BAB I PENDAHULUAN. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang. dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berusaha untuk menggali sendiri sumber-sumber penerimaan daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah. untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. penulis mengambil tema mengenai Pajak Daerah, khususnya Pajak Reklame.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Pajak..., Hendra, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan dengan otonomi daerah yang mulai direalisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang- Undang Nomor 25 tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah dengan sistem pemerintahan desentralisasi yang direvisi menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Maka, Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah Daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Dengan adanya otonomi di bidang keuangan maka, Pemerintah Daerah dituntut untuk memberikan pertanggungjawaban atas Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pemerintah daerah mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri sehingga memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan. Dengan ini, akan memperbesar keleluasaan daerah mengarahkan penggunaan keuangan daerah sesuai dengan rencana, skala prioritas dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Sumber-sumber penerimaan daerah berasal dari bantuan dan sumbangan pemerintah pusat serta penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Setiap daerah memiliki kekayaan alam yang berbeda-beda yang akan mendorong terjadinya

2 perbedaan yang mencolok dalam pengembangan daerah. Daerah yang banyak memiliki potensi kekayaan alam yang akan semakin maju dan daerah yang kurang akan potensi alam tidak berkembang bahkan semakin terpuruk sehingga diperlukannya peran pemerintah agar seluruh daerah yang ada di Indonesia berkembang secara merata. Pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan sumbangan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Namun yang menjadi komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan yang sah. Penyediaan pembiayaan dari pendapatan asli daerah dilakukan melalui peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan, dan penambahan jenis retribusi dan pajak daerah serta sumber pendapatan lainnya, sehingga Pendapatan Asli Daerah menjadi sangat penting karena berperan sebagai sumber pembiayaan dan sebagai tolok ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah. Salah satu Pendapatan Asli Daerah diperoleh dari penerimaan yang berasal dari pajak dan retribusi daerah. Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Peranan pajak sangatlah penting bagi penerimaan kas negara oleh karena itu Pemerintah terus berusaha meningkatkan

3 dan menggali setiap potensi yang ada. Demikian juga potensi yang ada di daerah dimana usaha tersebut tidak lepas dari peran serta dan kontribusi Pemerintah Daerah yang lebih mengetahui akan kebutuhan dan kondisi serta potensi yang ada di daerahnya untuk digali dan dioptimalkan. Salah satu komponen dari pajak daerah adalah pajak hotel, pajak restoran, dan pajak reklame. Maka pajak hotel, pajak restoran, dan pajak reklame merupakan salah satu potensi daerah yang sangat penting untuk ditingkatkan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas Pemerintah Kota Sukabumi dalam mengurus dan menyelenggarakan urusan- urusan yang menyangkut bidang pendapatan daerah sangat memerlukan keberadaan instansi pemerintah yang dapat membantu pelaksanaan pembangunan daerah. Berikut daftar realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Sukabumi dan realisasi Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Reklame tahun 2013-2017. Tabel 1.1 Daftar Pendapatan Asli Daerah Kota Sukabumi Periode 2013-2017 Tahun Target Realisasi % 2013 183.231.806.705 175.539.318.476 95,80-2014 244.768.896.910 258.467.192.313 105,60 9,8 2015 295.509.295.867 276.845.561.835 93,68-11,92 2016 303.826.659.170 295.257.670.781 97,18 3,5 2017 361.188.025.099 359.024.019.506 99,40 2,22 Sumber : BPKD (diolah penulis) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari tahun 2013 sampai

4 2017 realisasi pendapatan asli daerah kota sukabumi tidak mencapai target yang telah ditetapkan, hanya tahun 2014 yang mampu mencapai target pendapatan asli daerah yang telat ditetapkan Tabel 1.2 Daftar Pendapatan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Reklame Kota Sukabumi Periode 2013-2017 Tahun Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Reklame 2013 892.668.862 4.299.137.830 731.663.655 2014 803.444.145 4.921.588.796 695.186.924 2015 1.070.034.811 5.419.167.051 769.508.771 2016 1.513.524.950 6.227.826.733 826.727.992 2017 2.001.425.799 7.287.136.249 814.882.291 Sumber : BPKD (diolah penulis) Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui realisasi penerimaan dari sektor pajak hotel, pajak restoran, dan pajak reklame dari tahun 2013 sampai tahun 2017. Pajak hotel mengalami penurunan ditahun 2014, realisasi penerimaan dari sektor pajak hotel ditahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2013, dan terjadi penurunan peningkatan dari pajak restoran ditahun 2015, serta pajak reklame mengalami penurunan di tahun 2014 dan 2017 dari tahu sebelumnya. Pajak hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Reklame merupakan jenis-jenis pajak yang potensinya semakin berkembang seiring dengan komponen pendukung yaitu sektor jasa dan pariwisata dalam kebijakan pembangunan daerah, jenis-jenis pajak

5 diatas menggambarkan besarnya potensi akan keberadaan jenis-jenis pajak dalam pembanguan suatu daerah. Penelitian yang berkaitan dengan pajak hotel, pajak restoran, dan pajak reklame telah di lakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Eka et al. (2014), Rizki (2015), dan Rianto (2016) Eka, et al. (2014) meneliti tentang Pengaruh Pajak Hotel dan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa hipotesis satu t hitung sebesar 4,024 jadi t hitung > t tabel (4,024 > 2,014) dan signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ha diterima, sehingga H1 hasilnya bahwa pajak hotel secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta. Hipotesis dua dihasilkan t hitung sebesar 0,568 sehingga - t tabel t hitung t tabel (-2,014 0,568 2,014) dan signifikansi sebesar 0,573 > 0,05 maka Ha ditolak, jadi H2 hasilnya pajak restoran secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta. Hipotesis tiga untuk Uji F, F tabel sebesar 3,204 dan diperoleh F hitung sebesar 42,786 dan signifikansi 0,000. Jadi F hitung > F tabel (42,786 > 3,204) dan signifikansinya < 0,05 (0,000 < 0,05) maka Ha diterima sehingga H3 hasilnya bahwa pajak hotel dan pajak restoran secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta. Penelitian Rizki, (2015) tentang Pengaruh Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Hasil penelitian yang telah dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah tahun 2008 hingga 2014. Secara keseluruhan untuk penerimaan dari pajak reklame mengalami fluktuasi dari tahun 2008 hingga tahun 2012, tetapi secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pajak reklame Kota Bandung mengalami

6 penurunan. Untuk pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sebagai perwujudan atas Desentralisasi. Berdasarkan hasil pengujian mengenai pengaruh kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung, dapat diambil kesimpulan bahwa kontribusi pajak reklame tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung. Besarnya pengaruh kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 4,2% sementara sisanya sebesar 95,8% dipengaruhi oleh pajak lainnya yang tidak termasuk kedalam variabel penelitian. Hal ini juga membuktikan bahwa potensi Pajak Reklame yang dapat diraih kota Bandung sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih belum optimal karena masih banyak Wajib Pajak yang belum memiliki kesadaran untuk membayar pajak reklame, sehingga menyebabkan penerimaan dari pajak reklame tersebut kurang maksimal, atau tidak sesuai dengan yang ditargetkan. Jumlah industri di kota Bandung yang terus berusaha mempromosikan produknya tidak diikuti dengan meningkatnya kesadaran diri dalam membayar pajak dari segi reklame sehingga hal ini yang mendukung pemerintah dalam menambah ruang hijau sehingga mengurangi potensi atas titik-titik pemasangan reklame dan batasan-batasan dalam pelaksanaannya. Penelitian Rianto (2016) tentang Pengaruh Pajak Hotel, Restoran Dan Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang (periode 2011-2015). Hasil penelitian menunjukan bahwa

7 variabel penerimaan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang terdapat hubungan yang sangat kuat dengan nilai korelasi sebesar 0,987. Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah KabupatenTangerang terdapat hubungan yang sangat kuat dengan nilai korelasi sebesar0,982.pajak Reklame terhadap Pendapatan AsliDaerah Kabupaten Tangerang terdapat hubungan yang sangat kuat dengan nilai korelasi sebesar 0,982. Hasil dari penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Reklame berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 98,5% sedangkan sisanya 1,5% Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran,dan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah 1.2. Identifkasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas. Maka, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah 2. Belum optimalnya kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah 3. Belum optimalnya kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah. 4. Masih banyak wajib pajak yang lalai dalam memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak. 5. Belum optimalnya realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah

8 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas. Maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah? 2. Seberapa besar kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah? 3. Seberapa besar kontribusi Pajak Reklame Terhadap pendapatan Asli Daerah? 4. Seberapa besar kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)? 1.4 Tujuan Penelitan Tujuan dari penelitian ini adalah sebgai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kontribusi Pajak hotel terhadap pendapatan Asli Daerah. 2. Untuk mengetahui pengaruh kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah. 3. Untuk mengetahui pengaruh kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah. 4. Untuk mengetahui pengaruh kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

9 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis Dalam proses melakukan penelitian ini, diharapkan penulis memperoleh berbagai pengalaman maupun pengetahuan bahkan masukan mengenai akuntansi perpajakan. 2. Secara praktis Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu maupun memberi manfaat terutama untuk : a. Peneliti Memperdalam ilmu pengetahuan mengenai akuntansi perpajakan terutama memahami lebih dalam mengenai pajak daerah. b. Pemerintah Sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus pertimbangan dalam mengambil kebijakan guna meningkatkan PAD guna meningkatkan PAD untuk membiayai pembangunan daerah, khususnya yang berasal dari pajak hotel, pajak restoran, dan pajak reklame. c. Peneliti selanjutnya Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran lebih lanjut dalam bidang yang sama yaitu kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah.