat tekan 51,632 kg/cm 2. Tabel 6. Batako Campuran Serutan Besi 7,5% No Benda Uji Berat (Kg) KN Kg/cm 2 1 1,938 58 59,497 2 1,946 57 58,471 3 1,942 61 62,574 Rata-rata 1,942 58,67 60,180 Berdasarkan hasil hasil pengujian diatas berat rata-rata untuk batako varian serutan besi 7,5% adalah 1,942 kg dan menghasilkan nilai rata-rata kuat tekan sebesar 60,180 kg/cm 2.
kuat tekan (kg/cm) p-issn: 2302-5891 e-issn: 2579-3187 Vol. 7 No. 1 Januari 2019, 37-46 43 Tabel 7. Batako Campuran serutan Besi 10% No Benda Uji Berat (Kg) KN Kg/cm 2 1 1,965 75 76,936 2 2,015 65 66,678 3 1,972 68 69,755 Rata-rata 1,984 69,33 71,123 Pada campuran batako serutan besi 10% ini mempunyai berat rata-rata 1,984 kg dan menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 71,123 kg/cm 2. No Tabel 8. Rata-rata Hasil Pengujian Batako Campuran Serutan Besi (kg/cm 2 ) Kenaikan (%) 1 0% 41,374 0 2 2,5% 47,529 14,87 3 5% 51,632 24,79 4 7,5% 60,180 45,45 5 10% 71,123 71,90 Untuk nilai kuat tekan rata-rata tiap variasi campuran serutan besi ini mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Hasil pengujian menunjukan bahwa nilai kuat tekan rata-rata yang dihasilkan dari tiap proporsi penambahan serutan besi sebesar 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10% didapat kuat tekan sebesar 41,374 kg/cm 2, 47,529 kg/cm 2, 51,632 kg/cm 2, 60,180 kg/cm 2, 71,123 kg/cm 2. Sedangkan hasil perhitungan prosentase kenaikan ini didapat dari jumlah ratarata kuat tekan varian batako campuran serutan besi 5% dikurang dengan jumlah kuat tekan rata-rata batako normal lalu dibagi dengan kuat tekan rata-rata batako normal kemudian dikalikan dengan 100%. Semakin besar proporsi penambahan serutan besi maka akan berbanding lurus dengan nilai kuat tekannya. Hasilnya bisa dilihat pada grafik berikut ini: 80 70 60 50 40 30 20 10 0 41,374 47,529 51,632 60,18 71,123 0 2 4 6 8 10 12 prosentase penambahan serutan besi (%) Gambar 2. Grafik Hubungan dan Prosentase Penambahan Serutan Besi
44 Gambar 2 menunjukan data prosentase kenaikan kuat tekan benda uji batako. Grafik menunjukan kenaikan kuat tekan yang cukup signifikan pada benda uji batako. Benda uji dengan campuran serutan besi 0% menunjukkan nilai kuat tekan 41,374 kg/cm 2. Sedangkan pada benda uji dengan campuran serutan besi 2,5% terlihat mengalami kenaikan yang cukup tinggi menjadi 47,529 kg/cm 2 dimana nilai kenaikannya sebesar 6,155 kg/cm 2 dari benda uji pertama. Pada benda uji dengan campuran serutan besi 5% mengalami kenaikan dengan selisih sebesar 4,103 kg/cm 2 dari nilai 47,529 kg/cm 2 menjadi 51,632 kg/cm 2. Untuk benda uji dengan prosentase campuran serutan besi 7,5% mengalami kenaikan dari nilai kuat tekan 51,632 kg/cm 2 menjadi 60,18 kg/cm 2 dengan selisih nilai kenaikan sebesar 8,548 kg/cm 2. Pada benda uji terakhir ini atau campuran serutan besi sebesar 10% mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu selisih sebesar 10,943 kg/cm 2 dari benda uji ke 4 yang tadinya mempunyai nilai kuat tekan 60,18 kg/cm 2 menjadi 71,123 kg/cm 2. Nilai kuat tekan optimum didapat pada benda uji dengan campuran serutan besi sebesar 10% yang mempunyai selisih nilai kenaikan yang cukup besar dibandingkan dengan benda uji yang lain yaitu sebesar 10,943 kg/cm 2. B. PEMBAHASAN Hasil pengujan kuat tekan yang dilakukan terhadap batako normal dengan batako yang telah ditambah serutan besi menunjukan nilai kuat tekan yang variatif. Adapun nilai kuat tekan batako untuk setiap variasi adalah sebagai berikut: a. Batako sampel I tanpa penambahan serutan besi mempunyai kuat tekan rata-rata 41,374 kg/cm 2. b. Batako sampel II adalah batako dengan variasi penambahan serutan besi sebesar 2,5% dan mempunyai nilai kuat tekan rata-rata sebesar 47,529 kg/cm 2. c. Untuk batako sampel III dengan variasi penambahan serutan besi sebesar 5% ini mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 51,632 kg/cm 2. d. Batako variasi penambahan serutan besi sebesar 7,5% atau batako sampel ke IV ini mempunyai kuat tekan rata-rata 60,180 kg/cm 2. e. Pada batako sampel V ini merupakan batako yang mengalami penambahan serutan besi paling besar yaitu sebesar 10%. Sehingga batako ini pun mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 71,123 kg/cm 2. Tabel 9. Pembahasan Tingkat Benda Uji Rata-Rata (kg/cm 2 ) Benda Uji Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV 0% 41,374 70 50 35 20 2,5 % 47,529 5% 51,632 7,5 % 60,180 10% 71,123 Keterangan Memenuhi Standar Mutu III Memenuhi Standar Mutu III Memenuhi Standar Mutu II Memenuhi Standar Mutu II Memenuhi Standar Mutu I Tabel 9 merupakan pembahasan tingkat kuat tekan rata-rata menurut SNI 03-0349-1989. Dimana tabel ini bertujuan untuk mengetahui batako tersebut diperuntukan untuk dinding struktural atau non struktural. Dapat dilihat bahwa batako yang ditambah dengan serutan besi memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan batako murni atau tanpa tambahan serutan besi. Berikut adalah hasil dari pembahasan tingkat kuat tekan tersebut:
p-issn: 2302-5891 e-issn: 2579-3187 Vol. 7 No. 1 Januari 2019, 37-46 45 a. Batako campuran serutan besi 0% mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 41,374 kg/cm 2 sudah memenuhi standar mutu III dengan nilai kuat tekan minimum 35 kg/cm 2. Dimana batako tersebut masuk ke dalam non struktural yang mana penggunaaanya hanya sebatas sebagai dinding partisi atau sekat yang tidak menopang beban di atas dinding batako tersebut. b. Untuk batako campuran serutan besi 2,5% mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 47,529 kg/cm 2 dimana batako tersebut sudah memenuhi standar mutu III dengan nilai kuat tekan minimum 35 kg/cm 2. Sama halnya seperti batako campuran 0% batako ini termasuk ke dalam batako non struktural dimana pemakaiannya hanya sebatas untuk dinding sekat atau partisi antar ruangan saja yang tidak mempunyai beban di atas dinding tersebut. c. Pada batako campuran serutan besi 5% ini mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 51,632 kg/cm 2 sudah memenuhi standar mutu II dengan nilai kuat tekan minimum 50 kg/cm 2. Jenis batako ini masuk ke dalam batako struktural terlindungi dari cuaca karena dapat digunakan sebagai dinding kolom atau dinding pemikul yang mana dinding tersebut boleh menopang beban. d. Batako campuran serutan besi 7,5% mempunyai kuat tekan rata-rata 60,180 kg/cm 2 sudah memenuhi standar mutu II dengan nilai kuat tekan minimum sebesar 50 kg/cm 2. Untuk batako dengan nilai kuat tekan rata-rata 60,180 kg/cm 2 ini sudah termasuk kedalam batako struktural yang bisa digunakan untuk dinding kolom atau pemikul beban bangunan lain pada bagian dalam bangunan atau terlindungi dari cuaca. e. Pada batako campuran serutan besi sebesar 10% ini mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 71,123 kg/cm 2. Batako dengan nilai kuat tekan tersebut sudah memenuhi standar mutu I dengan nilai kuat tekan minimum 70 kg/cm 2. Dalam hal ini batako tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai batako struktural dimana dalam penggunaannya bisa untuk dinding pemikul atau kolom yang boleh mempunyai beban dari bangunan lain seperti langsung menopang atap dari sebuah bangunan. Pada batako struktural dengan standar mutu I ini dalam penggunaannya boleh terkena cuaca langsung atau tak terlindungi cuaca yang bisa digunakan pada dinding bagian luar bangunan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan ini dimana peneliti mengubah dimensi batako standar SNI menjadi ukuran 10 x 10 x 10 cm, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Penambahan serutan limbah bubut besi menyebabkan benda uji mengalami peningkatan kuat tekan yang cukup signifikan. Variasi penggunaan serat limbah bubut besi pada campuran batako berlubang berpengaruh positif terhadap kuat tekan batako. Semakin banyak penggunaan serat limbah bubut besi pada campuran batako membuat adonan campuran batako menggumpal dan sulit tercampur. Nilai kuat tekan batako optimum didapat pada proporsi 10% sebesar 71,123 kg/cm 2 dan semua batako dengan penambahan serutan besi memenuhi persyaratan minimum kuat tekan batako struktural SNI 03-0349-2989. Nilai kuat tekan di atas telah memenuhi standar batako tingkat mutu I dimana dapat digunakan untuk dinding struktural tak terlindungi yang mana mempunyai standar kuat tekan rata-rata sebesar 70 kg/cm 2. Biasanya penggunaannya adalah untuk dinding yang langsung bisa menahan beban suatu bangunan dan langsung tersambung dengan kolom dan balok suatu bangunan itu. Batako dengan campuran serat besi 5% dan 7,5% mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 51,632 kg/cm 2 dan 60,180 kg/cm 2 dimana kuat tekan tersebut telah memenuhi standar batako tingkat mutu II dengan nilai kuat tekan minimum 50 kg/cm 2. Batako dengan tingkat mutu II ini dapat digunakan untuk dinding struktural terlindungi (boleh ada beban). Contoh penggunaan dinding ini adalah seperti dinding pemikul yang bisa menopang beban suatu bangunan. Pada batako campuran serat besi 2,5% didapat nilai kuat tekan rata-rata sebesar 47,529 kg/cm 2 yang mana kuat tekan ini telah memenuhi standar mutu III dengan nilai kuat tekan minimum sebesar 35 kg/cm 2. Batako dengan tingkat mutu III ini dapat digunakan untuk dinding non struktural tak terlindungi boleh terkena hujan dan panas. Penggunaan dinding batako ini adalah untuk pembatas lahan atau pagar suatu lahan yang boleh terkena paparan cuaca.
46 REFERENSI Anonim, 1989, Bata Beton Untuk Pasangan Dinding. Standar Nasional Indonesia 03-0349-1989, BSN, Jakarta Anonim, 1977, Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) N.I-2 1971,Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Darma. E, 2017, Studi Perbandingan Keruntuhan Geser Balok Tinggi Beton Normal dan Beton Fiber, Tesis S2, Universitas Gadjah Mada, 2007 Paryati.N., 2015, Beton dengan Penambahan Serbuk Besi dan Baja, BENTANG: Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil 3 (1), 20-31, Universitas Islam 45, Bekasi Ristinah, Achfas Zacoeb, Agoes dan Desy Setyowulan, 2012, Pengaruh Penggunaan Bottom Ash Sebagai Pengganti Semen pada Campuran Batako Terhadap Batako, Jurnal Rekayasa Sipil Vol.6 No.3, Universitas Brawijaya, Malang Tjokrodimulyo, K., 1996, Teknologi Beton, Penerbit Nafiri, Yogyakarta