BAB 1 PENDAHULUAN. kasus. 6 Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit tidak menular

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

Definisi Diabetes Melitus

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik yang mengalamipeningkatan prevalensi setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berumur 30 tahun (Riskesdas 2013) , dengan usia 15 tahun sebanyak 6,9 %, data Rikesdas 2013

Transkripsi:

kasus. 6 Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu gangguan metabolik terdiri dari gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta terdapat keadaan hiperglikemia (gula darah sewaktu 200 mg/dl atau gula darah puasa 126 mg/dl atau glukosa darah 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa yang diencerkan 200 mg/dl). Karakteristik gejala yang ditimbulkan oleh penyakit DM ialah polidipsia atau rasa haus yang berlebihan, poliuria yakni ekskresi urin dalam 24 jam lebih dari 2800 ml, penurunan berat badan, polifagia yakni sering merasa lapar dan penurunan fungsi penglihatan yang terkadang dapat ditemukan. 1,2 Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu non-communicable disease yang saat ini menjadi perhatian dunia karena tahun 2014 diperkirakan terdapat 422 juta jiwa penduduk dunia berusia lebih dari 18 tahun yang menderita DM. Sejak tahun 1980 hingga 2014, penderita DM telah mengalami kenaikan yang cukup besar yakni sebanyak 4 kali atau berjumlah 108 juta jiwa dan penderitanya didominasi oleh penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Asia Tenggara yakni 8,6% dari jumlah penderita DM diseluruh dunia. 3 Penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 sebanyak 6,9% dari 176.689.336 penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun keatas. Penderita DM di Sumatera Barat berjumlah 1,8 % dari 3.427.772 penduduknya yang berusia lebih dari 14 tahun, dimana 1,3% nya adalah penduduk yang telah terdiagnosa oleh dokter menderita DM sedangkan 0,5% belum terdiagnosa oleh dokter namun memiliki karakteristik gejala DM. 4 Tipe diabetes melitus (DM) yang sangat banyak kasusnya di era ini adalah DM tipe 2. DM tipe ini mengalami kenaikan prevalensi dibanding DM tipe lain. 5 Hal ini juga didukung oleh penelitian Ozougwu tahun 2013 yang menyatakan pada saat ini DM tipe 2 mendominasi dari seluruh kasus DM di dunia sebanyak 90% insulin akibat penurunan jumlah sel β serta terjadinya resistensi pada reseptor Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

usus. 5 Gangguan sekresi dan fungsi hormon insulin yang terjadi pada penderita insulin seperti otot dan hepar, selain itu adanya gangguan organ lain seperti otak yang mengalami penurunan ambilan glukosa juga dapat meningkatkan nafsu makan untuk kompensasi kekurangan bahan metabolisme serta peningkatan abnormal enzim dipeptidyl peptidase-4 di usus juga dapat mengurangi absorbsi glukosa dari dapat menyebabkan gejala seperti poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, polifagia dan penurunan fungsi penglihatan. 2 Gejala-gejala tersebut dapat menyebabkan terganggunya kualitas tidur pada pasien DM. 7 Tidur menurut Hess, seorang ahli fisiologis asal Jerman adalah upaya tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi yang telah digunakan ketika beraktivitas di siang hari. 8 Penelitian yang dilakukan Dewi pada tahun 2011 pada 36 pasien DM di puskesmas Medan Johor, terdapat 72,2% responden yang mengalami gangguan tidur dimana pasien sering terbangun dimalam hari sebanyak 3-4 kali, waktu untuk memulai tidur lebih dari 60 menit dan waktu tidur kurang dari 5 jam. Faktor yang menyebabkan gangguan tidur tersebut terdiri dari faktor fisik, psikososial dan lingkungan. Faktor psikososial seperti stres dapat menyebabkan gangguan tidur, faktor lingkungan seperti ruangan yang tidak nyaman, suhu ruangan yang terlalu panas atau terlalu dingin, lalu kondisi ruangan yang bau juga dapat menganggu kualitas tidur. Namun dari keseluruhan faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pasien DM tipe 2, faktor fisik umumnya lebih banyak dirasakan pasien DM tipe 2 dibanding faktor lain. Faktor fisik terdiri dari polidipsia (33,3%), nokturia (22,2%), nyeri (22,2%) serta kram dan kesemutan (16,7%). 7 Penyakit lain juga dapat menganggu kualitas tidur dan dapat menjadi komorbid bagi penderita DM tipe 2 seperti gagal jantung kongestif, penyakit ginjal kronik, bronkopneumonia dan tuberkulosis paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Satriawibawa dan Saraswati mengenai prevalensi komplikasi kronik pasien DM tipe 2 di poliklinik penyakit dalam RSUP Sanglah, bahwa terdapat 28 kasus DM dengan penyakit ginjal kronik, DM dengan pneumonia sebanyak 18 kasus, DM dengan gagal jantung 12 kasus serta DM dengan tuberkulosis paru 7 kasus. 9 Penelitian yang dilakukan Iliescu, et al, penderita penyakit ginjal kronik dapat mengalami gangguan kualitas tidur terutama pada penyakit gagal ginjal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

buruk. 12 Gejala diabetes melitus (DM) seperti poliuria dapat menimbulkan nokturia kronik tahap 4 dan 5, pada tahap ini rata-rata nilai pittsburgh sleep quality index 5 adalah 7,02 dan 6,9. 10 Gangguan tidur juga dapat terjadi pada penderita DM tipe 2 yang disertai dengan gagal jantung kongestif. Penyakit gagal jantung kongestif seringkali menimbulkan gangguan bernafas berupa sleep apnea selama tidur sehingga dapat menganggu kualitas tidur. 11 Penyakit lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur adalah bronkopneumonia dan tuberkulosis karena berkaitan dengan gangguan bernafas disamping itu tuberkulosis paru merupakan penyakit kronik dimana berdasarkan penelitian Caliskan, et al, sebanyak 49 pasien tuberkulosis paru menjadi partisipan dalam penelitian, didapatkan 42,9% pasien memiliki nilai pittsburgh sleep quality index 5 yang menandakan kualitas tidur atau nokturnal poliuria berupa berkemih sebanyak 2 kali atau lebih dimalam hari sehingga menyebabkan penderitanya sering terbangun. Akibat terlalu sering berkemih menyebabkan banyak cairan yang keluar dari tubuh dan penderita merasa haus, sehingga sering pula terbangun untuk memenuhi kebutuhan cairan. 7 Selain itu, gejala DM yang lain juga dapat menganggu kualitas tidur seperti restless legs syndrome atau sindrom kaki gelisah, suatu keadaan dimana terdapat gangguan saraf sensorik dan motorik pada ekstremitas bawah dan menimbulkan sensasi nyeri ketika ekstremitas tersebut tidak digerakkan, apabila ekstremitas bawah digerakkan maka sensasi ini dapat berkurang. Gejala ini akan bertambah di malam hari, oleh karena itu gejala restless legs syndrome dapat menganggu kualitas tidur seseorang. 13 Semua gejala yang telah diuraikan diatas akan menyebabkan gangguan kualitas tidur pasien DM. 7 Penelitian Da Cunha pada tahun 2008 didapatkan hasil bahwa terdapat 24 pasien DM (48%) yang memiliki kualitas tidur buruk (PSQI >5) dan 26 pasien DM (52%) memiliki skor PSQI <5. 14 Vieira pada tahun 2008 juga melakukan penelitian terhadap 105 pasien DM tipe 2 yang telah diwawancara dan hasil dari penelitian ini adalah terdapat 27 orang memiliki kualitas tidur yang buruk sedangkan 78 orang lainnya memiliki kualitas tidur yang baik, kemudian kualitas tidur yang buruk banyak diderita oleh penderita DM yang berada pada usia 60 tahun kebawah. 15 Penelitian Eun-Hee pada 614 pasien DM yang terdiri dari 381 pria dan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

233 wanita mendapatkan hasil bahwa 48% dari responden memiliki kualitas tidur yang buruk, selain itu kualitas tidur yang buruk didominasi oleh wanita, pasien yang memiliki durasi tidur yang pendek, sudah lama menderita diabetes serta mengalami restless legs syndrome. 16 Pada penelitian Kodakandla, 2016, yang dilakukan pada 100 penderita DM, 62% berada pada rentang usia 41-60 tahun dan 58% adalah wanita. Pada penelitian ini didapat 64% pasien memiliki kualitas tidur yang buruk. 17 Kualitas tidur yang terganggu dapat mempengaruhi aksis hipotalamus pituitari adrenal melalui aktivasi kortisol yang meningkatkan glukoneogenesis, katabolisme protein dan metabolisme asam lemak. Saraf simpatis juga dipengaruhi bila kualitas tidur buruk dimana kadar epinefrin meningkat dan menyebabkan peningkatan kadar glukosa hepar didalam darah. Fungsi hormon orexin dan ghrelin juga terganggu dan dapat menyebabkan keadaan seperti peningkatan frekuensi makan, peningkatan resistensi insulin, penurunan sekresi insulin, penurunan penggunaan glukosa oleh organ-organ seperti otot rangka dan hepar serta peningkatan kadar glukosa dalam darah. 18,19 Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas bahwa penderita DM dapat mengalami gangguan kualitas tidur akibat dari gejala yang ditimbulkan karena perjalanan penyakit tersebut dan secara teori gangguan yang ditimbulkan oleh kualitas tidur dapat mempengaruhi keterkendalian glukosa darah serta penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dengan keterkendalian glukosa darah pada pasien DM tipe 2 di Indonesia belum banyak, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dengan keterkendalian glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut a. Bagaimana gambaran kualitas tidur pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang? b. Bagaimana gambaran keterkendalian glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang? Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

c. Apakah terdapat hubungan kualitas tidur dengan keterkendalian glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan keterkendalian glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran kualitas tidur pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. b. Mengetahui gambaran keterkendalian glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. c. Mengetahui hubungan kualitas tidur dengan keterkendalian glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bidang penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar pada penelitian hubungan kualitas tidur dengan keterkendalian glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. 1.4.2. Bidang pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk berfikir secara sistematis dan logis dan dapat melakukan penelitian dengan metode yang benar. 1.4.3. Bidang pelayanan masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai hubungan kualitas tidur dengan keterkendalian glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5