Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi Klaster Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
2018, No Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Penggunaan Dana Siap Pakai; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

PENANGGULANGAN BENCANA NON ALAM MENGHADAPI PENINGKATAN ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN ; Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI UNTUK TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN BERAS REGULER DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

EVALUASI PENANGANAN DARURAT BENCANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENYALURAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK PENANGANAN TANGGAP DARURAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

2012, No.76 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari Anggaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN MEKANISME PEMBERIAN BANTUAN PERBAIKAN DARURAT

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEDOMAN PENGELOLAAN GUDANG LOGISTIK DAN PERALATAN DALAM STATUS KEADAAN DARURAT BENCANA BAB I PENDAHULUAN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSIRIAU NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR TETAP SIAGA DARURAT BENCANA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2017

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2010 PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

Powered by TCPDF (

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

2016, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

Transkripsi:

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi Klaster Kesehatan Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN 2018

KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT KRISIS KESEHATAN Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan petunjuk-nya kepada kita semua sehingga Buku Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi Klaster kesehatan telah selesai disusun. Buku ini berisi berbagai petunjuk penggunaan Dana Siap Pakai pada status keadaan darurat bencana yang meliputi permohonan, penyaluran, pemanfaatan, dan pertanggungjawaban Dana Siap Pakai yang harus diterapkan oleh berbagai organisasi yang tergabung dalam klaster kesehatan baik di level pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Dengan diterapkannya berbagai prosedur yang ada dalam buku petunjuk teknis ini, diharapkan akan tercipta suatu kondisi dimana upaya kesehatan yang dilakukan selama ditetapkannya status keadaan darurat bencana, tidak lagi menjadi beban anggaran bagi klaster kesehatan. Semua ini akan bermuara pada meningkatnya mutu upaya kesehatan yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada masa darurat bencana. Kami menyadari bahwa isi buku petunjuk teknis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan demi perbaikan buku ini sangat kami harapkan. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Akhir kata, semoga buku petunjuk teknis ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh organisasi yang terlibat dalam upaya kesehatan pada keadaan darurat bencana. Kepala Pusat Krisis Kesehatan dr. Achmad Yurianto NIP 196203112014101001 Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan i

DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi.. ii Daftar Lampiran iii Bab 1. Pendahuluan.. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 3 C. Dasar Hukum 3 D. Pengertian dan Istilah 4 Bab 2. Kegiatan yang Dapat Dibiayai Dana Siap Pakai... 7 A. Status Siaga Darurat 7 B. Status Tanggap Darurat 9 C. Status Transisi Darurat ke Pemulihan. 10 Bab 3. Pengelola dan Pengguna Dana Siap Pakai. 12 Bab 4. Permohonan Dana Siap Pakai. 13 A. Permohonan Dana Siap Pakai oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota... 13 B. Permohonan Dana Siap Pakai oleh Kementerian/Lembaga... 14 Bab 5. Pelaksanaan Penyaluran Dana Siap Pakai.. 16 Bab 6. Penyelesaian Pertanggungjawaban Dana Siap Pakai. 18 Bab 7. Penutup.. 19 Lampiran. 20 Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan ii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Diagram Alur Penggunaan Dana Siap Pakai Klaster Kesehatan. 20 Provinsi/Kabupaten/Kota Lampiran 2 Diagram Alur Penggunaan Dana Siap Pakai Klaster Kesehatan Pusat 21 Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah tidak terbantahkan lagi bahwa di balik keindahan dan karunia besar yang bangsa Indonesia miliki dari letak geografis, kondisi iklim dan topografi, keberagaman demografi, kekayaan sumber daya alam serta perkembangan ilmu dan teknologi, terdapat potensi ancaman bencana baik itu berupa bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial. Selain faktor bahaya, tingginya indeks risiko bencana di berbagai wilayah di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor kerentanan yang tinggi dan kapasitas mengatasi dampak bencana yang rendah dari berbagai komponen bangsa ini. Semua kejadian bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan, antara lain akibat korban meninggal dunia, korban luka, sakit, pengungsi, lumpuhnya pelayanan kesehatan, wabah penyakit menular, buruknya kondisi sanitasi, gangguan jiwa, penurunan status gizi, permasalahan kesehatan reproduksi dan permasalahan kesehatan lainnya yang memerlukan upaya khusus agar tidak menimbulkan permasalahan kesehatan lebih lanjut. Agar dapat melaksanakan upaya khusus pada saat keadaan darurat bencana tersebut dengan sebaikbaiknya sesuai dengan standar teknis, maka klaster kesehatan selaku penanggungjawab dan penyelenggara upaya kesehatan pada saat keadaan darurat bencana diantaranya memerlukan dukungan pembiayaan. Dalam Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pada pasal 5 dinyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Salah satu tanggung jawab Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagaimana diamanatkan dalam pasal 6 undangundang yang sama adalah pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk Dana Siap Pakai. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana disebutkan bahwa Dana Siap Pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat berakhir. Pada pasal 17 Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa Dana Siap Pakai digunakan sesuai dengan kebutuhan tanggap darurat bencana yang salah satunya meliputi pengadaan barang dan/atau jasa untuk pelayanan kesehatan. Penggunaan Dana Siap Pakai, tata cara pemberian, pengelolaan dan Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 1

pertanggungjawaban penggunaannya diatur dalam peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB telah mengatur dengan rinci perihal Dana Siap Pakai dalam Peraturan BNPB nomor 02 tahun 2018 tentang Penggunaan Dana Siap Pakai. Peraturan ini merupakan revisi terakhir dari Peraturan Kepala (Perka) BNPB yang mengatur tentang Dana Siap Pakai. Awalnya, Dana Siap Pakai diatur dalam Perka BNPB nomor 6 tahun 2008, kemudian diubah dengan Perka nomor 11 tahun 2010 lalu diubah dengan Perka nomor 6.A tahun 2011. Dalam pasal 11 Peraturan BNPB nomor 02 tahun 2018 dinyatakan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat keadaan darurat meliputi siaga darurat, tanggap darurat dan transisi darurat ke pemulihan. Kegiatan penanganan darurat bencana yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai terbatas pada pengadaan barang/jasa yang salah satunya meliputi pelayanan kesehatan. Kemudian dalam pasal 26 Peraturan BNPB tersebut, dengan jelas tertulis bahwa pengguna Dana Siap Pakai diantaranya adalah BNPB, Kementerian/Lembaga, TNI/POLRI, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota serta lembaga/organisasi kemanusiaan. Unsur-unsur klaster kesehatan terdapat di Kementerian Kesehatan, TNI/POLRI, pemerintah daerah dan lembaga/organisasi kemanusiaan. Di sisi lain, ketika kepala daerah telah menerbitkan Surat Keputusan Status Keadaan Darurat Bencana maka dana BPJS tidak dapat digunakan untuk menjamin pembiayaan upaya kesehatan pada saat keadaan darurat bencana. Hal ini karena dalam salah satu klausul kebijakan penggunaan dana BPJS disebutkan bahwa dana BPJS tidak mengcover pembiayaan pelayanan kesehatan pada saat keadaan darurat bencana. Sebagai pelaksana upaya kesehatan pada saat keadaan darurat bencana, maka sudah sepatutnya klaster kesehatan mengetahui secara mendetil substansi dan penerapan peraturan BNPB tentang penggunaan Dana Siap Pakai ini. Permasalahan terjadi apabilla klaster kesehatan tidak memahami penerapan peraturan BNPB ini sehingga klaster kesehatan tidak dapat mengajukan pembiayaan upaya kesehatan pada saat keadaan darurat bencana. Berdasarkan hasil assessment yang dilakukan oleh Pusat Krisis Kesehatan sepanjang tahun 2015-2018, dari 133 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota target kinerja Pusat Krisis Kesehatan tahun 2015-2018, baru 65 Dinas Kesehatan atau 48,87% yang mengetahui mengenai Dana Siap Pakai. Pusat Krisis Kesehatan pun memiliki data bahwa biaya pelayanan kesehatan sebesar ± Rp 9,5 milyar, belum terbayarkan dari pengajuan pembiayaan upaya kesehatan pada empat kejadian bencana (erupsi Gunung Sinabung, banjir bandang Bima, gempa bumi Pidie Jaya dan erupsi Gunung Agung). Ketika peraturan BNPB tidak dipahami dengan baik maka hal ini akan berimplikasi kepada tidak diterimanya pengajuan pembiayaan upaya kesehatan karena berbagai Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 2

penyebab seperti kesalahan prosedur pengajuan, terlambat dalam mengajukan, kurangnya persyaratan dokumen administratif pendukung dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, kami menilai bahwa klaster kesehatan memerlukan suatu petunjuk teknis yang dapat dijadikan acuan dalam permohonan Dana Siap Pakai, menerima dan menyalurkan Dana Siap Pakai, serta menggunakan dan mempertanggungjawabkan Dana Siap Pakai. B. Maksud dan Tujuan Buku petunjuk teknis ini disusun dengan maksud untuk memberikan landasan dan pedoman bagi berbagai organisasi yang tergabung dalam klaster kesehatan baik di level pusat, provinsi maupun kabupaten/kota agar dapat mengajukan permohonan Dana Siap Pakai, menerima dan menyalurkan Dana Siap Pakai, serta menggunakan dan mempertanggungjawabkan Dana Siap Pakai yang mengacu kepada Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 tahun 2018. Sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu upaya kesehatan yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada masa darurat bencana. C. Dasar Hukum Dasar hukum dalam penyusunan Buku Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi Klaster kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; 4. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 173 Tahun 2014 tentang Klaster Nasional Penanggulangan Bencana; 5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 03 Tahun 2016 tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana; 6. Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2018 tentang Penggunaan Dana Siap Pakai; 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.05/2013 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Penanggulangan Bencana; Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 3

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga. D. Pengertian dan Istilah Dalam petunjuk teknis ini akan dijumpai istilah-istilah yang memiliki pengertian tertentu menyangkut aspek teknis maupun aspek administrasi keuangan, oleh karena itu perlu dijabarkan lebih lanjut berkaitan dengan istilah-istilah yang dimaksud, yaitu : 1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis; 2. Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang memerlukan tindakan penanganan segera dan memadai; 3. Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana terdiri atas Siaga Darurat, Tanggap Darurat, dan Transisi Darurat ke Pemulihan; 4. Status Siaga Darurat adalah keadaan ketika potensi ancaman bencana sudah mengarah pada terjadinya bencana yang ditandai dengan adanya informasi peningkatan ancaman berdasarkan sistem peringatan dini yang diberlakukan dan pertimbangan dampak yang akan terjadi di masyarakat; 5. Status Tanggap Darurat adalah keadaan ketika ancaman bencana terjadi dan telah mengganggu kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat; 6. Status Transisi Darurat ke Pemulihan adalah keadaan ketika ancaman bencana yang terjadi cenderung menurun eskalasinya dan/atau telah berakhir, sedangkan gangguan kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat masih tetap berlangsung; 7. Penanganan Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada keadaan darurat bencana untuk mengendalikan ancaman/penyebab bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan; 8. Bantuan Penanganan Darurat Bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk mengendalikan ancaman bencana dan menanggulangi dampak pada keadaan darurat bencana; Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 4

9. Klaster adalah pengelompokan para pelaku yang memiliki kompetensi sama dari pemerintah atau pemerintah daerah, lembaga nonpemerintah, sektor swasta/lembaga usaha, dan kelompok masyarakat dalam upaya penanganan darurat bencana, dipimpin oleh koordinator yang berasal dari instansi/lembaga yang memiliki kewenangan teknis 10. Dana Siap Pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat keadaan darurat bencana sampai dengan batas waktu keadaan darurat bencana berakhir; 11. Penggunaan Dana Siap Pakai adalah pengelolaan, pemanfaatan, dan pertanggungjawaban Dana Siap Pakai pada status keadaan darurat bencana; 12. Kegiatan Pendukung Operasi Penanganan Darurat Bencana adalah kegiatan yang dapat memperlancar proses pelaksanaan pada status keadaan darurat bencana; 13. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 14. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah (gubernur dan bupati/wali kota) sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom dan dibantu oleh Perangkat Daerah; 15. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat BNPB adalah Lembaga pemerintah nondepartemen setingkat menteri yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 16. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah; 17. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada kementerian negara/lembaga bersangkutan; 18. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada kementerian negara/lembaga; 19. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 5

20. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disingkat BPP adalah bendahara yang bertugas membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu; 21. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving) yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran; 22. Uang Lelah adalah uang yang diberikan kepada petugas sebagai imbalan setelah menyelesaikan suatu kegiatan penanganan darurat bencana yang ditetapkan oleh BNPB; 23. Petugas adalah setiap orang yang diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan penanganan darurat bencana pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan berdasarkan surat tugas dari pejabat yang berwenang. Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 6

BAB II KEGIATAN YANG DAPAT DIBIAYAI DANA SIAP PAKAI Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat keadaan darurat meliputi serangkaian kegiatan yang dilakukan pada status siaga darurat, tanggap darurat dan transisi darurat ke pemulihan untuk mengendalikan ancaman/penyebab bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan. Kegiatan penanganan darurat bencana oleh klaster kesehatan yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai terbatas pada pengadaan barang/jasa yang diantaranya meliputi pertolongan darurat, pelayanan kesehatan, kebutuhan air bersih, sanitasi dan higiene. Dana Siap Pakai dapat pula dipergunakan untuk membiayai kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana yang meliputi aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana bidang kesehatan; pembersihan pada fasilitas pelayanan kesehatan dan prasarana kesehatan lainnya; perbaikan darurat pada fasilitas pelayanan kesehatan; ketatausahaan dan komunikasi. Selain itu, Dana Siap Pakai juga dapat digunakan untuk pembiayaan kegiatan pendampingan, monitoring, evaluasi dan pelaporan serta kajian tertentu dampak bencana. Selain untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sudah disebutkan di atas, Dana Siap Pakai dapat pula digunakan untuk membiayai transport lokal, uang makan/pengadaan bahan makanan, penginapan, dan uang lelah serta perjalanan dinas luar daerah ke lokasi terancam/terdampak dan tempat pengungsian untuk petugas. A. Status Siaga Darurat Kegiatan klaster kesehatan yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai pada saat status siaga darurat ditetapkan, secara garis besar meliputi kegiatan penanganan darurat bencana dan kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana. 1. Kegiatan Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan Kegiatan penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada status siaga darurat bencana meliputi pertolongan darurat; pelayanan air bersih, sanitasi dan higiene; pelayanan kesehatan. Kegiatan pertolongan darurat yang dimaksud adalah kegiatan kaji cepat siaga darurat bencana bidang kesehatan. Kegiatan pelayanan air bersih, sanitasi dan higiene yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada status siaga darurat meliputi : 1. Pengawasan kualitas air bersih; 2. Pengadaan logistik untuk kebersihan diri; Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 7

3. Pengadaan peralatan dan bahan untuk sanitasi lingkungan; 4. Sewa kendaraan angkutan, dan bahan bakar. Sedangkan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada status siaga darurat meliputi : 1. Pengadaan perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan peralatan kesehatan, mencakup pembelian obat dan bahan habis pakai, vaksin, reagen, alat kesehatan untuk pelayanan kedaruratan, alat pelindung diri, alat dan bahan dekontaminasi, alat dan bahan kontrasepsi; 2. Pelayanan pengobatan pada kedaruratan, mencakup biaya rawat jalan, rawat inap, konseling, pemeriksaan laboratorium, rujukan, dan pelayanan kesehatan jiwa; 3. Operasional surveilans dan pengendalian vektor penyakit, mencakup biaya pemantauan status gizi, surveilans gizi, surveilans penyakit potensial wabah, pengadaan bahan dan alat pengendalian vektor penyakit menular, biaya operasional pengendalian vektor, pengawasan kualitas air, tanah, dan udara; 4. Biaya isolasi dan karantina terbatas; 5. Biaya tenaga ahli/profesional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai standar biaya masukan; 6. Biaya sewa kendaraan untuk operasional, peralatan dan pembelian bahan bakar. 2. Kegiatan Pendukung Operasi Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan Kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada status siaga darurat bencana meliputi aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana bidang kesehatan; melaksanakan ketatausahaan; melaksanakan komunikasi. Kegiatan aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana bidang kesehatan yang dimaksud di atas meliputi : 1. Operasional pos komando klaster kesehatan (meliputi konsumsi rapat, bahan bakar, sewa rumah/ruangan, sewa gudang/bangunan untuk pos dan gudang sementara, pengadaan perlengkapan display informasi, pembelian atau sewa sarana pengelolaan data dan informasi, serta sewa kendaraan angkutan); 2. Monitoring dan evaluasi kegiatan klaster kesehatan (mencakup biaya sewa kendaraan angkutan, bahan bakar dan konsumsi rapat); 3. Tenaga ahli/profesional di bidang kesehatan (mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai standar biaya masukan). Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 8

Kegiatan ketatausahaan yang dilakukan oleh klaster kesehatan sebagai pendukung operasi penanganan darurat bencana dan dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai meliputi biaya alat tulis kantor dan perlengkapan komputer, dokumentasi, dan penggandaan dokumen. Sedangkan biaya kegiatan komunikasi yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai meliputi biaya pulsa, berlangganan telepon, faksimili, dan paket data. B. Status Tanggap Darurat Kegiatan klaster kesehatan yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai pada saat status tanggap darurat ditetapkan, secara garis besar juga meliputi kegiatan penanganan darurat bencana dan kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana. 1. Kegiatan Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan Kegiatan penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada status tanggap darurat bencana juga meliputi pertolongan darurat; pelayanan air bersih, sanitasi dan higiene; pelayanan kesehatan. Namun, detil kegiatan pertolongan darurat yang dilakukan pada status tanggap darurat berbeda dengan kegiatan pertolongan darurat pada status siaga darurat. Kegiatan pertolongan darurat yang dimaksud pada status tanggap darurat meliputi : 1. Pendirian pos kesehatan; 2. Pengadaan perbekalan kesehatan (mencakup sediaan farmasi dan peralatan kesehatan, pembelian obat dan bahan habis pakai, alat kesehatan untuk pelayanan kedaruratan, alat dan bahan dekontaminasi, perlengkapan triase dan alat pelindung diri). Perbekalan kesehatan yang dimaksud disini adalah perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan yang bersifat kegawatdaruratan; 3. Penyediaan sarana penunjang (mencakup pengadaan sarana penerangan untuk pos kesehatan, genset, sewa angkutan dan bahan bakar); 4. Operasional identifikasi korban meninggal massal (Disaster Victim Identification/DVI); Kegiatan pelayanan air bersih, sanitasi dan higiene serta pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada status tanggap darurat meliputi kegiatan-kegiatan yang sama persis seperti kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada status siaga darurat. 2. Kegiatan Pendukung Operasi Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan Kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada status tanggap darurat bencana meliputi aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana bidang kesehatan; melakukan pembersihan pada fasilitas Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 9

pelayanan kesehatan dan prasarana kesehatan lainnya; melakukan perbaikan darurat pada fasilitas pelayanan kesehatan; melaksanakan ketatausahaan; melaksanakan komunikasi. Kegiatan aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana bidang kesehatan, kegiatan ketatausahaan dan komunikasi yang dilakukan pada status siaga darurat bencana juga dilakukan dengan rincian kegiatan yang sama pada status tanggap darurat bencana. Kegiatan pembersihan pada fasilitas pelayanan kesehatan bertujuan agar fungsi pelayanan kesehatan tidak terganggu. Sedangkan pembersihan prasarana kesehatan lainnya seperti kantor dinas kesehatan, gudang farmasi, dan prasarana lainnya bertujuan agar klaster kesehatan dapat menjalankan fungsinya secara optimal pada kondisi tanggap darurat bencana dengan memanfaatkan prasarana tersebut. Kegiatan pembersihan dapat berupa : 1. Pengadaan sarana, mencakup biaya pengadaan alat pelindung diri, sewa alat berat, sewa truk sampah, pengadaan gerobak sampah, pengadaan bahan bakar, pengadaan alat dan bahan kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta kantong sampah; 2. Penanganan limbah medis dan bahan berbahaya dan beracun, mencakup pengadaan alat pelindung diri, pengadaan atau sewa peralatan penanganan limbah medis dan bahan berbahaya, biaya operasional dekontaminasi, pengadaan logistik operasional penanganan limbah medis dan bahan berbahaya; 3. Tenaga ahli/profesional (mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai standar biaya masukan). Kegiatan perbaikan darurat pada fasilitas pelayanan kesehatan bertujuan agar fungsi pelayanan kesehatan tidak terganggu dan dapat berjalan sesuai standar pelayanan minimal yang berlaku. Kegiatan perbaikan darurat dapat berupa : 1. Perbaikan alat kesehatan yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan laboratorium dan rujukan; 2. Perbaikan sarana dan prasarana pada fasilitas pelayanan kesehatan sehingga dapat digunakan untuk mendukung berfungsinya pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal; 3. Tenaga ahli/profesional (mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai standar biaya masukan). C. Status Transisi Darurat ke Pemulihan Kegiatan klaster kesehatan yang dapat dibiayai dengan Dana Siap Pakai pada saat status transisi darurat ke pemulihan ditetapkan, secara garis besar juga dikelompokkan dalam kegiatan penanganan darurat bencana dan kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana. Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 10

1. Kegiatan Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan Kegiatan penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada status transisi darurat ke pemulihan meliputi pertolongan darurat lanjutan yang belum dapat diselesaikan pada masa tanggap darurat; melanjutkan pelayanan air bersih, sanitasi dan higiene; melanjutkan pelayanan kesehatan. Karena bersifat lanjutan dari status tanggap darurat, maka jenis kegiatan yang dilakukan pada status transisi darurat pun sama dengan kegiatan-kegiatan pada status tanggap darurat. Selain kegiatan-kegiatan yang bersifat lanjutan, pada status transisi darurat ke pemulihan ditetapkan, klaster kesehatan mulai melakukan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan pasca bencana untuk bidang kesehatan. 2. Kegiatan Pendukung Operasi Penanganan Darurat Bencana Bidang Kesehatan Kegiatan pendukung operasi penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada status transisi darurat ke pemulihan meliputi aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana bidang kesehatan; melakukan pembersihan lanjutan pada fasilitas pelayanan kesehatan dan prasarana kesehatan lainnya; melakukan perbaikan darurat lanjutan; melaksanakan ketatausahaan; melaksanakan komunikasi. Karena bersifat lanjutan dari status tanggap darurat, maka jenis kegiatan pendukung operasi penanganan darurat yang dilakukan pada status transisi darurat pun sama dengan kegiatan-kegiatan pada status tanggap darurat. Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 11

BAB III PENGELOLA DAN PENGGUNA DANA SIAP PAKAI Peraturan BNPB nomor 02 tahun 2018 menyebutkan bahwa pengelola Dana Siap Pakai terdiri atas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) yang ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) BNPB. PPK dan BPP yang dimaksud disini merupakan pejabat/pegawai yang berasal dari BPBD provinsi/kabupaten/kota dan/atau kementerian/ lembaga. Peraturan BNPB nomor 02 tahun 2018 menyebutkan lebih lanjut bahwa pengguna Dana Siap Pakai dapat berasal dari BNPB, kementerian/lembaga, TNI/POLRI, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota dan lembaga/organisasi kemanusiaan. Jika dilihat dari pendekatan klaster, anggota klaster kesehatan di level pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, dapat berasal dari pemerintah, swasta maupun masyarakat. Semua pihak yang terlibat sebagai pelaksana upaya kesehatan pada operasi penanganan darurat bencana dan tergabung dalam klaster kesehatan dapat menjadi pengguna Dana Siap Pakai. Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 12

BAB IV PERMOHONAN DANA SIAP PAKAI A. Permohonan Bantuan Dana Siap Pakai oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota Permohonan bantuan Dana Siap Pakai oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota diajukan kepada Kepala BNPB melalui surat permohonan yang ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota. Surat permohonan ini harus diajukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak ditetapkannya Status Keadaan Darurat Bencana dengan menyertakan dokumen persyaratan berupa rencana kegiatan yang memuat batas waktu penyelesaian kegiatan, rincian kebutuhan anggaran biaya dan pengkajian teknis usulan kegiatan dari instansi/lembaga teknis berwenang. BPBD selaku koordinator klaster-klaster dalam penanggulangan bencana menghimpun dokumen persyaratan ini dari setiap koordinator klaster termasuk dari Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota selaku koordinator klaster kesehatan. Sebelum menyerahkan dokumen persyaratan permohonan bantuan Dana Siap Pakai kepada BPBD provinsi/kabupaten/kota, Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota sebagai koordinator klaster kesehatan mengumpulkan rencana kegiatan dan rincian kebutuhan anggaran biaya dari tiap sub-sub klaster kesehatan yang membutuhkan bantuan Dana Siap Pakai serta hasil kaji teknis rencana kegiatan dari instansi/lembaga teknis berwenang dalam hal ini Kementerian Kesehatan. Ketentuan yang perlu diperhatikan oleh koordinator klaster kesehatan terkait penyerahan dokumen persyaratan permohonan bantuan Dana Siap Pakai adalah : 1. Dokumen yang diminta adalah rincian kebutuhan anggaran biaya (RAB) yang berisi perkiraan biaya yang dibutuhkan oleh klaster kesehatan di provinsi/kabupaten/kota untuk melaksanakan upaya kesehatan pada status keadaan darurat bencana masih diberlakukan, bukan rincian pengeluaran biaya dari kegiatan yang sudah dilakukan atau klaim; 2. Penyerahan dokumen tersebut harus sudah dilakukan sebelum disampaikannya permohonan bantuan Dana Siap Pakai oleh gubernur/bupati/walikota kepada Kepala BNPB. Agar tidak terlambat dalam menyerahkan dokumen persyaratan permohonan bantuan Dana Siap Pakai kepada BPBD, maka semua dokumen persyaratan sebaiknya dibuat bersamaan dengan pembuatan rencana operasi penanggulangan bencana bidang kesehatan. Setelah rencana kegiatan dan rincian kebutuhan anggaran biaya tersusun, maka secepatnya dokumen tersebut disampaikan kepada Kementerian Kesehatan untuk dikaji. Hasil kajian/verifikasi dari Kementerian Kesehatan kemudian disertakan bersama rencana kegiatan dan rincian kebutuhan anggaran biaya untuk diserahkan kepada BPBD. Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 13

Untuk lebih memudahkan dalam memahami alur pengajuan permohonan bantuan Dana Siap Pakai dari Klaster Kesehatan di daerah kepada BPBD, perhatikan bagan alur di bawah ini : Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana oleh kepala daerah/negara Penyusunan Rencana Operasi Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan Menyusun rencana kegiatan dan RAB Mengirim rencana kegiatan dan RAB kepada Kemenkes untuk dikaji Menyerahkan rencana kegiatan, RAB dan hasil kaji teknis kepada BPBD Untuk kejadian bencana yang berdampak pada lebih dari satu kabupaten/kota di suatu provinsi maka terdapat dua alternatif alur pengajuan permohonan Dana Siap Pakai oleh kabupaten/kota tersebut yaitu : 1. Setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan permohonan Dana Siap Pakai kepada Kepala BNPB melalui BPBD masing-masing kabupaten/kota; atau 2. Dinas Kesehatan Provinsi mengumpulkan permohonan Dana Siap Pakai dari tiap kabupaten/kota terdampak untuk kemudian meneruskan permohonan tersebut kepada Kepala BNPB melalui BPBD provinsi menggunakan prosedur yang sama seperti pengajuan permohonan Dana Siap Pakai oleh klaster kesehatan provinsi. B. Permohonan Bantuan Dana Siap Pakai oleh Kementerian/Lembaga Permohonan bantuan Dana Siap Pakai oleh kementerian/lembaga yang tergabung dalam klaster kesehatan nasional diajukan kepada Kepala BNPB melalui surat permohonan yang Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 14

ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal atau pejabat setingkat eselon I di Kementerian Kesehatan. Surat permohonan ini dapat diajukan selama status keadaan darurat bencana masih berlaku dengan menyertakan dokumen persyaratan berupa rencana kegiatan yang memuat batas waktu penyelesaian kegiatan, rincian kebutuhan anggaran biaya dan pengkajian teknis usulan kegiatan dari unit teknis berwenang. Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan selaku koordinator klaster kesehatan nasional menghimpun dokumen persyaratan ini dari tiap koordinator sub-sub klaster kesehatan nasional. Ketentuan yang perlu diperhatikan oleh Kementerian Kesehatan terkait penyerahan dokumen persyaratan permohonan bantuan Dana Siap Pakai adalah : 1. Dokumen yang diminta adalah rincian kebutuhan anggaran biaya (RAB) yang berisi perkiraan biaya yang dibutuhkan oleh klaster kesehatan nasional untuk melaksanakan upaya kesehatan pada status keadaan darurat bencana masih diberlakukan, bukan rincian pengeluaran biaya dari kegiatan yang sudah dilakukan atau klaim; 2. Penyerahan dokumen tersebut harus sudah dilakukan selama status keadaan darurat bencana masih berlaku. Untuk lebih memudahkan dalam memahami alur pengajuan permohonan bantuan Dana Siap Pakai dari Klaster Kesehatan nasional kepada BNPB, perhatikan bagan alur di bawah ini : Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana oleh kepala daerah/negara Penyusunan Rencana Operasi Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan Menyusun rencana kegiatan dan RAB Menyusun kajian teknis terhadap rencana kegiatan dan RAB Menyerahkan rencana kegiatan, RAB dan hasil kaji teknis kepada BNPB Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 15

BAB V PELAKSANAAN PENYALURAN DANA SIAP PAKAI Terhadap permohonan bantuan Dana Siap Pakai yang diajukan kepada BNPB, dilakukan verifikasi oleh unit-unit teknis di BNPB terhadap permohonan tersebut. Berdasarkan hasil verifikasi, Kepala BNPB membuat persetujuan terhadap permohonan bantuan Dana Siap Pakai. Selanjutnya, Dana Siap Pakai dapat disalurkan ke pengguna melalui pengelola setelah mendapat persetujuan dari Kepala BNPB. Dinas Kesehatan selaku koordinator klaster ksehatan di daerah harus memantau secara intens persetujuan permohonan bantuan Dana Siap Pakai dengan menanyakan hal tersebut kepada BPBD. Demikian pula permohonan bantuan Dana Siap Pakai oleh kementerian/lembaga, harus selalu ditanyakan persetujuannya kepada BNPB. Pengelola Dana Siap Pakai melaksanakan penyaluran melalui rekening khusus Dana Siap Pakai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai mekanisme pelaksanaan anggaran penanggulangan bencana. KPA BNPB memerintahkan bendahara pengeluaran untuk memindahbukukan sejumlah dana UP (Uang Persediaan) dari rekening bendahara pengeluaran ke rekening BPP (Bendahara Pembantu Pengeluaran) pengelola pada unit kerja di BPBD (jika permohonan bantuan Dana Siap Pakai berasal dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota) atau kementerian/lembaga terkait (jika permohonan bantuan Dana Siap Pakai berasal dari kementerian/lembaga). Selanjutnya, BPBD mendistribusikan Dana Siap Pakai kepada klaster-klaster penanggulangan bencana yang berada di bawah koordinasinya (termasuk kepada klaster kesehatan) sesuai dengan RAB yang dibuat dan diajukan oleh tiap-tiap klaster. Kemudian tiap koordinator klaster mendistribusikan Dana Siap Pakai kepada setiap sub-subklaster di bawahnya sesuai dengan RAB yang dibuat dan diajukan oleh setiap sub-subklaster. Begitu pula halnya di tingkat nasional, kementerian/lembaga selaku koordinator klaster di tingkat nasional selanjutnya mendistribusikan Dana Siap Pakai kepada sub-subklaster yang berada di bawah koordinasinya sesuai dengan RAB yang dibuat dan diajukan oleh tiap-tiap sub-subklaster. Apabila anggaran Dana Siap Pakai baru tersedia setelah masa keadaan darurat bencana selesai maka pembayaran kegiatan yang dilakukan pada masa Status Keadaan Darurat Bencana dapat dilaksanakan. Untuk lebih memudahkan dalam memahami alur penyaluran Dana Siap Pakai dari BNPB kepada klaster kesehatan, perhatikan bagan alur di bawah ini : Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 16

Persetujuan Kepala BNPB terhadap permohonan bantuan DSP Bendahara Pengeluaran BNPB memindahbukukan DSP BPP di BPBD menerima DSP melalui rekening khusus DSP BPP di K/L menerima DSP melalui rekening khusus DSP BPBD mendistribusikan DSP kepada klasterklaster sesuai RAB Koordinator klaster mendistribusikan DSP kepada sub-subklaster sesuai RAB Koordinator klaster mendistribusikan DSP kepada sub-subklaster sesuai RAB Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 17

BAB VI PENYELESAIAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA SIAP PAKAI Pertanggungjawaban administrasi penggunaan Dana Siap Pakai harus diselesaikan oleh pengguna paling lambat 3 (tiga) bulan setelah masa status keadaan darurat bencana berakhir. Koordinator klaster kesehatan di level provinsi maupun kabupaten/kota harus menyerahkan kepada BPBD dokumen-dokumen pertanggungjawaban sebagai berikut yang disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan : 1. Rekapitulasi penggunaan Dana Siap Pakai; 2. Laporan pertanggungjawaban keuangan; 3. Bukti penyaluran bantuan yang diketahui oleh pejabat setempat; 4. Bukti transaksi pengadaan peralatan dan logistik; 5. Bukti sewa kendaraan pengiriman bantuan termasuk personil; 6. Bukti pengepakan dan pengiriman bantuan ke lokasi bencana; 7. Surat keputusan penunjukan penyedia barang/jasa; 8. Perjanjian kontrak untuk pengadaan barang/jasa /Surat Perintah Kerja (SPK) ; 9. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan barang/ jasa; 10. Berita acara serah terima/berita acara penyelesaian pekerjaan; 11. Bukti setor pajak; 12. Laporan pelaksanaan kegiatan; 13. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan (notulensi, foto kegiatan berdasarkan tingkat kemajuan fisik). Sedangkan koordinator klaster kesehatan di level pusat selain menyerahkan dokumendokumen yang sudah disebutkan di atas, juga harus menyerahkan kepada BNPB dokumen-dokumen pertanggungjawaban tambahan sebagai berikut : 1. Surat keputusan penetapan status keadaan darurat bencana; 2. Kuitansi dan berita acara penyerahan bantuan; 3. Perjanjian kerja sama; 4. Surat penunjukkan pengelola DSP; 5. Rencana anggaran biaya disetujui oleh BNPB; dan 6. Laporan hasil pendampingan instansi/unit kerja bidang pengawasan. Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 18

BAB VII PENUTUP Buku Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Siap Pakai Bagi Klaster kesehatan merupakan acuan bagi berbagai organisasi yang tergabung dalam klaster kesehatan baik di level pusat, provinsi maupun kabupaten/kota dalam rangka mengajukan permohonan Dana Siap Pakai, menerima dan menyalurkan Dana Siap Pakai, serta menggunakan dan mempertanggungjawabkan Dana Siap Pakai yang mengacu kepada Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 tahun 2018. Dengan diterapkannya berbagai prosedur yang ada dalam buku petunjuk teknis ini, diharapkan akan tercipta suatu kondisi dimana upaya kesehatan yang dilakukan selama ditetapkannya status keadaan darurat bencana, tidak lagi menjadi beban anggaran bagi klaster kesehatan. Semua ini akan bermuara pada meningkatnya mutu upaya kesehatan yang dilakukan oleh klaster kesehatan pada masa darurat bencana. Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 19

Lampiran 1 Diagram Alur Penggunaan Dana Siap Pakai Klaster Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana oleh kepala daerah/negara Penyusunan rencana operasi penanggulangan bencana bidang kesehatan Penyusunan rencana kegiatan dan RAB Pengkajian oleh Kementerian Kesehatan TIDAK YA Menyerahkan rencana kegiatan, RAB dan hasil kaji teknis kepada BPBD BPBD memperbaiki permohonan bantuan DSP BPBD menyerahkan permohonan bantuan DSP kepada BNPB TIDAK Pengkajian dan persetujuan BNPB YA BPBD menerima DSP dan mendistribusikan kepada klaster kesehatan Pemanfaatan DSP oleh klaster kesehatan dan penyelesaian pertanggungjawaban Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 20

Lampiran 2 Diagram Alur Penggunaan Dana Siap Pakai Klaster Kesehatan Pusat Penetapan Status Keadaan Darurat Bencana oleh kepala daerah/negara Penyusunan rencana operasi penanggulangan bencana bidang kesehatan Penyusunan rencana kegiatan, RAB dan kajian teknis Menyerahkan rencana kegiatan, RAB dan hasil kaji teknis kepada BNPB TIDAK Pengkajian dan persetujuan BNPB YA Kemenkes menerima DSP dan mendistribusikan kepada sub-subklaster Pemanfaatan DSP oleh klaster kesehatan dan penyelesaian pertanggungjawaban Petunjuk Teknis Penggunaan DSP Bagi Klaster Kesehatan 21