ARTIKEL PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH AMPAS TAHU KERING DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA PADA AYAM KAMPUNG SUPER

dokumen-dokumen yang mirip
KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

JURNAL PENAMBAHAN TEPUNG KULIT KECAMBAH KACANG HIJAU DALAM PAKAN TERHADAP BOBOT BADAN ITIK HIBRIDA FASE STARTER

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB III MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

ANALISIS PEMBERIAN BERBAGAI PAKAN KOMPLIT KOMERSIAL TERHADAP KONSUMSI, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI PAKAN AYAM KAMPUNG JANTAN SKRIPSI

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Penggunaan Tepung Limbah Kulit Kopi (Coffea arabica L) Dalam Ransum Terhadap Performans Burung Puyuh (Coturnix Coturnix Javonica) Ahyar ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

PENGARUH PERUBAHAN KOMPOSISI BAHAN PAKAN TERHADAP BERAT HIDUP AYAM BROILER ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

I. PENDAHULUAN. industrialisasi yang sudah dicanangkan dalam program pemerintah. Masyarakat dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

Kata kunci : Konsumsi, Konversi, Income Over Feed Cost (IOFC), Ayam Kampung, Enzim Papain

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

EVALUASI PEMBERIAN BERBAGAI JENIS PAKAN KOMPLIT KOMERSIAL TERHADAP BOBOT BADAN AKHIR, EFISIENSI PAKAN DAN INCOME OVER FEED COST

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

Transkripsi:

ARTIKEL PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH AMPAS TAHU KERING DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA PADA AYAM KAMPUNG SUPER Oleh: NAMA : DAVID DWI PRAYOGO NPM : 14.1.04.01.0003 Dibimbing oleh : 1. ERNA YUNIATI, S.Pt., MP 2. LUKMAN HAKIM, S.Pt., M. Pt PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UN PGRI KEDIRI 2019

SURAT PERNYATAAN ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2019 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Lengkap : David Dwi Prayogo NPM : 14.1.04.01.0003 Telepun/HP : 087755196400 Alamat Surel (Email) : irul112233@gmail.com Judul Artikel : Pengaruh Penambahan Limbah Ampas Tahu Kering Dalam Ransum Terhadap Performa Pada Ayam Kampung Super Fakultas Program Studi : Peternakan - Peternakan Nama Perguruan Tinggi : Alamat Perguruan Tinggi : Jl. Kh. Ahmad Dahlan 76 Mojoroto Kota Kediri Dengan ini menyatakan bahwa : a. artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan bebas plagiarisme; b. artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain, saya bersedia bertanggungjawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengetahui Kediri, 11 Februari 2019 Pembimbing I Pembimbing II Penulis, ERNA YUNIATI, S.Pt., MP NIDN. 0717066904 LUKMAN HAKIM, M.Pt NIDN. 0712118903 DAVID DWI PRAYOGO NPM : 14.1.04.01.0003 1

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH AMPAS TAHU KERING DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA PADA AYAM KAMPUNG SUPER DAVID DWI PRAYOGO NPM : 14.1.04.01.0003 Peternakan irul112233@gmail.com Erna Yuniati, S.Pt., MP Dan Lukman Hakim, S.Pt., M. Pt UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK David Dwi Prayogo : Pengaruh Penambahan Limbah Ampas Tahu Kering Dalam Ransum Terhadap Performa Pada Ayam Kampung Super, Skripsi, Program Studi Peternakan, Fakultas peternakan UN PGRI Kediri, 2018.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2018 13 Juli 2018 Yang Bertempat Di Bapak Supriyadi Desa Mojokendil, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk. Ampas tahu merupakan limbah industri tahu yang memiliki kelebihan, yaitu kandungan protein yang cukup tinggi dan merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun ransum. Ditinjau dari komposisi ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein, mengiat kandugan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ampas tahu kering dalam ransum terhadap bobot badan pada ayam kampung super. Penelitian ini menggunakan metode RAL (Rancanangan Acak Lengkap) dengan jumlah 80 ekor ayam kampung super. Perlakuan yang diberikan adalah P0 (Ransum + 0% Ampas Tahu Kering), P1 (Ransum + 15% Ampas Tahu Kering), P2 (Ransum + 20% Ampas Tahu Kering), P3 (Ransum + 25% Ampas Tahu Kering).Parameter yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Data dianalisis menggunakan sidik ragam. Hasil penelitian diperoleh bahwa penggunakan ampas tahu dalam ransum memberikan pengaruh berbeda nyata (P < 0,05%) terhadap konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan sedangkan pada konversi ransum pada penelitian ini memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P > 0,05%). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah penambahan ampas tahu kering bisa di manfaatkan sampai batas 20%, dimana dimana konsumsi paling tinggi P2 (11588,25/g/ekor/Minggu), bobot badan P2 (17433,50 g/ekor/minggu) dan konversi P2 (0,7 g/ekor/minggu). Saran penelitian yang akan datang penambahan ampas tahu kering dalam ransum ayam kampung super sebesar 20 % dan menggunakan ampas tahu basah. Kata Kunci : ampas tahu kering, konsumsi pakan, bobot badan, konversi, ayam kampung super. 2

I. LATAR BELAKANG Berternak ayam kampung Super saat ini merupakan suatu pilihan bagi peternak profesional maupun peternak pemula yang baru mau mencoba untuk terjun ke bidang pemeliharaan ayam kampung super. Karakteristik dari ayam kampung super adalah dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan bobot seragam, laju pertumbuhan lebih cepat daripada ayam kampung, memiliki tingkat kematian yang rendah, mudah beradaptasi dengan lingkunan serta memiliki citarasa yang tidak berbeda dengan ayam kampung (Kaleka, 2015). Ampas tahu sudah lama dipakai sebagai pakan sapi, babi sudah diteliti untuk pakan ayam (MAHFUDZ et al., 1999). Ampas tahu memiliki nilai gizi yang cukup baik, dengan kandungan protein antara 16 20%, dengan asam amino lisin dan methionin yang cukup tinggi. Tetapi ampas tahu sebagai pakan ayam mempunyai kendala, yaitu tingginya kadar air dan serat kasar. Pada penelitian terdahulu ampas tahu sebagai pakan ayam ras pedaging hanya terbatas sampai 7,5% (MAHFUDZ et al., 1999). Tety (2006) menambahkan ampas tahu merupakan produk dari limbah industri pangan yang masih dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai alternatif bahan pakan ternak. Ampas tahu layak digunakan sebagai pakan ternak ayam kampung karena merupakan sumber protein nabati dalam pakan ternak, diperkirakan ampas tahu segar mempunyai kandungan air 70-80%. Berat kering ampas tahu mengandung 23,6 24% protein dan 12% serat kasar (Witjaksono, 2005). Selain protein dan serat kasar, ampas tahu juga masih mengandung lemak 5,9%, karbohidrat 67,5%, kalsium 19% dan fosfor 29% (Suprapti, 2005). Hasil riset yang telah dilakukan oleh mahfudz dkk (2001) menyimpulkan bahwa penggunaan ampas tahu sampai 20% secara nyata memperlihatkan adanya peningkatan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan memacu pertumbuhan ayam pedaging (Anonimus, 2005). Pada penelitian ini ayam yang digunakan adalah ayam kampung Super. Pada periode grower kandungan gizi pada pakan digunakan untuk proses pertumbuhan, karena ayam dalam masa pertumbuhan. Gizi ini salah satunya diperoleh dari protein, kebutuhan protein pada ayam kampung super yang sedang tumbuh adalah 14 %. Sebagai sumber protein nabati, penggunaan ampas tahu dalam ransum ayam kampung super ini diharapkan bisa 3

menunjang pertumbahan ayam kampung super sehinggaakan berpengaruh terhadap konsumsi pakan, dan pertambahan bobot badan. Sehingga penulis tertarik mengambil judul Pengaruh Penambahan Limbah Ampas Tahu Kering Dalam Ransum Terhadap performa Pada Ayam Kampung Super. II. METODE PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model matematika Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut: Yij = μ+αi + έij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Nilai rata-rata pengamatan αi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i έij = Galat percobaan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) Rumus : Rancangan Penelitian Pelaksanaan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 Pengulangan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. Perlakuan 1 (P0) = ransum tanpa ampas tahu kering sebagai kontrol 2. Perlakuan 2 (P1) = ransum + 15% ampas tahu kering 3. Perlakuan 3 (P2) = ransum + 20% ampas tahu kering 4. Perlakuan 4 (P3) = ransum + 25 % ampas tahu kering Tabel Perlakuan Penelitian Ayam Penambahan Ampas Tahu kering Kampung Super 0 % 15% 20% 25% Ulangan 1 5 ekor 5 ekor 5 ekor 5 ekor 2 5 ekor 5 ekor 5 ekor 5 ekor 3 5 ekor 5 ekor 5 ekor 5 ekor 4 5 ekor 5 ekor 5 ekor 5 ekor III. HASIL DAN KESIMPULAN Hasil Uji Analisis Proksimat Hasil uji analisis proksimat penelitian Pengaruh Penambahan Limbah Ampas Tahu kering Dalam Ransum Terhadap performa Pada Ayam Kampung Super terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Hasil uji analisis proksimat penambahan Ampas Tahu kering 4

N o Kode bahan P1 15% P2 20% P3 25% KandunganZatMakanan BK (%) Abu* (%) PK* (%) SK* (%) LK* (%) 90,0 4 8,10 20.01 9,40 9,86 90,3 10,3 3 7,70 20.10 4,14 3 90,7 10,3 4 7,38 19,77 10,6 5 KandunganZatMakanan No Kode BK Abu* PK* SK* LK* bahan (%) (%) (%) (%) (%) P1 15% 90,0 8,1 20.0 9,40 9,86 Tabel 2. Kandungan nutrisi konsentrat COMFEED KBR Air Maks. 11% Protein kasar 40 42 % Lemak kasar Min. 3 % Serat kasar Maks. 7 % Abu Maks. 15 % Kalsium 2,7 3,0 % Phosphor Min 1,0 % Coccidiostat + Antibiotika + Enzim + Indonesia, tbk Sumber : PT. JAPFA COMFEED Tabel 3 Standar Defiasi P0 P1 P2 P3 9581,2 ± S9740 ± Sd 11588,2 ± 10198,75 Konsumsi 432,59 481,4041 Sd 170,35 Sd 552,7 Bobot Badan 15398,5 ± 16120 ± S 17433,5 ± 17241 ± Sd 258,91393,08 Sd 274,56 196,73 Konversi 0,72 ± Sd 0,71 ± Sd 0,7 ± Sd 0,031623 0,04967 0,078 0,71 ± Sd 0,047 P2 20% 90,3 7,7 20.1 4,14 10,3 P3 25% 90,7 7,38 19,7 10,6 10,3 memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P < 0,05) terhadap konsumsi pakan. Perlakuan P0 tanpa pakan campuran, P(15%), P(20%), P(25%) hasilnya tidak sama. Perlakuan P2 dengan pakan campuran 20% kebutuhan konsumsi ayam kampung super lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan P0, P1, P3. Mungkin dengan tambahan 20% ampas tahu kebutuhan gizi ayam kampung super lebih bagus dan lebih seimbang. Hasil analisis lengkap dapat dilihat pada lampiran 1. Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan dalam jumlah waktu tertentu yang akan digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup dan zat makanan lain (Wahju, 2009). Konsumsi pakan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 1. Konsumsi Penambahan Ampas Tahu kering pada Ayam Kampung Super. A. KONSUMSI PAKAN Hasil Analisis Ragam menunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3 5

Keterangan: P0= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 0% (kontrol) P1= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 15% P2= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 20% P3= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 25% Pada Grafik 1 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan penambahan ampas tahu kering 20% sedangkan tingkat konsumsi terendah terdapat pada perlakuan P0 dengan ampas tahu kering 0% (kontrol). Demikian urutan tingkat konsumsi dari yang tertinggi sampai terendah secara berurutan yaitu P2, P3, P1, P0. Konsumsi tertinggi pada perlakuan P2 (11588,25/g/ekor/Minggu) dengan pemberian konsentrat dan penambahan ampas tahu kering 20% terlihat semakin bahwa meningkat penggantian ampas tahu kering dalam ransum maka konsumsi ransum akan meningkat, Menurut Nuraini (2005), ampas tahu dapat dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein karena tingginya kandungan protein kasar. ini sesuai dengan hasil uji analisa Lab. proksimat, bahwa nilai ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P2. Konsumsi terendah terdapat pada perlakuan P0 (9581,25 g/ekor/minggu), hal ini disebabkan tidak adanya penambahan ampas tahu kering sehingga ternak kurang menyukai pakan tersebut. Rasyaf (2003) yang menyatakan bahwa ayam akan berhenti makan bila energinya terpenuhi. Selain itu, perlakuan dengan konsumsi rendah P3 dan P1 yaitu 10198,8 g/ekor/minggu dan 9740 g/ekor/minggu, hal ini di sebabkan karena lokasinya berdekatan dengan area luar kandang. Suhu kandang yang tinggi mengakibatkan ayam penelitian berusaha mengurai suhu tubuhnya dengan meningkatkan konsumsi air minumnya. Wahju (2004) menyebutkan bahwa ayam akan mengkonsumsi air berlebihan bila ada cekaman panas. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3 hasilnya F hitung > F tabel berbeda nyata perlakuan terhadap hasil pengamatan. Pada Uji BNT 6

(Beda Nyata Terkecil) menunjukkan P2 (a), P3 (b), P1(c), dan P0 (d) berbeda nyata. Hasil Analisis Ragam menunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3 memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P < 0,05) terhadap bobot badan ayam kampung super. Penambahan ampas tahu kering pada perlakuan P2 dengan tambahan ampas tahu kering 20% hasilnya berat badan perlakuan P2 lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0, P1, dan P3. Santoso (2008) bahwa pertambahan bobot badan sangat berkaitan dengan pakan, dalam hal kuantitas yang berkaitan dengan konsumsi pakan apabila konsumsi pakan terganggu maka akan mengganggu pertumbuhan. Maka perlakuan P2 dengan tambahan ampas tahu kering 20% lebih seimbang bagi keseimbangan gizi ayam kampung super sehingga pakan yang dikonsumsi ternak mampu meningkatkan bobot badan dengan baik. Hasil analisis ragam secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh ternak selama periode tertentu. Pertambahan bobot badan dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik 2 Penambahan Ampas Tahu kering pada Ayam Kampung Super Terhadap Pertambahan Bobot Badan B. PERTAMBAHAN BOBOT BADAN Keterangan: P0= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 0% (kontrol) P1= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 15% P2= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 20% P3= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 25% Dilihat pada grafik 2 pertambahan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (17433,50 g/ekor/minggu), penambahan 20% ampas tahu kering sedangakan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P0 (15399 g/ekor/minggu) dengan penambahan 0% ampas tahu kering hal ini mungkin kandang yang kotor dapat menurunkan konsumsi ransum yang menyebabkan terlambatnya pertumbuhan dan kurang beratnya badan ternak Ali (2009). Dengan demikian urutan tingkat pertambahan bobot badan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu P2, P3, P1, P0. Bobot badan perlakuan P2 lebih tinggi (17433,50 g/ekor/minggu) hal ini dikarenakan pada grafik 2 terlihat bahwa 7

tingkat konsumsi lebih tinggi dari perlakuan lain. Menurut pendapat (Buwono, 2007) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi oleh kualitan dan kuantitas akan yang dikonsumsi, dengan demikian perbedaan kandungan zat-zat makanan pada pakan dan banyaknya pakan yang dikonsumsi maka memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan karena kandungan zat-zat pakan yang seimbang dan cukup sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan yang optimal. Pada perlakuan P3 ( 17241 g/ekor/minggu ) dan P1 ( 16120 g/ekor/minggu ) bobot badan lebih rendah hal ini kemungkinan terjadi karena jumlah pakan yang di konsumsi menurun karena tingkat palabilitas berkurang serta suhu tinggi saat siang hari dapat mempengaruhi bobot badan. Qurniawan (2016) berpendapat bahwa faktor yang berpengaruh pada pertambahan bobot badan yaitu perbedaan jenis kelamin, konsumsi pakan, lingkungan, bibit dan kualitas pakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3 hasilnya F hitung > F tabel berbeda nyata perlakuan terhadap hasil pengamatan. Pada Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) menunjukkan P2 (a), P3 (b), P1(c), dan P0 (d) berbeda nyata. C. KONVERSI Hasil Analisis Ragam menunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap bobot badan ayam kampung super. Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) menunjukkan pengaruh dari P0, P1, P2, P3 tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil yang tidak berbeda nyata ini di sebabkan penambahan ampas tahu kering diberikan hanya selisih sedikit antar perlakuan, jenis ternak sama dan lingkungan sama serta bobot maupun konsumsinya juga menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, sehingga untuk konversi juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Konversi ransum dipengaruhi oleh genetika, ukuran tubuh, suhu lingkungan, kesehatan, tercukupinya nutrisi ransum (Rasyaf 2011). Konversi dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 3. Konversi Penambahan Ampas Tahu Kering pada Ayam Kampung Super 8

Keterangan: P0= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 0% (kontrol) P1= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 15% P2= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 20% P3= Pemberian Konsentrat + Ampas Tahu kering 25% Dari grafik 3 hasil penelitian konversi terendah terdapat pada P2 (0,7 g/ekor/minggu) pada perlakuan P2 sehingga dengan konversi yang rendah maka penambahan ampas tahu kering tersebut secara ekonomis lebih efisien. Tatalaksana, kualitas ransum, dan penggunaan bibit yang baik juga dapat berpengaruh (Yunus, 1991) sedangkan konversi tertinggi pada P0 (0,72 g/ekor/minggu). Hal ini sesuai dengan pendapat kamal (1997) dan Zuprizal (1993) yang menyatakan bahwa besar kecilnya nilai konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan dan kemampuan ternak untuk mengubah pakan menjadi daging, keseimbangan pakan, ukuran tubuh, temperatur lingkungan, berat hidup, bentuk fisik pakan dan jenis kelamin. saat ini belum banyak peternak yang memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan tambahan bagi peternaknya selain konsentrat, pertumbuhan ternak yang diberi pakan ampas tahu lebih cepat dari pada yang tidak diberi (Titis, 2009). sehingga dengan konversi yang rendah maka penambahan ampas tahu kering bisa digunakan dalam pakan ayam kampung super dan dapat mengurangi biaya. Dengan demikian urutan tingkat konversi terendah sampai tertinggi dapat dilihat dari P2, P3, P1, P0. Pada perlakuan P1 dan P3 nilai konversi pakan lebih tinggi yaitu P1 (0,71 g/ekor/minggu) dan P3 (0,71 g/ekor/minggu). Rasyaf (1991) berpendapat semakin kecil konversi ransum berarti pemberian ransum semakin efisien, namum jika konversi ransum tersebut membesar, maka telah terjadi pemborosan. Hasil keragaman pada lampiran menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05), yang berarti bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3 pada pakan ayam kampung super tidak pengaruh terhadap konversi ayam kampung super, kemungkinan jumlah ayam kampung super di jenis yang sama dan pakan yang diberikan juga sama, dan level pemberian tepung ampas tahu yang sedikit. IV. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : Penambahan ampas tahu kering bisa dimanfaatkan sampai batas 20% dan pengaruhnya berbeda nyata, dimana konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan 9

(P2) yaitu penambahan 20% dengan konsumsi tertinggi (P2) 11588,25 gram, bobot badan tertinggi (P2) 17433,50 gram, konversi terendah (P2) 0,7 gram. V. DAFTAR PUSTAKA Abidin. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta Aman. 2011. Ayam Kampung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Andy. 2006. Komposisi Limbah Tahu. http://www. jurnal.lipi.go. id/utama. (diakses tanggal 30 April 2007). Anonim. 2011. Pakan, Ransum, Kosentrat, Hijauan. http://myluckyta.wordpress. com/2011/12/08. Anonimus. 2005. Produksi Daging Unggas Naik 19 Kali Lipat. Sinar Harapan. (diakses tanggal 16 April). Buwono. 2007. Pengaruh Tingkat Protein Pakan dan Frekuensi Pemberian Pakan terhadap Kinerja Itik Mojosari (Anas domestica) Jantan Periode Awal. Skripsi. Universitas Braijaya, Malang..Davies. 2010. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Penerbit Iskandar. 2006. Ayam silangan Pelung- Kampung : Tingkat Protein Ransum Untuk Produksi Daging Umur 12 Minggu. Wartazoa 16(2):65-71. Kaleka, Norbertus. 2015. Beternak Itik Tanpa Bau Tanpa Angon Arcitra. Yogyakarta. Hal 31-32. Kustiningrum. 2004. Pengaruh Pergantian Pakan Starter Terhadap Performance Ayam Kampung. Skripsi. Universitas Brawijaya Fakultas Peternakan: Malang. Mulyono. 2004. Beternak Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya: Jakarta. Munandar,. Pramono V.B. 2014. Production Of Crude Aspergillus Fermentation Extract To Enhance The Quality Of Feed As A Productivity Booster Of Super Chicken Jurnal Of Sain Vaterner. Rasyaf. 2004. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf. 2006. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya: Jakarta. Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cetakan keempat. Penebar Rasyaf. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Utama, Jakarta. Sarwono. 2005. Beternak Ayam Buras Pedaging dan Petelur. Edisi Revisi.Jakarta. Titis. 2009. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press. Padang. Wahju. 2009. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Yunus. 1991. Ilmu Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta. 10