BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Melindungi kesehatan ibu :

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANFAAT ASI BAGI BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

Bab 3 Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif sebagai Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat,

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah. Normalnya dalam darah pada laki-laki 15,5gr/dl dan pada wanita 14,0gr/dl.

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktosa dan garam-garam organik yang di sekresi oleh kedua kelenjar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Universitas Indonesia

Cara Mencuci Tangan yang Benar

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia yang berisi tentang

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Prasetyono, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tim (Roesli, 2005). Menurut Institute of medicine, ASI eksklusif didefenisikan

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

II. TINJAUAN PUSTAKA. kandungan zat gizi yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyanasari, 2009). Sedangkan menurut

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

The 4 th Univesity Research Coloquium 2016 PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERLANCAR ASI PADA IBU PASCA PERSALINAN DI KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta makanan padat seperti pisang bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Ambarwati, 2009). ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (Cunningham, 2006). Dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayinya sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan atau cairan lain apapun seperti susu formula, air putih, jeruk, madu, dan lain-lain. Selama beberapa bulan terakhir masa kehamilan sering terdapat produksi kolostrum susu ibu. Setelah lahir waktu bayi mulai menghisap, maka suplai air susu meningkat dengan cepat. Pada keadaan normal sekitar 100 ml tersedia pada hari kedua dan ini meningkat menjadi 500 ml pada minggu kedua. Produksi air susu ibu yang paling efektif biasanya dicapai 1-14 hari setelah melahirkan. Selanjutnya bayi yang sehat mengkonsumsi sekitar 700-800 ml per 24 jam. Namun demikian konsumsi 10

bayi bervariasi antara satu dengan yang lainnya, ada yang mengkonsumsi kurang dari 600 ml atau bahkan sampai satu liter selama 24 jam meskipun keduanya mempunyai laju pertumbuhan yang sama. Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan lemak dalam tubuhnya, yang akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Terkadang peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Ibu yang kekurangan gizi sering menurun jumlah produksi air susunya sehingga dapat berakibat fatal bagi bayi yang sangat muda. Ibu yang kekurangan gizi biasanya memiliki bayi yang mengalami marasmus dini pada bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI (Almatsier, 2011). 2.1.1 Zat-zat yang Terkandung dalam ASI Kandungan ASI nyaris tak tertandingi. ASI mengandung zat gizi secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami tubuhnya. Kandungan ASI yang utama terdiri dari : 1. Laktosa (Karbohidrat) a. Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting sebagai sumber energi.

b. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam ASI murni. c. Sebagai sumber penghasil energi, sebagai karbohidrat utama meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh. Merangsang tumbuhnya laktobasilus bifidus. d. Laktobasilus bifidus berfungsi menghambat pertumbuhan mikro organisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan. e. Selain itu laktosa juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan sistem saraf. f. Zat gizi ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium dimasa pertumbuhan bayi. g. Komposisi dalam ASI laktosa -7gr/100ml. 2. Lemak a. Lemak merupakan zat besi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. b. Berfungsi sebagai penghasil kalori/energi utama, menurunkan resiko penyakit jantung di usia muda. c. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak essensial yaitu : linoleat dan asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA

1) Arachidonic Acid (AA) dan Decosahexanoic Acid (DHA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. 2) Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecedasan anak. 3) Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentukan (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 6 (asam linoleat). 4) AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan bayi. 5) AA dan DHA merupakan zat yang didapat dari perubahan Omega-3 dan Omega-6 yang berfungsi untuk otak janin dan bayi. d) Lemak : 50% tinggi pada ASI premature, asam lemak esssensial. e) Komposisi dalam ASI : lemak 3,7-4,8 gr/100ml. f) Ciri khas lemak dalam ASI secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. 2) Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali dihisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian. 3) Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan.

4) Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengadung enzim lipase. 5) Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. 6) Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga bayi lebih mudah diserang penyakit diare. 7) Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI yaitu 6:1. 8) Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel saraf otak bayi. 3. Protein a. Memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh bayi. b. Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. c. Protein dalam susu adalah Whey dan Casein/kasien. 1) ASI memiliki perbedaan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi yaitu 65:35. Hal ini merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi.

2) Komposisi ini menyebabkan ASI lebih mudah diserap. 3) Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan whey/casein adalah 20:80 sehingga tidak mudah diserap. 4) Whey lebih mudah dicerna dibandingkan dengan kasein (yang merupakan protein utama pada susu sapi). d. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu sistin, taurin, triptofan dan fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingatan. e. Sistin dan taurin merupakan dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi. 1) Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik 2) Taurin Neotransmitter yang baik untuk perkembangan otak anak. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. f. Komposisi Protein dalam ASI adalah 0,8-1,0 gr/ml g. Ciri khas dalam ASI secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI.

2) Namun demikian protein ASI sangat cocok karena umur didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey. 3) Perbandingan protein unsur whey dan casein didalam ASI adalah 80:40, sedangkan dalam PASI 20:80. 4) Artinya protein dalam PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. 5) Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI. 4. Garam dan Mineral a. ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya lebih rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi selama 6 bulan. b. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Zat besi : zat yang membantu pembentukan darah untuk menghindari bayi dari penyakit kurang darah (anemia). Ferum : Fe rendah tapi mudah diserap c. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya lebih tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan memperberat kerja

usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme. 5. Vitamin a. ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi. b. ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. c. Vitamin-vitamin tersebut adalah vitamin ADEK antara lain : Vitamin A yang sangat bergunan bagi penglihatan bayi. Vitamin D Vitamin E terdapat dalam kolostrum. Vitamin K berfungsi sebagai katalisator pada proses pembentukan darah dalam ASI dalam jumlah yang cukup dan mudah diserap. Karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K, maka setelah lahir bayi diberikan tambahan vitamin K. (Maryunani, 2012). 2.1.2 Kandungan ASI sebagai Zat Pelindung ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. ASI mengandung beberapa zat pelindung berikut ini:

1. Faktor Bifidus Faktor bifidus yaitu fasilitas pertumbuhan lactobacillus bifidus (melawan bakteri pathogen dalam usus). Zat ini penting untuk merangsang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan atau penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi beberapa jenis bakteri merugikan seperti keluarga coli. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. 2. Lactobacillus bifidus lactobacillus bifidus berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk 3. Laktoferin menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan. Laktoferin menyerap Fe dari saluran pencernaan.

4. Lysosim Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. Lysosim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri dan antiinflamatory. Lysosim sangat bermanfaat untuk mengurangi karies dentis dan maloklusi serta dapat memecahkan bakteri yang merugikan. 5. Immunoglobulin (antibodi) Immunoglobulin A (lg.a) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori lg.a tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Susu formula hanya sedikit mengandung Immunoglobulin, dan sebahagian besar merupakan jenis yang salah. Selain itu tidak mengandung sel-sel darah putih dan sel-sel lain dalam keadaan hidup. 6. Sel-sel darah putih hidup Sel darah putih pada ASI dalam 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil (Maryunani, 2012). 2.1.3 Perbedaan ASI dan Susu Formula Beberapa perbedaan yang terdapat pada ASI dan susu formula, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Keunggulan ASI Dibandingkan dengan Susu Formula Keunggulan ASI Sumber gizi sempurna ASI Mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan kecerdasan bayi, antara lain: Faktor pembentukan otak terutama DHA. ASI mengandung whey lebih banyak daripada casein. Mudah dicerna Pembentukan enzim pencernaan bayi baru sempurna pada usia kurang dari 5 bulan. ASI mudah dicerna bayi karena mengandung enzim-enzim yang dapat membantu proses pencernaan. Komposisi sesuai kebutuhan Cita rasa bervariasi Sumber : Maryunani, 2012 Komposisi zat gizi sejak hari pertama menyusui biasanya berubah dari hari ke hari. Komposisi ASI pada saat mulai menyusui (fore milk) berbeda dengan komposisi pada akhir menyusui (hind milk). Kandungan protein fore milk (berwarna bening dan encer) tinggi tetapi kandungan lemaknya rendah dibandingkan dengan hind milk (berwarna bening dan kental), maka disarankan agar tidak terlalu cepat memindahkan bayi untuk menyusu pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya belum habis. Cita rasa bervariasi sesuai dengan jenis senyawa atau zat yang terkandung didalam makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu. Susu Formula Tidak seluruh zat gizi yang terkandung didalamnya dapat diserap oleh tubuh bayi. Sulit dicerna karena tidak mengandung enzim pencernaan. Akibatnya lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses metabolisme. Komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali minum. Bercita rasa sama dari waktu ke waktu

2.1.4. Manfaat Pemberian ASI Pemberian ASI bukan bermanfaat bagi bayi saja, tetapi juga bagi ibu, keluarga, dan negara. Adapun penjelasan manfaat pemberian ASI tersebut adalah untuk : a. Bayi yaitu ASI mengandung protein yang spesifik melindungi bayi dari alergi; secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia bayi; ASI bebas kuman karena diberikan secara langsung; suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi; ASI lebih mudah dicerna dan diserap usus bayi; ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan; menyusui akan melatih daya isap bayi dan membantu otot pipi yang baik. b. Ibu yaitu mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula; mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil; menunda kesuburan; menimbulkan perasaan dibutuhkan; mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium. c. Keluarga yaitu aspek ekonomi, penghematan dana untuk membeli susu formula; aspek psikologi, bertambahnya kebahagian keluarga sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga; Aspek kemudahan, menyusui sangat praktis karena dapat diberikan kapan dan dimana saja. d. Negara yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi; menghemat devisa negara dalam hal pembelian susu formula; mengurangi subsidi untuk rumah sakit; peningkatan kualitas generasi penerus (Ambarwati, 2009).

2.1.5. Mekanisme Hormonal Pemberian ASI Ada dua refleks pada ibu dalam proses pemberian ASI yaitu refleks prolaktin dan aliran, dengan penjelasan sebagai berikut : a. Refleks Prolaktin, sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent di bawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang di sekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus hisapan yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi menghisap. b. Refleks aliran (Let Down Reflex), rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusui selain memengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin, juga memengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin yang dilepas ke dalam darah untuk membuat otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air dari alveoli, duktulus dan sinus menuju puting susu (Bobak, 2005). 2.1.6 Aspek dalam Pemberian ASI Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan sehingga mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, adalah sebagai berikut : a. Aspek Pemahaman dan Pola Pikir ASI merupakan makanan utama bayi yang sangat baik dan tidak ada bandingnya meskipun susu formula mahal. Rendahnya tingkat pemahaman

tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi. b. Aspek Gizi ASI mengandung nutrisi lengkap yang di butuhkan oleh bayi hingga 6 bulan pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi disebut kolostrum (cairan kekuningan) yang sungguh tidak ternilai harganya dan banyak mengandung zat kekebalan terutama Immunoglobin A (IgA) yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi serta diare. Kadar protein yang dikandung kolostrum lebih tinggi dibandingkan ASI matang atau matur. Efek laksasif yang dihasilkan oleh kolostrum dapat membantu bayi baru lahir untuk mengeluarkan mekonium dari ususnya. c. Aspek Pendidikan Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lain. Memberikan ASI eksklusif pada awal kehidupan bayi terlebih saat otaknya masih bersifat plastis, merupakan hal yang sangat penting karena mengandung DHA (Dukosa Heksanoat Asam) dan AA (Arakhidonat Asam). Hal tersebut harus diketahui oleh semua ibu hamil dan menyusui sehingga bayi mendapat nutrisi terbaik sejak awal kehidupannya. d. Aspek Imunologik Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti infeksi yang bersih dan bebas kontaminasi. Kadar IgA dalam kolostrum sangat tinggi. Meskipun IgA

tidak diserap oleh tubuh bayi tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri pathogen Eschericia coli (E. Coli) dan berbagai kuman pada saluran pencernaan. Laktoferin yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri), karena merupakan glikoprotein yang dapat mengikat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri aerob seperti stafilococcus dan E. Coli ( Cunningham, 2006). e. Aspek Psikologis Secara psikologis, menyusu mengandung tiga hal penting, yaitu : 1. Dapat membangkitkan rasa percaya diri karena ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. Ibu juga merasa bangga dapat menyusui bayinya karena sesuai dengan kodratnya sebagai wanita 2. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat tergantung pada integritas ibu dan bayi. Kasih sayang, rasa aman, dan tenang dari ibu sehingga bayi bisa lebih agresif menyusui. Dengan demikian, gizi yang diperoleh bayipun semakin banyak dengan adanya interaksi tersebut 3. Kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu memberikan rasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. Dapat disimpulkan bahwa aktifitas menyusui bayi dapat membentuk ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi dan dapat menghadirkan perasaan aman serta tenang.

f. Aspek Kecerdasan Para ahli gizi sependapat bahwa ASI mengandung DHA dan AA yang dibutuhkan bagi perkembangan otak. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kepada bayi memiliki dampak yaitu memungkinkan asupan gizi menjadi lebih maksimal sehingga membantu mengoptimalkan perkembangan sistem saraf otak yang berperan meningkatkan kecerdasan bayi. g. Aspek Neurologis ASI dapat mengkoordinasi syaraf pada bayi yang terkait dengan aktivitas menelan, menghisap dan bernafas semakin sempurna. Hal ini akan mengurangi resiko gangguan sesak nafas pada bayi baru lahir atau terjadinya asma pada anak pra sekolah, mencegah gejala hipersekresi bronkus atau suara nafas yang tidak teratur pada bayi, tidak mudah batuk dan mencegah terjadinya infeksi saluran pernafasan. h. Aspek Biaya Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan yang diperlukan untuk membeli susu formula beserta peralatannya (Maryunani, 2012). 2.1.7 Cara Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja ASI eksklusif tetap dapat diberikan meskipun ibu bekerja. Adapun cara pemberian ASI eksklusif bagi ibu bekerja dan cara menyimpan ASI akan di bahas di bawah ini sebagai berikut :

1. Cara pemberian ASI oleh ibu bekerja yaitu : a. Sebelum berangkat bekerja bayi harus disusui terlebih dahulu b. Bila memungkinkan ibu pulang untuk menyusui bayinya c. Setelah ibu pulang dari tempat kerja, sebaiknya bayi segera disusui dan lebih tingkatkan frekuensi untuk menyusui pada malam hari d. Disaat waktu luang, sempatkan untuk memompa atau menampung ASI menggunakan tangan dengan cara : Tangan dicuci sampai bersih Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air bersih Payudara dikompres dengan handuk yang hangat Pijat payudara dengan lembut menggunakan tangan dari pangkal ke arah ujung payudara Kemudian dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kalang payudara diperas Ulangi tekan peras lepas tekan peras lepas Pada mulanya ASI tidak akan keluar, tetapi setelah beberapa kali maka ASI akan keluar Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara di semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari setiap arah payudara 2. Cara menyimpan ASI

a. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/plastik, termasuk plastik klip ± 80-100 cc b. ASI yang disimpan dalam freezer dan sudah dikeluarkan sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 2 hari c. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 0 C d. ASI beku tidak boleh dimasak/dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam dalam air hangat e. Petunjuk umum untuk penyimpanan ASI di rumah: Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir Setelah diperas, ASI disimpan dalam lemari es/ freezer Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas ASI yang dikeluarkan dapat bertahan di udara terbuka/bebas selama 6-8 jam, di lemari es 24 jam, di freezer selama 6 bulan. ASI yang disimpan dalam lemari es tidak boleh dipanasi karena nutrisinya akan hilang, cukup didiamkan saja atau dihangatkan dengan merendam dalam air hangat (Maryunani, 2012). 2.2. Faktor - faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif 2.2.1. Karakteristik Ibu 1) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penelitian. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Notoatmodjo, 2003). Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir. Umur merupakan konsep yang masih abstrak bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya. Seseorang mungkin menghitung umur dengan tepat tahun dan kelahirannya, sementara yang lain menghitungnya dalam ukuran tahun saja. Umur reproduksi sehat dikenal sebagai saat yang tepat dalam kehamilan, persalinan dan menyusui yaitu umur 20-35 tahun dan dianggap sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif. Umur kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik, mental dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan dalam pemberian ASI eksklusif. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun dianggap juga berbahaya karena alat reproduksi dan fisik ibu sudah jauh berkurang ataupun menurun sehingga dapat mengakibatkan resiko bawaan pada bayinya dan dapat meningkatkan penyulit pada kehamilan, persalinan dan nifas (Fraser, 2009). 2) Pendidikan Pendidikan adalah satu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).

Pendidikan berhubungan dengan pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif karena tingkat pengetahuan ibu yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibanding pendidikan yang rendah. Hasil penelitian Subur, dkk (2012) terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Semakin rendah pendidikan maka semakin rendah kemampuan dasar seseorang dalam berfikir mengambil keputusan khususnya dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 0-6 bulan. 3) Pekerjaan Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Diharapkan orang yang bersangkutan memiliki kecakapan atau pengetahuan kerja yang bertambah baik dan memiliki ketrampilan kerja baik kualitas dan kuantitas. Pada umumnya, semakin baik pekerjaan ibu maka semakin tinggi juga pengetahuan dan pengalamannya (Notoadmodjo, 2003). Pekerjaan diperkirakan dapat memengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan ibu yang bekerja lebih baik dari yang tidak bekerja karena ibu yang bekerja memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi khususnya tentang ASI eksklusif. Terhentinya pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja terjadi karena habisnya masa cuti melahirkan selama tiga bulan. Sebagian ibu kesulitan menyusui bayinya maupun memerah ASI di tempat kerja. Selain padatnya aktifitas kerja, masih sedikit perusahaan yang menyediakan

tempat khusus untuk menyusui bayi ataupun memerah ASI. Bila tidak diperah secara teratur, produksi ASI akan segera menurun. Ketidaktahuan ibu tentang manajemen laktasi, seperti cara memerah dan menyimpan ASI, turut menghambat proses menyusui. Banyak ibu tidak percaya diri bahwa produksi ASI-nya mencukupi sehingga memberi susu formula kepada bayinya (Kompas, 2012). Bagi ibu yang bekerja di luar rumah, menyusui merupakan masalah karena harus meninggalkan rumah selama berjam-jam. Sebelum berangkat bekerja, ibu harus menyusui bayi dengan kedua payudara dan setelah pulang dari tempat kerja dianjurkan untuk segera menyusui kembali. Di tempat kerja ibu juga bisa mengeluarkan ASI-nya baik dengan tangan atau pompa. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari pembengkakan payudara dan memberi kesempatan payudara supaya kosong. Karena dengan pengeluaran ASI berarti tetap ada rangsangan pada aerola (pengganti isapan bayi) sehingga hormon prolaktin tetap aktif berfungsi (Maryunani, 2012). Hasil penelitian Sugiarti (2011) didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rohani (2007) menunjukkan signifikan nilai p = 0,029 sehingga pekerjaan berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Ibu yang bekerja cenderung untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu yang lama sehingga mereka membiasakan menyusu dengan botol dengan susu formula atau memberikan makanan tambahan sejak dini kepada bayinya.

4) Paritas Paritas adalah rata-rata anak dilahirkan hidup oleh seorang wanita subur yang pernah kawin pada tahun tertentu. Hubungan paritas dengan pengetahuan sangat erat kaitannya, dimana berdasarkan penelitian semakin banyak paritas, kemungkinan akan bertambah pula pengetahuan ibu tentang jumlah anak ibu yang dapat memberikan pemenuhan kesehatan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007). 5) Pengetahuan Ibu Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih luas dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2007). Informasi yang salah tentang pentingnya ASI membuat para ibu tidak berhasil dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. Sekelompok yang peduli ASI secara konsisten terus menerus menyuarakan pentingnya pemberian ASI di awal kehidupan bayi. Mereka yakin bahwa rendahnya keberhasilan pemberian ASI eksklusif dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu. Hasil penelitian Subur, dkk (2012) berdasarkan uji korelasi rank spearman maka diperoleh nilai sig=0,000 yang menunjukkan bahwa korelasi bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. Nilai koefisien korelasi rank

spearman 0,836 menunjukkan bahwa korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat. 2.2.2 Dukungan Keluarga Peranan keluarga dalam memberikan dukungan kepada ibu sangat dominan berhubungan dengan perilaku ibu. Banyak ibu yang tinggal berdekatan dengan keluarganya seperti orang tua dan mertua. Praktek pemberian ASI diketahui oleh budaya dan norma yang berkembang di kalangan anggota keluarga, rekan, dan masyarakat secara umum. Peranan keluarga terhadap berhasil atau tidaknya ibu memberikan ASI eksklusif sangat besaar terlebih bila ibu yang tinggal serumah dengan orang tua. Kebiasaan memberikan susu formula terlalu dini telah dilakukan turun menurun dan tidak menimbulkan masalah. Dukungan keluarga atau orang tua merupakan faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya karena berhubungan dengan rasa percaya diri ibu. Hasil penelitian Isroni (2010) dan Rahmawati (2013) diperoleh bahwa dukungan keluarga berhubungan signifikan dengan keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif. 2.2.3 Peran Petugas Kesehatan Peran petugas kesehatan terutama dalam memberikan promosi adalah melalui pendidikan kesehatan. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi, meningkatkan, dan mendukung usaha pemberian ASI eksklusif. Sebagai individu yang bertanggung jawab dalam gizi bayi dan perawatan kesehatan, petugas kesehatan memiliki posisi yang dapat memengaruhi organisasi dan fungsi pelayanan kesehatan

ibu baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan dan persalinan. Bidan adalah petugas kesehatan yang terlibat pada perawatan selama kehamilan sampai bayi lahir. Petugas kesehatan harus dapat menginformasikan kepada ibu agar memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan menjelaskan manfaat dan komposisi ASI dibandingkan dengan susu formula (Maryunani, 2012). Hasil penelitian Sugiarti (2011) diperoleh bahwa tenaga kesehatan yang memberikan susu formula pada bayi baru lahir sebanyak 33,3% sehingga bayi gagal dalam pemberian ASI eksklusif. Menurut Hikmawati, dkk (2008) promosi susu formula berasal dari petugas kesehatan, misalnya pada saat ibu dan bayi pulang dibekali dengan susu formula. Hasil penelitian Isroni (2010) terdapat hubungan yang signifikan antara peranan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif. Dari hasil analisis didapatkan nilai OR=9,450 artinya ibu yang mendapat peran dari petugas kesehatan berpeluang memberikan ASI eksklusif sebanyak 9,45 kali dibandingkan ibu yang tidak mendapat peran dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang menolong ibu bersalin juga harus melaksanakan inisiasi menyusu dini kepada bayi baru lahir. Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu sendiri atau tidak disodorkan ke puting susu. Inisiasi menyusu dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif dan lama menyusu. Dengan demikian, kebutuhan bayi akan terpenuhi hingga usia 2 tahun dan mencegah anak kurang gizi ( Maryunani, 2012 )

Terdapat banyak manfaat Inisiasi Menyusu Dini, baik untuk ibu dan bayinya, serta manfaat psikologis, yaitu : a. Manfaat untuk Ibu yaitu meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi; merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko perdarahan sesudah melahirkan; memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi; mengurangi stress ibu setelah melahirkan; mencegah kehamilan; dan menjaga kesehatan ibu. b. Manfaat untuk Bayi yaitu mempertahankan suhu bayi tetap hangat; menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung; kolonisasi bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal (bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat baik bagi bakteri yang menguntungkan dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi); mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaganya; memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara ibu untuk memulai menyusu; mempercepat keluarnya meconium; bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan menyusu; memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi; mencegah terlewatnya puncak refleks mengisap pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang dan hanya muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian. c. Manfaat secara psikologis, ikatan emosional (emotional bonding) yaitu hubungan ibu dan bayi lebih erat dan penuh kasih sayang; ibu merasa lebih

bahagia; bayi lebih jarang menangis; ibu berprilaku lebih peka (affectionately) (Maryunani, 2012). Bayi yang di beri kesempatan menyusu dini oleh petugas kesehatan, hasilnya delapan kali lebih berhasil dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiarti (2011), bahwa terdapat adanya hubungan yang bermakna pada pelaksanaan inisiasi menyusu dini terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. UNICEF bersama WHO memperkenalkan sepuluh langkah keberhasilan menyusui dan Deklarasi Innocenti menghimbau dunia agar mendukung pelaksanaannya di semua fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu. Uraian tersebut sebagai berikut : a. Menetapkan kebijakan peningkatan pemberian air susu ibu yang secara rutin dikomunikasikan kepada kepada semua petugas b. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut c. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan tatalaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur 2 tahun. d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan di ruang bersalin e. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis

f. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. h. Membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. i. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. j. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI di masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/ sarana pelayanan kesehatan ( Maryunani, 2012 ). 2.3. Landasan Teori Lawrence Green seperti yang dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan, terdapat tiga faktor yang mendasari perilaku pasien yaitu Predisposing, enabling, dan reinforcing. Faktor predisposisi (predisposing factors) meliputi pengetahuan dan sikap petugas kesehatan yang merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, kepercayaan, sistem nilai, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) mencakup ketersediaan sarana dan pra sarana atau fasilitas kesehatan berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian informasi. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors ) meliputi dukungan dari tenaga kesehatan, keluarga dan rekan serta sikap pasien dengan mencari informasi.

Dalam penelitian ini, yang menjadi faktor predisposisi adalah karakteristik ibu yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan pengetahuan ibu yang memiliki bayi berumur lebih dari 6 sampai12 bulan dengan pemberian ASI eksklusif. Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam menghadapi masalah terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor pemungkin yaitu sumber daya kesehatan yang dapat menstimulasi ibu untuk memelihara kesehatan dengan ketersediaan waktu bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Faktor penguat yaitu dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan dalam menginformasikan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan juga sebagai penolong persalinan agar segera melakukan inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir. Faktor Predisposing Pengetahuan Sikap Nilai Kepercayaan Faktor Enabling Perilaku Ketersediaan fasilitas, sarana/prasarana Faktor Responsing Dukungan keluarga Informasi Petugas Kesehatan Gambar 2.1 Konsep Landasan Teori

2.4 Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep dalam penelitian ini dapar dilihat pada gambar 2.2 sebagai Variabel Independen Variabel Dependen Karakteristik Ibu : Umur Pendidikan Pekerjaan Paritas Pengetahuan Dukungan Keluarga Pemberian ASI Eksklusif Peran Petugas Kesehatan Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah Karakteristik Ibu yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan pengetahuan; dukungan keluarga; dan Peran petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan melakukan inisiasi meyusu dini pada bayi baru lahir. Peran petugas kesehatan dilakukan oleh bidan selaku pemberi pelayanan kebidanan khususnya pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir di Kecamatan Siatas Barita. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif. Variabel independen akan berhubungan dengan variabel dependen atau karakteristik ibu, dukungan keluarga, dan peran petugas kesehatan akan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.