BAB II KONDISI KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),


ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS KABUPATEN MALINAU

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

BPS KABUPATEN BATU BARA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU


KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

Transkripsi:

BAB II KONDISI KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA 2.1. Kondisi Umum Daerah 2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2013 hingga tahun 2017 mengalami cenderung menurun dibandingkan tahun 2013 (6,25%). Namun dilihat kondisi setahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2016 sebesar 5,32% dan pada tahun 2017 naik menjadi sebesar 5,33%. Kondisi ini relevan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi nasional, namun kondisi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah terjadi stagnan pada angka 5,27%. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 6,30 6,10 6,25 5,90 5,70 5,50 5,30 5,10 4,90 5,71 5,11 5,21 5,27 5,28 5,47 5,44 5,01 5,32 5,33 5,27 5,27 5,19 5,06 4,70 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Nasional, Buku Produk Domestik Regional Bruto Provinsi- Provinsi di Indonesia Menurut lapangan usaha, 2018 Gambar 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2013-2017 (%) Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kota-kota lainnya se Jawa Tengah pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi kota Surakarta menempati posisi ketiga tertinggi setelah Kota Semarang (5,64%) dan Kota Tegal (5,46%). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. II-Kondisi kemiskinan-1

5,70 5,60 5,50 5,46 5,64 5,40 5,30 5,20 5,10 5,18 5,21 5,32 5,33 5,27 5,19 5,00 4,90 Kota Magelang Kota Salatiga Kota Pekalongan Kota Surakarta Kota Tegal Kota Semarang Kota Jawa Tengah Nasional 2.1.2. PDRB Sumber : BPS Nasional, Buku Produk Domestik Regional Bruto Provinsi- Provinsi di Indonesia Menurut lapangan usaha, 2018 Gambar 2.2 Posisi Relatif Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2017 (%) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Penghitungan PDRB dilakukan atas dasar harga berlaku (harga-harga pada tahun penghitungan) dan atas dasar harga konstan (harga-harga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral) maupun dari sisi penggunaan. Selama lima tahun terakhir (2013-2017) struktur perekonomian Kota Surakarta didominasi oleh 5 (lima) kategori lapangan usaha, diantaranya: konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor, informasi dan komunikasi, Industri Pengolahan; dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Hal ini dapat dilihat dari peranan masingmasing lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Kota Surakarta. Sektor terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Surakarta pada tahun 2017 dihasilkan oleh lapangan usaha konstruksi, yaitu sebesar Rp.10.967.643,65 juta; selanjutnya lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor sebesar Rp.9.211.200,08 juta mengalami kenaikan dibanding tahun 2013 sebesar Rp.6.839.466,39 juta rupiah; disusul oleh lapangan usaha Informasi dan komunikasi sebesar Rp.4.553.522,76 juta; Kontribusi kategori Industri pengolahan sebesar II-Kondisi kemiskinan-2

Rp.3.478.887,13 juta; Berikutnya lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar Rp.2.402.558,56 juta. Salah satu sektor yang penyumbang PDRB terrendah yaitu sektor Pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp.204.257,51 juta, salah satu penyebab utama adalah adalah berkurangnya luas lahan pada lapangan usaha tersebut. Lambatnya kenaikan harga produk lapangan usaha tersebut dibandingkan produk lain juga menjadi penyebab turunnya peranan lapangan usaha. II-Kondisi kemiskinan-3

Tabel 2.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun 2013-2017 (Juta Rupiah) Kategori Lapangan Usaha A Pertanian, Kehutanan, danperikanan 156.759,32 167.748,49 182.751,51 195.392,73 204.257,51 B Pertambangan dan Penggalian 600,78 697,25 770,26 779,11 800,26 C Industri Pengolahan 2.440.165,97 2.789.563,68 3.002.990,09 3.243.802,39 3.478.887,13 D Pengadaan Listrik dan Gas 58.562,30 60.379,07 64.963,06 74.052,94 82.618,04 E Pengadaan Air, Pengelolaan 49.564,92 52.562,74 55.285,78 57.524,26 61.412,83 Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 7.707.302,44 8.591.705,73 9.410.744,97 10.191.821,93 10.967.643,65 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.839.466,39 7.307.631,60 7.889.988,82 8.486.444,94 9.211.200,08 H Transportasi dan Pergudangan 713.390,43 831.699,95 936.398,98 987.244,08 1.118.656,74 I Penyediaan Akomodasi dan Makan 1.614.045,03 1.826.367,28 2.015.814,83 2.242.400,85 2.402.558,56 Minum J Informasi dan Komunikasi 3.201.750,06 3.453.784,47 3.715.658,93 3.943.522,76 4.553.522,76 K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.065.842,54 1.173.873,01 1.310.074,81 1.467.497,02 1.598.052,78 L Real Estat 1.148.116,83 1.296.580,03 1.436.443,80 1.554.663,91 1.673.192,64 M,N Jasa Perusahaan 208.386,73 235.080,88 272.952,59 305.638,45 328.367,83 O Administrasi Pemerintahan, 1.772.641,71 1.888.650,12 2.086.163,83 2.249.744,30 2.350.648,03 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 1.534.635,46 1.734.114,99 1.877.495,85 2.016.243,19 2.191.776,48 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 296.594,32 346.392,98 385.675,46 416.091,63 454.831,32 R,S,T,U Jasa lainnya 273.487,25 305.614,62 326.200,52 358.401,66 387.712,83 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 29.081.312,47 32.062.446,90 34.970.374,09 37.791.266,18 41.066.139,47 Sumber : BPS Kota Surakarta, Buku"Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta Menurut Lapangan Usaha 2013-2017", 2018 II-Kondisi kemiskinan-4

PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh meningkatnya produksi di seluruh lapangan usaha yang sudah bebas dari pengaruh inflasi. Nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2017 sebesar Rp. 31.562.980,46 juta rupiah. Secara rinci PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. II-Kondisi kemiskinan-5

Tabel 2.2. PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun 2013-2017 (Juta Rupiah) Kategori Lapangan Usaha A Pertanian, Kehutanan, danperikanan 125.292,13 127.634,25 129.926,80 131.448,34 136.489,99 B Pertambangan dan Penggalian 562,50 549,59 535,17 532,82 530,74 C Industri Pengolahan 2.044.003,66 21.841.053,67 2.263.993,97 2.347.880,69 2.446.405,47 D Pengadaan Listrik dan Gas 61.821,35 63.499,68 65.092,81 69.156,76 72.109,52 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 47.384,05 48.594,69 49.454,24 50.640,12 53.518,10 F Konstruksi 6.767.584,32 7.014.333,33 7.390.395,31 7.865.547,96 8.255.938,75 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 6.193.415,14 6.458.014,08 6.723.422,13 7.029.200,29 7.415.193,59 Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan 695.071,27 753.350,60 816.507,78 859.855,02 908.893,25 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.288.357,53 1.377.875,81 1.463.048,48 1.537.527,02 16.053.085,59 J Informasi dan Komunikasi 3.204.036,98 3.490.330,91 3.723.082,11 3.949.332,65 4.302.733,75 K Jasa Keuangan dan Asuransi 872.109,50 907.659,83 965.841,37 1.046.410,12 1.091.006,81 L Real Estat 1.094.700,86 1.164.923,59 1.249.065,08 1.328.972,87 1.397.574,02 M,N Jasa Perusahaan 177.726,37 189.915,26 207.530,85 224.829,61 233.751,42 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.506.447,18 1.524.921,96 1.623.466,15 1.661.471,93 1.682.112,54 P Jasa Pendidikan 1.060.271,81 1.144.903,75 1.223.370,41 1.269.371,34 1.326.726,85 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 238.715,15 268.758,62 285.590,16 305.638,62 326.332,40 R,S,T,U Jasa lainnya 254.181,54 264.987,02 273.171,04 288.553,84 308.354,68 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 25.631.681,32 26.984.358,61 28.453.493,87 29.966.373,01 31.562.980,46 Sumber : BPs Kota Surakarta, Buku"Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta Menurut Lapangan Usaha 2013-2017", 2018 II-Kondisi kemiskinan-6

2.1.3. Inflasi Inflasi merupakan persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Inflasi yaitu indikator ekonomi yang sering dicermati karena terkait langsung dengan kemampuan daya beli dari uang yang dimiliki oleh masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan tetap. Perubahan harga secara umum (inflasi/deflasi) untuk barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat di ukur dengan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). Laju inflasi tahun kalender 2017 (Januari - Desember 2017) sebesar 3,10%, dalam kurun waktu lima tahun mengalami fluktuatif dengan angka tertinggi pada tahun 2013 sebesar 8,32% dan angka terendah pada tahun 2016 sebesar 2,15%, seperti terlihat pada gambar berikut. 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 2.1.4. Indeks Gini 8,32 8,01 Sumber: BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.3 Perkembangan Laju Inflasi Kota Surakarta Tahun 2013-2017 (%) Salah satu indikator yang dipergunakan untuk menilai ketimpangan pemerataan pendapatan di suatu wilayah adalah dengan menggunakan Indeks Gini. Besarnya nilai Indeks Gini adalah 0 (nol) hingga 1 (satu) yang mengandung arti bahwa sama sekali tidak terjadi ketimpangan ketika capaian indeks Gini ketika bernilai 0 (nol) dan ketimpangan dapat dikatakan tinggi apabila capaian Indeks Gini ketika bernilai 1 (satu). Ketimpangan pemerataan pendapatan menggunakan Indeks Gini dapat diklasifikasikan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) 2,56 2,15 3,10 II-Kondisi kemiskinan-7

0,32 0,33 0,34 0,35 0,35 0,38 ketimpangan rendah (<0,3), (2) ketimpangan sedang (0,3-<0,4)dan (3) ketimpangan tinggi (>0,4-1). Indeks gini Kota Surakarta dalam periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 terjadi fluktuatif dan posisi terendah pada tahun 2011 sebesar 0,33. Indeks gini Kota Surakarta selama tahun 2011 hingga tahun 2015 termasuk dalam kategori sedang. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. 0,38 0,37 0,36 0,35 0,34 0,33 0,33 0,32 0,31 0,37 0,35 0,36 Sumber: BPS, 2016 Gambar 2.4 Perkembangan Indeks Gini Kota Surakarta tahun 2011-2015 0,35 2011 2012 2013 2014 2015 Indeks Gini Posisi relatif indeks gini Kota Surakarta tahun 2015 sebesar 0,35 berada di bawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 0,38 dan Nasional sebesar 0,41. Namun dibandingkan kota lainnya di Jawa Tengah, Kota Surakarta masih lebih tinggi dibandingkan Kota Magelang, Kota Semarang dan Kota Pekalongan, secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut. 0,5 0,4 0,3 0,2 0,41 0,38 0,1 0 Kota Kota Kota Kota Kota Tegal Pekalongan Semarang Magelang Surakarta Kabupaten Jateng Nasional Kota Salatiga Sumber: BPS, 2016 Gambar 2.5 Posisi Relatif Indeks Gini Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2015 II-Kondisi kemiskinan-8

2.1.5. Indeks Pembangunan Manusia 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengetahui status kemampuan dasar penduduk, yang dihitung BPS dari beberapa komponen, meliputi Angka Harapan Hidup, Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran Per Kapita untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak. IPM Kota Surakarta terus meningkat tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2013 sebesar 78,89, meningkat menjadi sebesar 80,85 pada tahun 2017. Kondisi tersebut relevan terhadap realisasi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, seperti terlihat pada gambar berikut: 85,00 80,00 78,89 79,34 80,14 80,76 80,85 75,00 70,00 65,00 68,31 68,90 68,02 68,78 69,55 70,18 70,81 69,49 69,98 70,52 60,00 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.6 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Surakarta Tahun 2013-2017 Realisasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 80,85, merupakan ketiga tertinggi di seluruh wilayah Jawa Tengah setelah Kota Semarang sebesar 82,01 dan Kota Salatiga sebesar 81,68. Secara rinci terlihat pada gambar berikut. II-Kondisi kemiskinan-9

Brebes Pemalang Banjarnegara Tegal Wonosobo Batang Blora Purbalingga Kebumen Temanggung Magelang Pekalongan Wonogiri Grobogan Cilacap Rembang Pati Demak Kendal Banyumas Jepara Purworejo Sragen Boyolali Semarang Kota Pekalongan Kudus Kota Tegal Klaten Karanganyar Sukoharjo Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang 64,86 65,04 65,86 66,44 66,89 67,35 67,52 67,72 68,29 68,34 68,39 68,40 68,66 68,87 68,90 68,95 70,12 70,41 70,62 70,75 70,79 71,31 72,40 72,64 73,20 73,77 73,84 73,95 74,25 75,22 75,56 77,84 80,85 81,68 82,01 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 70,81 70,52 Kabupaten/Kota Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.7 Posisi Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Surakarta dan Kab/Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2017 Kondisi indikator pembentuk IPM Kota Surakarta sebagai berikut : a) Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh masyarakat sejak lahir yang mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Kualitas kesehatan masyarakat Kota Surakarta secara umum semakin membaik berdasarkan rata-rata usia harapan hidup yang semakin panjang. Angka Harapan Hidup Kota Surakarta dalam kurun waktu 2013-2017 menunjukkan kecenderungan meningkat, yaitu dari sebesar 76,97 pada tahun 2013 menjadi sebesar 77,06 pada tahun 2017, kondisi tersebut relevan dengan Jawa Tengah dan Nasional. Secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut. II-Kondisi kemiskinan-10

74,19 74,23 76,66 76,98 77,06 77,21 78,00 76,97 76,99 77,00 77,03 77,06 76,00 74,00 72,00 73,28 73,88 73,96 74,02 74,08 70,00 68,00 66,00 70,40 70,59 70,78 70,90 71,06 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.8 Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Surakarta Tahun 2013-2017 Posisi relatif angka harapan hidup di antara kota-kota di Provinsi Jawa Tengah, Kota Surakarta menempati posisi kedua tertinggi setelah Kota Semarang, seperti terlihat pada gambar berikut. P E K A L O N G A N T E G A L M A G E L A N G S A L A T I G A S U R A K A R T A S E M A R A N G Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.9 Posisi Relatif Angka Harapan Hidup Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 b) Harapan Lama Sekolah Harapan lama sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas, digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai II-Kondisi kemiskinan-11

12,77 12,88 13,55 14,50 14,70 14,98 oleh setiap anak. Capaian harapan lama sekolah di Kota Surakarta dalam kurun waktu 2013-2017 menunjukkan kecenderungan meningkat, yaitu dari sebesar 13,64 (tahun 2013) menjadi 14,51 (tahun 2017), kondisi tersebut relevan dengan Jawa Tengah dan Nasional, seperti terlihat pada gambar berikut. 15,00 14,50 14,00 13,50 13,00 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 14,50 14,51 14,14 13,92 13,64 12,39 12,55 12,72 12,85 12,10 12,38 12,45 12,57 12,17 11,89 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.10 Perkembangan Harapan Lama Sekolah di Kota Surakarta Tahun 2013-2017 Posisi relatif harapan lama sekolah di antara kota-kota se Jawa Tengah, harapan lama sekolah Kota Surakarta menempati posisi ketiga tertinggi setelah Kota Salatiga dan Kota Semarang, secara dapat dilihat pada gambar berikut. P E K A L O N G A N T E G A L M A G E L A N G S U R A K A R T A S E M A R A N G S A L A T I G A Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.11 Posisi Relatif Harapan Lama Sekolah Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 II-Kondisi kemiskinan-12

c) Rata-Rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam Pendidikan Formal (tidak termasuk tahun yang mengulang). Angka rata-rata lama sekolah bermanfaat untuk melihat kualitas penduduk dalam hal mengenyam Pendidikan Formal. Rata-rata lama sekolah di Kota Surakarta mengalami kenaikan, yaitu dari 10,25 tahun pada tahun 2013 menjadi sebesar 10,38 tahun pada tahun 2017, kondisi tersebut relevan dengan Jawa Tengah dan Nasional. Secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut : 11,00 10,25 10,33 10,36 10,37 10,38 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 7,61 7,73 7,84 7,95 8,10 6,80 6,93 7,03 7,15 7,27 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.12 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kota Surakarta Tahun 2013-2017 Dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah, posisi Rata-rata lama sekolah Kota Surakarta menempati posisi kedua tertinggi setelah Kota Semarang, seperti terlihat pada Gambar berikut. II-Kondisi kemiskinan-13

8,29 8,56 10,15 10,30 10,38 10,50 T E G A L P E K A L O N G A N S A L A T I G A M A G E L A N G S U R A K A R T A S E M A R A N G Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.13 Posisi Relatif Rata-Rata Lama Sekolah Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 d) Pengeluaran Per Kapita Pengeluaran perkapita di Kota Surakarta mengalami kenaikan dari Rp12.820 ribu (tahun 2013) menjadi Rp13.986 ribu (tahun 2017). Kondisi tersebut relevan dengan kondisi pengeluaran per kapita Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut. 15.000 14.000 13.000 12.000 11.000 10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 13.900 13.986 13.604 12.820 12.907 9.858 9.903 10.150 10.420 10.644 9.930 10.153 10.377 9.618 9.640 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.14 Perkembangan Pengeluaran per Kapita Kota Surakarta Tahun 2013 2017 Selanjutnya, apabila dibandingkan dengan capaian pengeluaran per kapita di antara kota-kota di Provinsi Jawa Tengah, capaian II-Kondisi kemiskinan-14

11.525 11.800 12.283 13.986 14.334 14.921 pengeluaran per kapita Kota Surakarta menempati posisi ketiga. Pengeluaran per kapita kota-kota di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar berikut. M A G E L A N G P E K A L O N G A N T E G A L S U R A K A R T A S E M A R A N G S A L A T I G A Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.15 Posisi Relatif Pengeluaran Per Kapita Kota Surakarta dan Kota-Kota Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 (Ribu Rupiah) 2.2. Kondisi Umum Kemiskinan Kondisi umum kemiskinan Kota Surakarta terdiri dari 4 indikator, meliputi: 1) Persentase Penduduk Miskin (P0); 2) Jumlah Penduduk Miskin; 3) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1); 4) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). 2.2.1. Persentase Penduduk Miskin Persentase penduduk miskin di Kota Surakarta tahun 2013 hingga tahun 2017 terus menurun dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 2013 sebesar 11,74% dan pada tahun 2017 menurun menjadi sebesar 10,65%. Kondisi tersebut relevan dengan Jawa tengah, sedangkan Nasional berfluktuatif. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut ini. II-Kondisi kemiskinan-15

Kota Semarang Kota Salatiga Kota Pekalongan Kab. Kudus Kab. Semarang Kota Tegal Kab. Jepara Kab. Sukoharjo Kota Magelang Kab. Tegal Kota Surakarta Kab. Batang Kab. Kendal Kab. P a t i Kab. Temanggung Kab. Boyolali Kab. Karanganyar Kab. Magelang Kab. Pekalongan Kab. Wonogiri Kab. Blora Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Purworejo Kab. Cilacap Kab. Sragen Kab. Klaten Kab. Banyumas Kab. Banjarnegara Kab. Pemalang Kab. Rembang Kab. Purbalingga Kab. Brebes Kab. Kebumen Kab. Wonosobo 4,62 5,07 7,47 7,59 7,78 8,11 8,12 8,75 8,75 9,90 10,65 10,80 11,10 11,38 11,46 11,96 12,28 12,42 12,61 12,90 13,04 13,27 13,41 13,81 13,94 14,02 14,15 17,05 17,21 17,37 18,35 18,80 19,14 19,60 20,32 15,00 14,50 14,00 13,50 13,00 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 11,74 14,44 11,47 10,96 13,58 13,58 11,22 10,95 10,89 13,27 10,88 13,01 10,65 10,70 10,64 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.16 Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2013 2017 Berdasarkan posisi relatif, persentase penduduk miskin Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 10,65% berada di atas rata-rata Nasional (10,64%) dan berada di bawah rata-rata Jawa Tengah (13,01%). Dibandingkan dengan kabupaten/kota se Jawa Tengah, Kota Surakarta menempati urutan ke 11 terendah setelah Kota Semarang, Kota Salatiga, Kota Pekalongan, Kudus, Semarang, Kota Tegal, Jepara, Sukoharjo, Kota Magelang dan Tegal. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 25,00 20,00 15,00 10,00 13,01 10,64 5,00 0,00 Kab/Kota Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.17 Posisi Relatif Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2017 II-Kondisi kemiskinan-16

Kota Salatiga Kota Magelang Kota Tegal Kota Pekalongan Kota Surakarta Kab. Kudus Kab. Sukoharjo Kab. Semarang Kota Semarang Kab. Batang Kab. Temanggung Kab. Purworejo Kab. Jepara Kab. Kendal Kab. Karanganyar Kab. Pekalongan Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Boyolali Kab. Wonogiri Kab. Sragen Kab. P a t i Kab. Tegal Kab. Demak Kab. Banjarnegara Kab. Magelang Kab. Wonosobo Kab. Klaten Kab. Purbalingga Kab. Grobogan Kab. Pemalang Kab. Kebumen Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. Brebes 9.550 10.630 20.110 22.510 54.890 64.450 76.690 79.660 80.860 81.450 86.770 98.650 98.980 106.070 106.780 111.580 111.880 115.190 116.390 123.040 124.010 141.730 141.800 152.620 156.830 157.150 159.160 164.990 171.880 180.950 225.000 233.450 238.320 283.250 343.460 2.2.2. Jumlah Penduduk Miskin Perkembangan jumlah penduduk miskin Kota Surakarta pada tahun 2013 hingga tahun 2017 terus mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2013 sebesar 59.700 jiwa sampai dengan tahun 2017 menurun menjadi sebesar 54.890 jiwa atau turun sebanyak 4.810 jiwa. 61.000 60.000 59.000 58.000 57.000 56.000 55.000 54.000 53.000 52.000 59.700 55.923 55.700 55.900 54.890 Kota Surakarta Sumber : BPS Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.18 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2013-2017 (jiwa) Sedangkan posisi relatif jumlah penduduk miskin Kota Surakarta tahun 2017 sebanyak 54.890 jiwa menempati posisi terendah ke 5 terendah dibandingkan dengan kabupaten/kota se Jawa Tengah, setelah Kota Salatiga, Kota Magelang, Kota Tegal dan Kota Pekalongan. 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 - Sumber : BPS Jawa Tengah, 2018 Gambar 2.19 Posisi Relatif Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2017 II-Kondisi kemiskinan-17

2.2.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Surakarta terjadi fluktuasi dan cenderung meningkat (semakin senjang) dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2013 sebesar 1,63 menurun menjadi 1,48 pada tahun 2014, pada tahun 2015 meningkat menjadi 1,74, kemudian pada tahun 2016 menurun kembali menjadi 1,34, dan pada tahun 2017 kembali naik menjadi 1,87. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. 2,60 2,40 2,374 2,440 2,370 2,20 2,087 2,214 2,00 1,89 1,97 1,87 1,80 1,75 1,74 1,83 1,60 1,40 1,63 1,48 1,74 1,34 1,20 1,00 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.20 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Surakarta Tahun 2013 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Surakarta pada tahun 2017 sebesar 1,87 berada di atas rata-rata Jawa Tengah (1,83) dan di bawah rata-rata Nasional (2,214). Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya se Jawa Tengah, Kota Surakarta menempati posisi ke-16 tertinggi setelah Wonosobo, Kebumen, Pemalang, banjarnegara, Rembang, Banyumas, Brebes, Purbalingga, Klaten, Purworejo, Demak, Grobogan, Cilacap, Boyolali dan Sragen. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. II-Kondisi kemiskinan-18

Kota Semarang Kota Salatiga Kota Pekalongan Kab. Sukoharjo Kab. Jepara Kab. Kudus Kab. Semarang Kab. Tegal Kota Magelang Kota Tegal Kab. P a t i Kab. Batang Kab. Blora Kab. Magelang Kab. Kendal Kab. Pekalongan Kab. Wonogiri Kab. Temanggung Kab. Karanganyar Kota Surakarta Kab. Sragen Kab. Boyolali Kab. Cilacap Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Purworejo Kab. Klaten Kab. Purbalingga Kab. Brebes Kab. Banyumas Kab. Rembang Kab. Banjarnegara Kab. Pemalang Kab. Kebumen Kab. Wonosobo 0,54 0,85 0,92 0,93 0,98 1,00 1,10 1,27 1,30 1,42 1,44 1,51 1,53 1,67 1,69 1,73 1,80 1,81 1,85 1,87 1,93 1,96 1,98 2,03 2,20 2,25 2,46 2,79 3,06 3,19 3,24 3,25 3,52 3,62 3,85 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 2,214 1,83 Kab/Kota Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.21 Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Surakarta Tahun 2017 2.2.4. Indeks Keparahan kemiskinan (P2) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) merupakan satuan indeks yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2013-2017) Kota Surakarta terjadi fluktuasi dan cenderung meningkat (semakin timpang), yaitu pada tahun 2013 sebesar 0,34 menurun menjadi 0,30 pada tahun 2014, selanjutnya pada tahun 2015 naik menjadi 0,40, kemudian menurun pada tahun 2016 menjadi 0,35, dan pada tahun 2017 kembali naik menjadi 0,44. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. II-Kondisi kemiskinan-19

Kota Semarang Kab. Sukoharjo Kota Pekalongan Kab. Kudus Kota Salatiga Kab. Jepara Kab. Semarang Kab. Tegal Kab. Magelang Kab. Blora Kab. Batang Kota Magelang Kab. P a t i Kab. Pekalongan Kota Tegal Kab. Kendal Kab. Cilacap Kab. Sragen Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Temanggung Kota Surakarta Kab. Boyolali Kab. Purworejo Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Klaten Kab. Purbalingga Kab. Brebes Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Rembang Kab. Kebumen Kab. Pemalang Kab. Wonosobo 0,12 0,17 0,2 0,21 0,21 0,22 0,25 0,27 0,31 0,31 0,31 0,32 0,35 0,36 0,38 0,39 0,42 0,42 0,43 0,43 0,43 0,44 0,53 0,54 0,56 0,59 0,61 0,68 0,78 0,84 0,85 0,89 0,99 1,00 1,1 0,70 0,65 0,60 0,55 0,50 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,65 0,63 0,59 0,573 0,51 0,54 0,48 0,44 0,48 0,44 0,44 0,40 0,34 0,35 0,30 Kota Surakarta Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.22 Grafik Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Surakarta Tahun 2013 2017 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 0,44 berada di bawah rata-rata Jawa Tengah (0,48) dan Nasional (0,573), serta menempati posisi ke-14 tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota se Jawa Tengah, setelah Wonosobo, Pemalang, Kebumen, Rembang, Banyumas, Banjarnegara, Brebes, Purbalingga, Klaten, Demak, Grobogan, Purworejo, dan Boyolali, secara rinci dapat dilihat pada Gambar berikut. 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,573 0,48 0,2 0 Kab/Kota Jawa Tengah Nasional Sumber : BPS Kota Surakarta, 2017 Gambar 2.23 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Surakarta Tahun 2017 II-Kondisi kemiskinan-20

2.2.5. Kinerja Persentase Penduduk Miskin Persentase penduduk miskin Kota Surakarta saat ini data yang tersedia dari Badan Pusat Statistik masih data tahun 2017 sebesar 10,65%. Data tahun 2017 dibandingkan target tahun 2018 sebesar 8,34% dengan kinerja sebesar 72,30% atau status perlu upaya keras, artinya persentase realisasi dibandingkan target dengan kinerja kurang dari atau sama dengan 75%. Tabel 2.3. Kinerja Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2018 Realisasi Target Kinerja 2018 2018 11,74 10,95 10,89 10,88 10,65 N/A 8,34 72,30 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Status Perlu upaya keras II-Kondisi kemiskinan-21