GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BANDUNG BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2017

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KARAWANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2008 SERI D NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2008

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, PEMBIDANGAN, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA STAF AHLI WALIKOTA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 50 Tahun : 2016

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA BADAN KOORDINASI KEHUMASAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA BANJARBARU Alamat Kantor : JL. Panglima Batur No.1 Telp.(0511) Fax. (0511) Banjarbaru Kalsel

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2017 TENTANG STAF AHLI GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2005

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2005

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 27 SERI D

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 124 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 124 TAHUN 2016

WALIKOTA BANJARBARU Alamat Kantor : JL. Panglima Batur No.1 Telp.(0511) Fax. (0511) Banjarbaru Kalsel

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU Alamat Kantor : JL. Panglima Batur No.1 Telp.(0511) Fax. (0511) Banjarbaru Kalsel

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMPUNG SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 57 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU Alamat Kantor : JL. Panglima Batur No.1 Telp.(0511) Fax. (0511) Banjarbaru Kalsel

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KELURAHAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

B U P A T I B O Y O L A L I P R O V I N S I J A W A T E N G A H

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 01 TAHUN 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 559 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 31 TAHUN 2005

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2008 SERI D NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN BANDUNG

BUPATI POLEWALI MANDAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 43 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

-1- PERATURAN BUPATI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 20 TAHUN 2005

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

Transkripsi:

l salinan I GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOM OR 76 TAHUN 2 01 e' TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA STAF AHLI GUBERNUR JAWA BARAT DENGANPERANGKATDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat GUBERNUR JAWA BARAT, a. bahwa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gubernur dibantu Perangkat Daerah serta staf ahli yang bertugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis sesuai bidang keahliannya; b. bahwa staf ahli dalam kedudukannya yang sama dengan Perangkat Daerah sebagai pembantu Gubenur sehingga harus selaras, sinergis, dan terpadu tugas dan fungsinya agar pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan optimal; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Tata Hubungan Kerja Staf Ahli Gubernur Jawa Barat; 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Djuli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Djakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nom or 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom or 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Nomor 6 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 196); 6. Peraturan Gubemur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2016 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah ProvinsiJawa Barat Tahun 2016 Nomor 45 Seri D) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 58 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Gubemur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2016 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah ProvinsiJawa Barat (Berita Daerah ProvinsiJawa Barat Tahun 2018 Nomor 58); MEMUTUSKAN: 2 Menetapkan PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA STAF AHLI GUBERNUR JAWA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat. 2. Staf Ahli Gubernur yang selanjutnya disebut Staf Ahli adalah unsur pembantu Gubernur sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Gubemur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 5. Tata Hubungan Kerja adalah pengaturan hubungan kerja antara satu unit kerja dengan unit kerja lainnya dalam bentuk koordinasi fungsional, administratif operasional, dan/ a tau taktis operasional.

Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal2 Pedoman Tata Hubungan Kerja Staf Ahli dimaksudkan untuk mewujudkan keterpaduan tata hubungan kerja antara Staf Ahli dengan Perangkat Daerah. 3 Bagian Ketiga Pasa13 Tujuan Pedoman Tata Hubungan Kerja Staf Ahli adalah: a. menyusun mekanisme kerja Staf Ahli; dan b. menyusun pola hubungan kerja antara Staf Ahli dengan Perangkat Daerah. Prinsip Pasal4 Tata Hubungan Kerja Staf Ahli dengan Perangkat Daerah berdasarkan prinsip: a. saling membantu dan mendukung untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik yang terpadu, menyeluruh dan berkelanjutan; b. saling menghargai kedudukan, tugas pokok dan fungsi serta wewenang masing-masing Perangkat Daerah; c. saling memberi manfaat; dan d. saling mendorong kemandirian masing-masing Perangkat Daerah yang mengacu pada peningkatan kemampuan penyelenggaraan tugas-tugas pemerin tahan. BAB II KEDUDUKAN STAF AHLI Pasa15 (1) Staf Ahli merupakan unsur pembantu Gubernur. (2) Staf Ahli Kepala Daerah berasal dari Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan diberhentikan oleh Gubemur. (3) Staf Ahli Gubernur adalah Jabatan Struktural dengan Eselon II a. (4) Staf Ahli secara teknis operasional bertanggung jawab kepada Gubernur dan dalam pelaksanaan tugas dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah.

BABIII POLA HUBUNGAN KERJA Bagian Kesatu Bentuk Pola Hubungan Kerja Pasa16 ( 1) Pola hubungan kerja Staf Ahli dengan Perangkat Daerah bersifat konsultasi dan koordinasi. (2) Dalam rangka menunjang bentuk hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hubungan kerja Staf Ahli dengan Perangkat Daerah meliputi pola hubungan kerja konsultatif, kolegial, fungsional, struktural, dan koordinatif. (3) Pelaksanaan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dan ayat (2), memperhatikan keterbukaan, akuntabilitas, profesional dan keterpaduan, efisiensi dan efektifitas keterpaduan pelayanan publik serta kepentingan masyarakat. 4 Bagian Kedua Hubungan Kerja Konsultatif Pasal 7 (1) Hubungan kerja konsultatif dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan wewenang Staf Ahli dan Perangkat Daerah. (2) Hubungan kerja konsultatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan tanpa terikat pada hubungan struktural Staf Ahli secara berjenjang dengan Perangkat Daerah. Pasa18 Bentuk Hubungan kerja konsultatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sebagai berikut: a. Staf Ahli dapat meminta pendapat, data dan infomasi mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan penyusunan telaahan kepada Perangkat Daerah secara lisan dan/ a tau tertulis; b. Perangkat Daerah mengikutsertakan Staf Ahli dalam penyusunan perumusan kebijakan Daerah/ Gubernur; dan c. Perangkat Daerah dapat meminta pendapat dari Staf Ahli terkait perumusan kebijakan yang menjadi tugas dan fungsinya, secara lisan dan/ a tau tertulis. Pasa19 Pelaksanaan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan dalam rangka perencanaan, perumusan telaahan danjatau bahan analisis kebijakan Daerah/Gubernur, serta pelaksanaan tugas dan fungsi Staf Ahli dan Perangkat Daerah.

Bagian Ketiga Hubungan Kerja Fungsional Pasal10 (1) Hubungan kerja fungsional dimaksudkan untuk memberikan peran substansial secara fungsional dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Staf Ahli dan Perangkat Daerah. (2) Hubungan kerja fungsional dilakukan sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas dan fungsi Staf Ahli dan Perangkat Daerah. 5 Pasal 11 Bentuk Hubungan kerja fungsional sebagai berikut: a. Staf Ahli diminta atau tidak diminta oleh Gubernur memberikan telaahan kepada Kepala Daerah sesuai dengan bidang tugas masing-masing; b. Staf Ahli tidak dapat menyampaikan telaahan yang disampaikan kepada Gubemur secara lisan dan tertulis, kepada Perangkat Daerah dan pihak lain; c. Perangkat Daerah menyampaikan tembusan naskah kebijakan kepada Staf Ahli dan dijadikan sebagai dasar penyusunan kajian oleh Staf Ahli dalam rangka memberikan referensi dan pertimbangan kepada Gubernur; dan d. Perangkat Daerah dapat menjadikan Staf Ahli sebagai narasumber dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan fungsi masingmasing. Bagian Keempat Hubungan Kerja Struktural Pasal12 (1) Hubungan kerja struktural dimaksudkan untuk mengembangkan kepemimpinan secara berjenjang antara Staf Ahli dan Perangkat Daerah dalam susunan organisasi Perangkat Daerah, dengan tetap melaksanakan masingmasing tugas pokok dan fungsi secara bertanggung jawab. (2) Hubungan kerja struktural sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) tetap memperhatikan kerja sama yeng terpadu, harmonis, selaras, komprehensif dan tidak mementingkan kepentingan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Pasal13 Bentuk hubungan kerja struktural sebagaimana dimaksud dalam Pasal12 sebagai berikut: a. pelaksanaan pola hubungan kerja ini dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah; b. pelaksanaan pola hubungan kerja berorientasi pada upaya pencapaian visi dan misi Daerah Provinsi sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

c. Staf Ahli menyusun rencana kerja tahunan yang disampaikan kepada Gubemur melalui Sekretaris Daerah; d. rencana tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf c disusun dalam rangka memberikan dukungan kepada Kepala Daerah dan mempertimbangkan pelaksanaan hubungan kerja Staf Ahli dengan Perangkat Daerah; dan e. Staf Ahli dapat mengundang Kepala Perangkat daerah untuk meminta informasi untuk dijadikan bahan analisis kebijakan Daerah/ Gubernur. 6 Bagian Kelima Hubungan Kerja Koordinatif Pasal 14 (1) Hubungan kerja koordinatif dimaksudkan untuk pengembangan hubungan kerja secara struktural dengan menumbuhkembangkan semangat kolegial yang sinergis dan terpadu dalam penanganan dan penyelesaian tugas dan fungsi sesuai wewenang Staf Ahli dan Perangkat Daerah. (2) Hubungan kerja koordinatif dilaksanakan untuk menghindari tumpang tindih dan duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan Staf Ahli dan Perangkat Daerah. (3) Hubungan kerja koordinatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan sarana yang menjamin kelancaran, kemudahan, efektifitas dan efisiensi. Pasal15 Jenis hubungan kerja koordinatif sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 meliputi: a. koordinasi fungsional bersifat lintas sektoral, antara Staf Ahli dengan Perangkat Daerah yang memiliki keterkaitan berdasarkan fungsi dalam pelaksanaan kegiatan; dan b. koordinasi instansional bersifat multi sektoral, yang dilaksanakan antara Staf Ahli dengan Perangkat Daerah yang memiliki keterkaitan secara instansional. Pasal 16 Bentuk hubungan kerja koordinatif sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 sebagai berikut: ( 1) Perangkat Daerah berkoordinasi dengan mengikutsertakan Staf Ahli melalui forum koordinasi dalam kegiatan: a. penyusunan rumusan dan penetapan kebijakan Daerah/Gubernur untuk dijadikan sebagai pedoman dan arahan bagi Pemerintah Daerah Provinsi; b. perumusan kebijakan dan strategi Pemerintah Daerah yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan;

c. penyusunan program dan Rencana Strategis Pemerintah Daerah Provinsi melalui rapat koordinasi; d. pengintegrasian rencana program dari berbagai instansi, lembaga dan organisasi melalui rapat koordinasi; e. pembahasan berbagai hal yang perlu dikonsultasikan dan ditangani bersama melalui temu konsultasi; f. pembentukan gugus kerja/tim kerja yang melibatkan berbagai Perangkat Daerah dan instansi terkait untuk menangani berbagai persoalan yang dipecahkan secara bersama-sama; g. pembentukan badanjlembagajwadah yang diperlukan untuk menangani fungsi-fungsi koordinasi pembinaan secara menyeluruh; dan h. penelitian dan pengembangan. (2) Staf Ahli dengan Perangkat Daerah secara bersama-sama dapat memberikan telaahan kepada Gubernur dengan pertimbangan bahwa telaahan dimaksud memerlukan pengkajian yang komprehensif. 7 BABIV HUBUNGAN KERJA DALAM KERJA SAMA Pasal17 Staf Ahli dengan Perangkat Daerah yang bekerja sama melalui pola hubungan kerja harus melakukan observasi, penjajakan kelayakan, konsultasi dan koordinasi dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas keterpaduan pelayanan publik serta kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pasal 18 Staf Ahli dengan Perangkat Daerah yang bekerja sama melalui pola hubungan kerja harus memperhatikan standar operasional prosedur dan berorientasi pada persyaratan standar pelayanan minimal. BABV KELEMBAGAAN NON STRUKTURAL Pasal19 (1) Dalam rangka menunjang percepatan pembangunan Daerah Provinsi, Gubernur dapat membentuk tim sebagai organ pendukung Staf Ahli dalam membantu menjalankan fungsi Staf Ahli. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu Gubernur dan Wakil Gubernur untuk memastikan terlaksananya program pembangunan sebagaimana dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

(3) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. 8 BABVI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal20 (1) Gubernur dapat menugaskan Staf Ahli mewakili Pemerintah Daerah Provinsi dalam pertemuan-pertemuan ilmiah, sosialisasi kebijakan baik di tingkat kabupaten, provinsi, nasional maupun internasional dengan mempertahankan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. (2) Staf Ahli merencanakan kegiatan peningkatan kapasitas, pembinaan, koordinasi dan evaluasi paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun yang anggarannya diintegrasikan pada anggaran sekretariat daerah. (3) Sekretaris Daerah mengikutsertakan Staf Ahli dalam forum/ gugus kerja yang berkaitan dengan perumusan kebijakan umum dan rencana strategis daerah berdasarkan pertimbangan kebutuhan. (4) Sekretaris Daerah menyediakan dukungan kepada Staf Ahli berupa: a. anggaran, sarana dan prasarana kerja dengan memperhatikan standarisasi yang ditetapkan dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan Daerah; b. staf yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan tug as-tugas Staf Ahli; c. staf sebagaimana dimaksud pada huruf b, paling kurang terdiri atas Pegawai Negeri Sipil yang membantu Staf Ahli dibidang administrasi surat menyusat, pengumpulan dan pengolahan data, serta penyusunan naskah dinas; d. staf sebagaimana dimaksud pada huruf c, pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada pejabat yang membidangi tugas ketatausahaan pada Sekretariat Daerah.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal21 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat 9 Ditetapkan di :sandung pada tanggal 27 November 2018 GUBERNUR JAWA BARAT, ttd MOCHAMAD RIDWAN KAMIL Diundangkan di :Bandung pad a tanggal 'Zl }fevember 2018 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWABARAT, ttd IWA KARNIWA BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2018 NOMOR 76