Mewujudkan Perikanan Tangkap yang Legal, Reported dan Regulated (LRR) Dr. Mas Achmad Santosa, S.H., LL.M. Koordinator Staf Khusus Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal Forum Bisnis Perikanan Tangkap: Era Baru Pengelolaan Perikanan Tangkap Jakarta, 30 Januari 2019
O UTLINE 1. Definisi Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUUF) 2. Modus Operandi berdasarkan Temuan Kegiatan Analisis dan Evaluasi Kapal Ikan Indonesia dan Eks- Asing (Anev KII & KIA) 3. Penangkapan Ikan yang Sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan (Legal) 4. Penangkapan Ikan yang Dilaporkan dengan Benar (Reported) 5. Penangkapan Ikan yang Diatur (Regulated)
Apa yang Dimaksud dengan Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUUF)? Illegal fishing: Dilakukan oleh kapal ikan nasional atau asing di wilayah laut jurisdiksi suatu negara, tanpa izin dari negara tersebut, atau bertentangan dengan hukum dan peraturan di negara tersebut; Penangkapan ikan yang melanggar hukum, peraturan perundangan, serta konservasi dan tata kelola yang diadopsi oleh negara yang menjadi bendera kapal ikan tersebut, atau secara umum melanggar hukum nasional atau kewajiban internasional, serta kewajiban negara sebagai anggota suatu regional fisheries management organizations (RFMOs). Unreported fishing: Kegiatan penangkapan ikan yang belum dilaporkan atau telah dilaporkan namun dengan tidak benar kepada pejabat yang berwenang, serta bertentangan dengan hukum dan peraturan nasional; Sama dengan minimnya pelaporan atau pelaporan yang tidak benar kepada RFMOs. Unregulated fishing: Dalam terminologi yang lebih luas, termasuk penangkapan ikan yang dilakukan tanpa tanda kebangsaan, atau kapal yang mengibarkan bendera negara yang bukan negara anggota RFMO dalam wilayah jurisdiksi RFMO tersebut; Secara lebih umum, yakni penangkapan ikan yang bertentangan dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh RFMOs. Note: *definitions by FAO International Plan of Actions to Prevent, Deter and Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing, 2001
INFORMASI TENTANG IUU FISHING Jumlah tangkapan IUU fishing mencapai 20% dari hasil tangkapan ikan dunia (WWF). Kerugian yang disebabkan oleh IUU fishing mencapai USD 10-23 milyar pertahun (World Ocean Assessment, 2016).
CONTOH KEGIATAN IUU FISHING Kapal Cina memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia secara Ilegal 5
CONTOH KEGIATAN IUU FISHING 12 Kapal Asing (Taiwan, Jepang, dan Cina) memasuki WPP NRI 717 secara Ilegal selama periode 1 Oktober 2016 sampai 30 April 2017 6
CONTOH KEGIATAN IUU FISHING 2003 Agreement Potensi creeping jurisdiction Banyaknya kapal Vietnam melakukan IUU fishing di ZEE Indonesia karena creeping jurisdiction
Modus Operandi Berdasarkan Temuan Kegiatan Anev KII dan KIA oleh Satgas 115 Berbagai Modus Operandi Kejahatan Perikanan oleh Kapal Pelaku IUU Fishing Ditemukan 1. Pemalsuan Dokumen 2. Double flagging & double registered 13. Mendaratkan ikan tidak dipelabuhan pangkalan 12. Tidak memiliki/bermitra dengan Unit Pengolahan Ikan 11. Menggunakan Alat tangkap terlarang 3. Melakukan Penangkapan Ikan Tanpa Izin dan/atau tidak dilengkapi SPB/SLO 10. Pelanggaran Fishing Ground 4. Memodifikasi Kapal Tanpa Izin (Mark Down, Mengganti call sign, mesin, mengganti wajah kapal ) 5. Menggunakan Nahkoda dan ABK Asing 6. Mendaftarkan Pump boat Asing sebagai Kapal Indonesia, serta Memalsukan Dokumen Kependudukan ABK 9. Memalsukan laporan logbook 8. Transhipment Ilegal di Laut 7. Mematikan Transmitter Kapal (VMS/AIS)
Terdapat Berbagai Tindak Pidana Lainnya yang Dilakukan oleh Kapal Pelaku IUU Fishing 1. Transaksi BBM ilegal 2. Tindak Pidana Imigrasi (Penyelundupan manusia, Pemalsuan dokumen keimigrasian) 3. Tinda Pidana Bea dan Cukai 5. Tindak Pidana Pajak 6. Korupsi 7. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (forced labor, human trafficking) 4. Money laundering 8. Penyelundupan Narkoba
Penangkapan Ikan yang Sesuai dengan Peraturan Perundang- Undangan (Legal) Penangkapan dilakukan dengan izin dari negara Penangkapan dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan suatu negara Penangkapan ikan dilakukan sesuai dengan ketentuan konservasi dan tata kelola yang diterapkan oleh negara bendera suatu kapal Penangkapan ikan dilakukan sesuai dengan kewajiban-kewajiban internasional dan kewajiban yang berlaku di Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs)
Pengawasan Kepatuhan untuk Penangkapan Ikan yang Sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan (Legal) Pengawasan Kepatuhan Usaha Terhadap Perikanan Tangkap adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Pengawas Perikanan untuk mengetahui, memastikan, dan menetapkan tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam Surat Izin Usaha Perikanan dan peraturan perundang-undangan. Pengawasan kepatuhan dilaksanakan melalui selfreporting, pengawasan berkala dan pengawasan insidentil melalui pendayagunaan threat (sanksi administratif).
Pengawasan Kepatuhan untuk Penangkapan Ikan yang Sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan (Legal) DEFINISI DAN RUANG LINGKUP Pengawasan Kepatuhan Kepatuhan Pengawas Pembinaan Binwas Pemerintah Pusat terhadap Daerah PEJABAT PENGAWAS SIUP SIPI/SIKPI PENGAJUAN IZIN PENANGGUNG JAWAB USAHA METODE PENGAWASAN KEPATUHAN (PEJABAT PENGAWAS) PERSYARATAN TEKNIS DALAM DOKUMEN PERIZINAN (OPERASIONAL & MANAJEMEN) Rinci Mudah dipahami Transparan Mencantumkan kewajiban dan sanksi terhadap pelanggaran prasyarat tersebut Kewajiban swapantau PEMBINAAN DAN/ATAU PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF IZIN DITERBITKAN Pemerintah Pemerintah Provinsi KRITERIA EFEKTIVITAS PENGAWASAN (KEP) Penetapan Pejabat Pengawas o/menteri Pengawas sebagai pejabat fungsional Kewenangan pengawas Swa Pantau (self monitoring and reporting) Rutin Insidental Pengaduan Masyarakat Pengawasan Lapis Kedua (step-in) dalam rangka binwas otda Pembinaan Teguran Paksaan Pemerintah (bestuurdwang) dengan ancaman uang paksa (dwangsom) Pembekuan Izin Pencabutan Izin Pelanggaran tersebut berhenti; Pemulihan berhasil (terhadap akibat dari pelanggaran yang ditimbulkan); Tidak mengulangi lagi perbuatannya; Perubahan perilaku dari noncompliance ke full/partly compliance
Penangkapan Ikan yang Dilaporkan dengan Benar (1) Salah satu temuan Anev KII dan KIA adalah pendaratan ikan yang dilakukan ditempat yang tidak sesuai dengan izin dan pelaporan atas hasil tangkapan ikan yang tidak benar. Berdasarkan Pasal 7 ayat 2 poin C UU Perikanan: Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengenai: daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan; Apabila dilanggar maka pelanggar akan dikenakan sanksi sesuai Pasal 100 UU Perikanan: Setiap orang yang melanggar ketentuan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Selain hasil tangkapan yang dilaporkan dengan benar, pelaku usaha juga wajib menyampaikan Laporan Kegiatan Usaha (LKU) setiap 6 bulan dan Laporan Kegiatan Perikanan (LKP) setiap 3 bulan (Pasal 81 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan).
Penangkapan Ikan yang Dilaporkan dengan Benar (2) Pemilik kapal tidak melaporkan seluruh aset kapalnya dan/atau tidak melaporkan ketika sudah ada peralihan kepemilikan kapal kepada pihak lain. Hal ini merupakan salah satu modus untuk menghindari kewajiban PPh atas pengalihan asset ke pihak lain (baik dalam bentuk jual beli maupun hibah) Pemilik kapal menyampaikan data dan informasi yang berbeda kepada KKP dan Ditjen Pajak, antara lain : a. Nilai omset/hasil penangkapan ikan di SPT lebih kecil dari data yang dilaporkan pada Laporan Kegiatan Usaha (LKU) dan Laporan kegiatan Penangkapan (LKP) b. Nilai laba bersih yang rendah dengan cara memperbesar biaya operasional c. Nilai aset yang dmiliki dilaporkan lebih kecil
REKOMENDASI UNTUK MENGATASI UNREPORTED FISHING (1) Pengunaan e-logbook serta pengenaan kewajiban kepada pengawas perikanan untuk memeriksa dan menganalisa setiap laporan pendaratan hasil tangkapan ikan; Perlu ditetapkan standar bagi kapal penangkap ikan berdasarkan ukuran serta alat tangkap sebagai referensi bagi petugas untuk menganalisa logbook, LKU dan LKP; Pengetatan kebijakan untuk mengawasi lokasi tempat pendaratan ikan agar sesuai dengan SIPI/SIKPI; Perlu dilakukan kajian tentang keberadaan pelabuhan tangkahan atau terminal khusus untuk mengidentifikasi; KKP menghubungkan data secara real-time (online) atas data pemegang SIUP, SIPI/SIKPI kapal, logbook, pendaratan ikan, Laporan Kegiatan Penangkapan (LKP), Laporan Kegiatan Usaha (LKU), dan nilai ekspor hasil perikanan dengan Direktorat Jenderal Pajak, Kemenkeu sehingga data dan informasi atas kegiatan perikanan yang diberikan merupakan data yang valid, akuntabel, dan langsung dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan tanpa ada jeda waktu (time lap); dan Pemberian reward atau insentif bagi pelaku usaha yang taat melakukan pelaporan.
REKOMENDASI UNTUK MENGATASI UNREPORTED FISHING (2) Pengawasan kepatuhan pajak berdasarkan tingkat risiko wajib pajak pemegang SIUP, SIPI, dan SIKPI (risiko rendah, sedang dan tinggi) Penyusunan system pengawasan kepatuhan, terutama atas kepatuhan kebenaran pelaporan LKU/LKP dan logbook
Penangkapan Ikan yang Diatur (Regulated Fishing) Unregulated fishing mengacu pada kondisi dimana: Sebuah kapal tanpa kebangsaan (stateless vessel) menangkap di wilayah laut lepas (RFMO tertentu); atau Sebuah kapal yang bendera kebangsaannya bukan merupakan anggota dari RFMO tempat kapal tersebut menangkap; atau Sebuah kapal menangkap di wilayah dimana tidak ada pengaturan konservasi atau tata kelola yang berlaku.
PERMASALAHAN YANG TERJADI Ketentuan RFMO hanya mengikat pada anggota-anggotanya. Sehingga, hal ini membuka celah bagi kapalkapal untuk menggunakan bendera kapal yang bukan merupakan anggota dari RFMO tempat kapal tersebut ingin menangkap. Bendera kapal yang biasanya digunakan merupakan flags of convenience.
PENGGUNAN FLAGS OF CONVENIENCE DI LAUT LEPAS Untuk menikmati kelonggaran pengawasan dan kewajiban-kewajiban tertentu, kapal didaftarkan dengan kebangsaan negara lain yang dikenal sebagai flags of convenience. Pergantian kebangsaan kapal dari suatu kebangsaan ke kebangsaan flags of convenience dapat dilakukan dengan biaya sekecil $1000 dengan waktu 24 jam.
CONTOH KAPAL YANG MELAKUKAN FLAG HOPPING DAN MENANGKAP DI LAUT LEPAS
MENGAPA UNREGULATED FISHING MENGANCAM KEBERLANJUTAN SUMBER DAYA PERIKANAN Kapal-kapal yang melakukan unregulated fishing dapat melakukan eksploitasi sebesarbesarnya tanpa memperhatikan keberlanjutan sumber daya perikanan yang ada Eksploitasi di laut lepas (terutama ikan yang beruaya jauh) akan mempengaruhi jumlah sumber daya perikanan yang ada di wilayah ZEE Indonesia yang berbatasan dengan laut lepas
Penutup Legal, Reported and Regulated Fishing (penangkapan ikan yang legal, dilaporkan dan diatur) merupakan prasyarat bagi terwujudnya pengelolaan perikanan yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.
T MAS HANK YOU ACHMAD SANTOSA email: masachmad.santosa@kkp.go.id instagram: @otta115